Diandra, gadis cantik yang dibesarkan di panti asuhan. Balas budi membawanya pada perjodohan, yang tidak diharapkan oleh suaminya.
Mampukah Diandra menaklukkan sang suami yang hatinya telah dipenuhi oleh dendam pada wanita karena sebuah perselingkuhan?
Simak, perjalanan cinta Diandra yang diwarnai tawa dan air mata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Merpati_Manis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perjodohan
Keesokan hari nya,, saat Diandra tengah menyuapi sang ibu di ruang perawatan yang sangat bagus, mereka berdua di kejutkan dengan kehadiran seorang pemuda.
"Selamat siang," sapa nya pelan sambil berjalan masuk ke dalam ruang perawatan bu Rahma, "apa benar anda bu Rahma?" Tanya pemuda itu menatap bu Rahma yang tengah duduk bersandar.
"Siang nak,, iya benar, saya bu Rahma," jawab bu Rahma sambil mengernyit.
"Saya Angga, putra mama Dewi," ucap pemuda tersebut memperkenalkan diri seraya menyalami bu Rahma dan mencium punggung tangan wanita tua itu.
"Oh,, iya. Ada apa nak Angga kemari? Jeng Dewi nya mana?" Tanya bu Rahma sambil mengedarkan pandangan ke pintu.
"Emm,, saya kesini karena di suruh mama untuk menjemput ibu. Mama bilang, tadi putri ibu menelpon mama dan mengatakan kalau bu Rahma sudah diijinkan pulang hari ini." Jawab Angga tanpa melirik sama sekali kepada Diandra.
"Sombong sekali pemuda ini, bahkan dia sama sekali tidak melirik ku? Apa jangan-jangan dia enggak nyadar ya, kalau ada bidadari cantik di hadapan nya?" Gumam Diandra dalam hati sambil senyum-senyum sendiri dengan kepercayaan diri nya yang tinggi.
"Ya, benar.. tadi ibu yang nyuruh anak ibu untuk mengabarkan pada jeng Dewi, takut nya kalau tidak di kasih tahu jika kami sudah enggak disini nanti malah nyariin?" Ucap bu Rahma sambil melirik Diandra.
"Nak Angga, kenalkan.. ini putri saya, Diandra," bu Rahma mencoba untuk mendekatkan kedua nya.
Diandra mengulurkan tangan nya untuk berjabat tangan, namun pemuda itu sama sekali tak bergeming dan membiarkan tangan Diandra menggantung di udara.
Dengan kesal Diandra menarik tangan nya kembali, "kami bisa pulang sendiri, dan enggak perlu di jemput!" Ketus Diandra, langsung berlalu dari hadapan Angga dan duduk di sofa.
"Mama menyuruh saya untuk menjemput ibu," Angga menatap bu Rahma menjelaskan kembali tujuan nya datang, dan mengabaikan perkataan Diandra. "Bisa kita pulang sekarang bu? Mama saya sudah menunggu di rumah ibu,,," ucap Angga dengan lembut kepada bu Rahma.
"Putra jeng Dewi ini sebenar nya ramah dan santun, tapi sama Diandra kenapa ketus begitu ya? Apa ini yang di maksud jeng Dewi bahwa putra nya pernah sakit hati karena wanita, hingga sikap nya dengan wanita jadi dingin dan seolah tidak peduli? Jika benar demikian, aku yakin putri ku yang cantik dan centil itu akan punya banyak cara untuk menaklukkan hati nya." Bu Rahma bermonolog dalam hati, dan tersenyum sendiri.
"Bu,,," panggil Angga kembali, ketika beberapa saat menunggu namun bu Rahma masih tak bergeming.
"Eh, iya nak Angga.. ada apa?" Tanya bu Rahma yang baru tersadar dari lamunan nya.
"Bisa kita pulang sekarang?" Angga mengulang kembali ajakan nya.
"Iya nak, sebentar ibu mau ke kamar mandi dulu ya," pamit bu Rahma seraya beranjak dari tempat tidur.
Melihat ibu nya hendak berdiri, dengan sigap Diandra menghampiri sang ibu dan menuntun nya menuju kamar mandi.
Kini hanya ada Angga dan Diandra di ruangan itu, kedua nya sama-sama terdiam dan tak ada yang mencoba memulai pembicaraan.
Diandra yang berdiri mematung di depan pintu kamar mandi dan menunggu sang ibu, sesekali melirik kearah Angga. Namun yang dilirik sama sekali tak bergeming,, Angga tetap membeku di samping tempat tidur dengan tatapan kosong.
"Kok ada ya manusia sedingin freezer melihat gadis secantik aku,, padahal biasa nya mereka akan berlomba untuk sekedar mencari perhatian dari ku? Apa jangan-jangan pemuda ini memiliki kelainan? Huh,,, apa dia penyuka lawan jenis!" Diandra terpekik sendiri dengan isi di dalam otak nya, refleks dia menutup mulut nya agar tak mengeluarkan sura dengan keras.
Angga yang mendengar teriakan kecil Diandra sama sekali tak ingin menoleh kearah sumber suara, dia hanya mendesah kasar. Dan entah apa yang dipikirkan oleh pemuda yang dingin dan beku itu.
Nampak bu Rahma keluar dari kamar mandi, dan segera di tuntun oleh Diandra untuk keluar dari kamar. Tak banyak barang yang mereka bawa, hanya satu tas punggung berukuran sedang berisi pakaian bu Rahma dan juga Diandra, yang di gendong di punggung Diandra.
