Leuina harus di nomor duakan oleh ibunya. Sang ibu lebih memilih kakak kembarnya.yang berjenis.kelamin pria. Semua nilainya diakui sebagai milik saudara kembarnya itu.
Gadis itu memilih pergi dan sekolah di asrama khusus putri. Selama lima tahun ia diabaikan. Semua orang.jadi menghinanya karena ia jadi tak memiliki apa-apa.
bagaimana kelanjutannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maya Melinda Damayanty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KONSPIRASI 2
“Halo, Luien. Gloria dalam bahaya!” seru Diana.
Luien yang tengah diapit oleh dua pria langsung berdiri hingga membuat semuanya kaget.
“Ada apa?!” tanya Adrian sedikit kesal.
“Maaf Tuan. Saya ada urusan sebentar!” ujar Luien.
Karena gelagat karyawan magangnya itu aneh. Ketiga pria itu mengikuti Luien. Sedangkan gadis itu sibuk mengedarkan pandangannya ke segala arah, mencari keberadaan sahabatnya. Diana melihat keberadaan Luien. Suasana yang memang ramai, belum lagi kebisingan yang memekakkan telinga, membuat siapa saja yang tak terbiasa akan tempat itu langsung pusing, termasuk Luien.
“Luien!” teriak Diana memanggil sahabatnya.
Karena memang bising, jadi teriakan Diana tidak terdengar. Maka, ia pun berinisiatif untuk mendatangi sahabatnya, sambil matanya fokus melihat, Gloria. Luien akhirnya melihat Diana. Gadis itu ikut mendatangi sahabatnya.
“Di mana kau lihat Gloria daam bahaya?” tanya Luien.
“Well, sebenarnya aku mendengar percakapan Anneth dan Jessy, jika mereka akan memasukan sesuatu di dalam minuman Gloria!” jelas Diana panik. “dan aku melihat dia sudah meminum minuman itu!”
“Lalu sekarang, dia di mana!?” tanya Luien yang juga sama berteriak dengan sahabatnya karena memang tempat itu sangat bising.
Diana mengedarkan pandangannya. Di sana, ia dapat melihat Gloria sudah mulai terpengaruh dalam minumannya. Terlihat wajah Anneth dan Jessy juga Brenda begitu semringah melihat temannya tak berdaya. Seperti memberikan kode. Mereka bertiga mengangguk. Tampak salah satu pria berusaha membawa Gloria. Tetapi sepertinya gadis itu masih setengah sadar. Gloria marah besar terhadap pria yang ingin menjamahnya.
“Jangan menyentuhku!”
Anneth seperti kurang sabar. Gadis itu memaksa Gloria untuk mengikuti pria itu.
“Sudah lah. Kau mulai payah. Kau bisa mabuk sebelum acara di mulai!”
Gloria tetap menolak. Bahkan dengan kasar, ia menampar pria hidung belang itu dengan sangat keras. Tamparannya bersamaan dengan music berhenti karena DJ tengah berganti shift.
Plak! Bunyi tamparan terdengar sangat keras. Sedangkan Luein, Diana dan tiga pria masih berusaha mendatangi tempat di mana Gloria dan pria itu bersitegang. Pria itu tampak marah.
“Kurang ajar!’ bentaknya.
“Gloria apa yang kau lakukan!” teriak Jessy, ikutan marah.
“Sudah kubilang jangan menyentuhku!” teriak Gloria dengan tubuh sempoyongan.
Sepertinya obat itu mulai bereaksi, namun, Gloria berusaha tetap ingin sadar. Pria itu nampak tak sabar, ia pun segera memanggul gadis itu di pundaknya.
“Hei, turunkan aku!” teriak Gloria memberontak.
“Aku bawa dia. Aku sudah tak tahan mencicipinya, sisa bayarannya akan aku transfer. Jika memang ia masih perawan!” ujar pria itu.
“Jangan khawatir Tuan. Dia masih perawan, kami jamin itu!” sahut Jessy yakin.
Laki-laki itu pun pergi sambal membopong Gloria yang sudah tak sadarkan diri.
“Mau kau bawa ke mana temanku!” seru Luien.
Gadis itu langsung menghadang pria yang hendak membawa rivalnya secara paksa. Bukannya takut, pria itu malah terkesima menatap kecantikan gadis yang menghadangnya. Adrian membenci pria yang memandang miliknya seperti itu.
“Awasi pandanganmu, Tuan!’ peringat Adrian.
Pria itu tak begitu familiar dengan Adrian. Ia memilih tak menggubris semua orang yang menghadangnya. Napsu pria itu tak bisa dibendung lagi. Ia telah meminum obat kuat sebanyak dua butir tadi, untuk mendobrak keperawanan gadis yang dipanggulnya.
“Jangan halangi aku. Aku telah membayar mahal gadis ini!” serunya.
Anneth, Jessy dan Brenda sudah tidak ada di tempat. Mereka memilih keluar dan mencairkan uang yang telah masuk ke rekening Anneth untuk membaginya secara rata.
“kita bisa membeli tas impian kita!” pekik Brenda kegirangan.
