Cinta Arumi dan Ryan ditentang oleh Mami Rosalina karena perbedaan status.
Kejadian tidak terduga ketika Arumi menabrak Reyhan yang merupakan kakak dari Ryan. Arumi diminta untuk bertanggung jawab karena Reyhan mengalami kebutaan akibat dari kecelakaan itu.
Tahu Arumi adalah mantan kekasih Ryan, Reyhan memintanya untuk menjadi istri dan mengurus segala keperluannya.
Bagaimana perasaan Arumi ketika tahu laki-laki yang dinikahinya adalah kakak dari Ryan, orang yang sangat dia cintai?
Apa yang akan terjadi kepada mereka ketika tinggal serumah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11. Kemarahan Arumi
Bab 11
"Lepaskan, Ryan!" Arumi mendorong kuat tubuh mantan kekasihnya sampai kepalanya membentur atap mobil.
Perempuan itu tidak suka Ryan memperlakukan dirinya seperti ini. Dia merasa dileceehkan olehnya.
"Ingat ... aku ini bukan kekasihmu, apalagi istrimu!" lanjut Arumi dengan tampang marah menahan emosi.
Ryan meringis kesakitan dan terkejut dengan sikap Arumi. Perempuan itu tidak pernah berbuat kasar sebelum ini kepadanya. Dia memang bersalah karena tidak bisa menahan diri untuk menyentuh wanita yang sangat dia cintai.
"Aku harap kamu tidak pernah melakukan hal seperti itu lagi kepadaku!" bentak Arumi. "Sekarang ini aku sudah punya suami dan itu bukan kamu!"
Mata Arumi memerah dan ekspresi wajah mengeras, tanda wanita itu sangat marah sekali. Ryan tidak menyangka reaksi wanita itu akan seperti ini.
"Ma-maafkan aku, Rumi. A-ku ... khilaf," ucap Ryan lirih.
"Khilaf itu cuma sekali. Ini kamu melakukan sudah dua kali," balas Arumi dengan sinis. "Aku harap tidak akan ada kejadian ketiga, keempat, dan seterusnya."
Arumi keluar dari mobilnya, lalu membanting pintu kendaraan itu dengan kuat, melampiaskan rasa kekesalannya. Dia tidak suka Ryan memperlakukan dirinya seperti ketika mereka sedang berpacaran. Laki-laki itu sudah memutuskan untuk melepaskan dirinya. Lalu, kenapa masih saja berlaku seperti itu kepadanya.
Air mata Arumi jatuh bercucuran. Dia harus belajar menghapus perasaan kepada Ryan, walau membutuhkan waktu. Wanita itu ingin berdamai dan ikhlas dengan takdir yang terjadi kepadanya saat ini.
"Assalamualaikum, Mas," salam Arumi ketika masuk ke kamar.
"Hn, wa'alaikumsalam."
Arumi mencium tangan Reyhan. Baik buruk laki-laki itu, dia adalah suaminya. Jadi, harus menaruh hormat dan berbakti kepadanya.
"Kamu sudah makan?" tanya Reyhan.
"Be-lum," jawab Arumi. Dia buru-buru pulang agar cepat sampai ke rumah agar tidak mendapatkan hukuman dari suaminya. Jadi, dia mengabaikan perutnya yang lapar. Dalam perjalanan dia hanya ngemil snack.
"Aku juga belum makan," ucap Reyhan.
"Astaghfirullah, Mas. Kenapa belum makan? Lalu, obatnya?" Arumi terkejut karena sekarang sudah jam setengah sembilan malam.
"Belum aku minum. Kan, aku sudah bilang kamu jangan sampai telat pulang karena aku mau kamu yang mengurus itu semua," ujar Reyhan dengan wajah polosnya seakan tidak ada beban.
"Baiklah, kita makan malam bersama. Lalu, minum obat," ucap Arumi sambil menyimpan tas dan membuka beberapa aksesoris pada tubuhnya.
"Kamu mandi dulu sana! Bau," kata Reyhan.
"Apa kamu bilang?" pekik Arumi tidak terima disebut bau oleh suaminya.
"Aku bilang kamu, bau," balas Reyhan sambil menyeringai. "Aku akan menunggu kamu di sini."
Arumi pun pergi mandi. Dia membersihkan sekujur tubuhnya dari atas sampai bawah. Setelah menikah dia terkadang mandi bareng Reyhan.
"Tadi, dia mandi sama siapa?" batin Arumi yang baru teringat. "Masa dimandikan sama Bi Nina?"
Tidak sampai sepuluh menit, Arumi sudah keluar kamar mandi dengan pakaian lengkap. Walau dia tahu Reyhan tidak bisa melihat, dia tetap saja berganti pakaian di kamar mandi. Sebenarnya di kamar itu juga ada walk in closet, tetapi Arumi merasa tidak nyaman, karena banyak kaca besar, sehingga merasa ada yang melihatnya.
"Mas, tadi mandi sama siapa?" tanya Arumi sambil menuntun Reyhan menuju ke ruang makan.
"Aku tidak mandi sore, tadi," jawab Reyhan.