Angga bergegas keluar mendahului mereka, dan menghilang entah kemana? Tak lama kemudian nampak Angga kembali dengan mendorong kursi roda. "Duduk lah disini bu, untuk menuju ke parkiran cukup jauh dari sini,, takut nya nanti ibu kecapekan," ucap nya sambil membantu bu Rahma duduk di kursi roda.
"Makasih nak Angga," ucap bu Rahma tersenyum hangat pada Angga.
Sedangkan Diandra hanya diam, dan segera mendorong kursi roda menuju parkiran.
Angga mengikuti kedua nya dari belakang.
•••••
Di kediaman bu Rahma yang tak begitu besar, yang sekaligus dijadikan sebagai tempat penampungan anak-anak yatim, nampak bu Dewi sudah menunggu. Beliau tengah ngobrol dengan Asih, putri angkat bu Rahma yang paling besar di ruang tamu sederhana yang hanya terdapat satu set sofa minimalis dan sudah mulai pudar warna nya.
Sedangkan anak-anak angkat bu Rahma yang lain, tengah asyik menikmati makanan yang sengaja di bawa oleh bu Dewi untuk mereka di ruang santai yang cukup luas.
Tak berapa lama, terdengar deru mesin kendaran roda empat berhenti tepat di halaman depan. Sesaat kemudian bu Rahma turun dari mobil yang diikuti oleh putri kesayangan nya. Asih yang sudah berdiri di teras bersama bu Dewi langsung memeluk ibu nya, dan terisak di bahu sang ibu. "Asih takut ibu kenapa-napa," lirih nya menahan tangis.
"Sudah mbak,, ibu enggak apa-apa kok, lihatlah.. ibu baik-baik saja bukan?" Ucap bu Rahma menenangkan putri pertama nya sesaat setelah melerai pelukan nya.
Bagi bu Rahma, Asih adalah putri pertama nya. Asih di bawa bu Rahma untuk tinggal bersama dengan nya, saat itu Diandra masih bayi merah sedangkan Asih seusia anak TK. Bu Rahma menemukan Asih tengah menangis karena kelaparan di pinggir jalan, dan dengan pakaian yang sangat lusuh. Sejak saat itulah bu Rahma mengangkat Asih menjadi putri pertama nya, menjadi kakak dari Diandra.
Bu Rahma kemudian mempersilahkan tamu nya untuk masuk ke dalam, sedangkan Diandra telah terlebih dahulu masuk untuk meletakkan barang bawaan nya di dalam kamar.
"Mbak Asih, tolong panggil kan adik kamu Didi ya,,," titah bu Rahma sesaat setelah mereka duduk di ruang tamu, bu Rahma tahu ada sesuatu yang hendak disampaikan oleh wanita paruh baya yang telah menolong nya kemarin.
"Baik bu," Asih segera bergegas masuk ke dalam untuk memanggil adik kedua nya.
Beberapa saat kemudian, Diandra muncul dari dalam, "duduk lah di sini nak," titah bu Rahma sambil menepuk ruang kosong di samping nya.
Diandra mengangguk dan menurut.
Untuk sesaat suasana menjadi hening, Angga yang duduk di samping sang mama duduk bersedekap dengan pandangan lurus ke depan. Ekspresi nya dingin dan datar.
"Maaf, nak Didi.. apa ibumu sudah mengatakan sesuatu?" Tanya bu Dewi kepada Diandra, memecah keheningan.
Diandra mengangguk.
Nampak bu Dewi tersenyum hangat, "tentang perjodohan,,, bagaimana menurut mu dengan putra tante, Angga?" Kembali tante Dewi bertanya dengan tatapan menyelidik.
Diandra terdiam, sekilas dia melirik Angga yang masih sedingin freezer. Nampak Didi menghembus kasar nafas nya. "Bagaimana,,, maksud nya apa ya tante?" Tanya Diandra pura-pura tak mengerti.
"Tante yakin kamu adalah calon istri yang cocok untuk anak tante," jawab bu Dewi dengan lugas.
"What?!" Angga yang sedari tadi membisu, berseru kaget mendengar ucapan sang mama. "Maksud mama apa? Calon istri?" Tanya Angga menuntut jawab pada sang mama.
"Benar Angga,, lihat lah, dia cantik bukan. Mama yakin, Didi adalah jodoh kamu nak?" Bu Dewi menggoda sang putra.
"Ma,, Angga bisa cari sendiri?! Mama enggak perlu repot-repot menjodohkan Angga?!"
"Mau sampai kapan Angga? Mama lelah, dan mama sudah semakin tua,,, sedangkan kamu,, kamu masih saja bersikap seperti itu pada wanita! Pokok nya mama tidak mau mendengar penolakan!"
"Sudah cukup mama memberi kamu waktu... lima tahun, kamu menyiksa dirimu sendiri. Dan kini, mama mohon,, buka lah hatimu kembali nak," pinta bu Dewi memohon.
Angga mendesah kasar, rahang nya mengeras. Dia nampak tidak suka dengan sikap sang mama, yang terus saja memaksa nya untuk segera menikah.
.tp ak ky blum bca yng ini ap sudh lupa soalny..hp kmren rusk.ini hp bru jd crta yng sudh prnh ak bca mlah d ulang tp klo dh inget crtanya ak lwti..tp klo kluarga alamsyah smua sudh ak bca..