“Ya, kita bersyukur memiliki teman yang masih perawan itu. Jadi kita bisa memanfaatkannya!”
Luein yang sudah gatal ingin merebut Gloria dari Pundak pria hidung belang itu, langsung melakukan Gerakan. Diana ikut membantu.
Bug! Sret!
Gloria sudah pindah tangan ke Diana, Pria itu kesakitan, ia pun menyerang Luien, dengan melempar botol minuman yang tengah dibawa oleh pelayan. Bunyi benda pecah langsung memancing keributan. Beberapa pria mabuk saling pukul. Teriakan dan kepanikan terjadi. Kericuhan itu diambil menjadi kesempatan Luien dan Diana untuk membawa Gloria pergi dari tempat itu.
“Hei, kembalikan wanitaku!” teriak pria itu.
Pria itu berhasil menarik tangan Luien. Gadis itu cukup kaget, lalu dengan Gerakan berputar, Ia pun memukul wajah pria itu hingga hidungnya patah. Melihat gadisnya ditarik dan akan diserang, membuat, Alex gelap mata. Pria itu langsung menghajar orang yang menarik lengan gadisnya sampai babak belur. Victor sampai harus menahan laju tuannya agar tak membunuh pria mesum itu.
“Sudah Tuan. Anda bisa membunuhnya jika begitu!”
Adrian yang tadinya acuh, langsung menarik kakaknya, karena Luien juga menarik Alex. Tempat itu masih ricuh dengan perkelahian. Hingga membuat pihak keamanan klub kepayahan melerai kericuhan yang ada.
Sedangkan keenam orang itu sudah pergi meninggalkan klub tersebut. Alex, Adrian dan Vic sampai lupa dengan pertemuan mereka. Jika saja Luien tak mengingatkannya.
“Ah, biar saya telepon!” sahut Vic.
Ternyata Bernadus Ford sudah pergi meninggalkan ruangan semenjak mereka tadi pergi.
“Ternyata Tuan Ford sudah pulang Tuan!” sahut Vic, setelah menutup sambungan ponselnya.
“Lalu bagaimana dengan temanmu itu?” tanya Adrian pada dua gadis karyawati magangnya,
“Kami akan menggunakan taksi, ke rumah Gloria langsung Tuan.” Jawab Diana masih membopong gadis yang di maksud berdua dengan Diana.
“Kami akan mengikuti kalian dari belakang,” ujar Alex.
Setelah mendapatkan taksi. Ketiga wanita itu langsung menuju rumah Gloria. Hanya butuh waktu tiga puluh menit, mereka sampai di gerbang besar, rumah itu, taksi pun masuk ke halaman mansion yang cukup besar.
Sedangkan mobil Adrian yang mengikuti menunggu di luar gerbang.
“Apa yang terjadi pada Putriku?” Tanya Tuan Ageele panik.
“Tuan sebaiknya anda memanggilkan dokter, agar Gloria langsung mendapat penanganan. Saya melihatnya meminum minuman yang telah dicampur oleh obat. Dan saya tidak tahu itu obat apa,” jelas Diana.
Setelah mengucap terima kasih, kedua gadis itu pun naik Kembali ke mobil taksi yang menunggu mereka. Lagi-lagi keduanya diikuti oleh Adrian, hingga sampai pada tempatnya masing-masing.
Di apartemen Luien langsung merebahkan tubuhnya. Ia mengingat bagaimana Alex memukuli orang itu dengan begitu beringasnya.
"Wah, dia serem juga ya," gumamnya lalu, ia pun tertidur.
Sedang di klub. Pria yang hidungnya patah tampak murka. Ia mengutuk habis-habisan tiga wanita yang menipu dirinya.
"Aku pastikan, kalian akan membayar mahal untuk ini!" teriaknya murka.
"Jason, Leo, Rommy, cari ketiga gadis itu sampai dapat. Dan pastikan mereka tak lari dari negara ini!" titahnya pada tiga pengawalnya.
"Baik Tuan!" ketiganya pun membungkuk hormat lalu melaksanakan perintah tuan mereka.
Sedang di tempat lain, Anneth, Jessy dan Brenda sedang tertawa bertiga di sebuah kamar apartemen mewah milik Jessy. Ketiganya tampak menari-nari sambil membuang-buang uang hingga berserakan di kasur.
"Setelah Gloria, siapa lagi yang kau incar?" tanya Brenda.
"Mungkin kita harus berbaik hati pada Diana dan Luien. Kalian tahu kan jika mereka tak memiliki pacar," jawab Jessy.
Benar saja. Jessy lah yang memiliki rencana untuk menjual keperawanan Gloria pada pria hidung belang. Karena dirinya sudah tidak perawan lagi ketika berusia tujuh belas tahun. Begitu Jessy dan Brenda.
"Jika mereka menolak. Masih banyak yang perawan di kampus kita," kikik Jessy geli.
Baik Anneth dan Brenda saling pandang, ada sedikit nyeri di hati mereka ketika mendengar perkataan Jessy. Lalu melihat uang yang mereka dapatkan. Keduanya pun abai dengan perasaan iba yang baru saja tumbuh di hati keduanya.
bersambung.