Mendengar itu Arumi melotot. Tadi, Reyhan menyebutnya bau dan menyuruh mandi. Sementara dirinya sendiri, tidak mandi.
"Mas ...."
"Apa? Kamu marah? iya?" tanya Reyhan tanpa merasa bersalah sama sekali.
Laki-laki itu tadi menyuruh Arumi untuk mandi, karena dia tahu sang istri butuh merilekskan tubuhnya. Dengan mandi air hangat, otot-otot yang tegang setelah melakukan perjalanan jauh, akan kendor kembali. Selain itu juga demi kenyamanan Arumi sendiri. Tubuhnya pasti terasa lengket karena keringat.
Arumi membuang muka. Dia sebal sekali dengan sikap Reyhan seperti ini.
"Pantas saja tidak pernah aku sama Ryan. Kelakuannya seperti ini," batin Arumi.
"Makanannya sudah dingin. Apa perlu aku panaskan dulu?" tanya Arumi.
"Aku makan salad buah saja. Atau kalau kamu mau buatkan, kukus saja buncis sama wortel. Biar praktis," jawab Reyhan.
Akhirnya Arumi membuatkan apa yang diinginkan oleh suaminya. Ketika wanita itu sedang mengiris-ngiris buah-buahan, tiba-tiba ada sepasang tangan memeluknya dari belakang.
"Astaghfirullah," ucap Arumi spontan. Barusan dia mengiris-ngiris sambil melamun.
"Aku ingin menghirup wangi tubuh kamu," bisik Reyhan sambil mengendus perpotongan leher sang istri.
"Mas, aku sedang membuat makanan," ucap Arumi menahan rasa geli.
"Fokus saja pada makanannya," balas Reyhan.
Dia merasa ada yang aneh seharian ini. Setelah menjelang malam, dia baru paham kalau dirinya seharian ini tidak mencium wangi tubuh Arumi. Bau tubuh istrinya seperti aroma terapi baginya, begitu menenangkan dan menyenangkan.
Awalnya Reyhan hanya memeluk dan menghirup wangi tubuh Arumi, tidak melakukan yang lainnya. Namun, ketika dia merasakan ada wangi parfum yang sering dipakai oleh Ryan, maka aksi nakal pun dilakukan. Dia mencium pipi, bahkan menolehkan wajah sang istri itu agar bisa mencium bibirnya.
Ryan mengepalkan kedua tangannya menahan rasa cemburu dan marah melihat kemesraan kakak dan mantan kekasihnya. Dia baru sadar kalau sudah mengambil keputusan yang salah dengan melepaskan Arumi.
Tekanan yang sering diberikan oleh Mami Rosalina kepada Ryan dan Arumi, membuat laki-laki itu melepaskan cintanya. Namun, itu bukan untuk selamanya. Karena dia berniat akan melamar Arumi setelah berhasil membangun usahanya sendiri. Selama ini Mama Rosalina selain menekan dirinya, dia juga selalu mengancam akan membekukan seluruh aset miliknya.
Di sisi lain, kedua orang tua Arumi menanyakan keseriusan hubungan mereka berdua. Karena mengingatkan usia perempuan itu sudah begitu matang untuk menikah.
Mendapat tekanan di sana-sini membuat Ryan berpikir buntu. Dia tidak menyangka kalau kakaknya malah menikahi Arumi. Satu-satunya wanita yang sangat dia cintai dengan setulus hati.
Berbeda dengan Reyhan, Arumi tidak menyadari kehadiran Ryan di sekitar mereka. Wanita itu sibuk membuat makanan untuk suami dan dirinya.
Setelah selesai membuat makanan, Arumi menyuapi Reyhan. Laki-laki itu makan dengan lahap sampai habis, lalu meminum obatnya.
"Kamu jangan tidur dulu!" titah Reyhan kepada Arumi karena mereka baru saja selesai makan.
Kedua orang itu duduk bersisian di sofa dekat jendela. Mereka membicarakan apa yang sudah dilakukan seharian ini.
"Siapa suaminya Rinjani?" tanya Reyhan.
"Satria. Dia itu seorang dokter anak," jawab Arumi. "Dia juga teman sekolah kita sewaktu SMP dan SMA. Papanya dokter yang ditugaskan ke kampung kami. Namun, keluarga dia pindah ke kota lain ketika kita SMA. Siapa tahu aku bertemu kembali dengan Satria dan keluarganya ketika mengerjakan proyek. Aku jodohkan saja mereka berdua. Karena sejak SMP, Satria itu suka sama Rinjani."
"Kok, kisah Rinjani terasa kembali dari kamu, ya, Arumi?" tanya Reyhan terkekeh.
"Maksudnya?" tanya Arumi tidak paham.
"Pasangan Rinjani berselingkuh dengan kakaknya. Sedangkan di sini, kamu yang berselingkuh sama kakak kekasih kamu," jawab Reyhan.
"Woy, beda konsep! Aku tidak selingkuh. Aku dan Ryan sudah putus baru nikah sama kamu," bantah Arumi karena dia merasa tidak berselingkuh. Walau dia menikah sehari setelah hubungannya dengan Ryan berakhir.
***
dia sudah menyakiti Arumi padahal Arumi tulus banget sama Reyhan