Menceritakan tentang gadis lugu yang kerap kali mendapat perlakuan buruk dari orang sekitarnya terutama keluarganya sendiri. Keluarga yang seharusnya menjadi tempat berpulang yang nyaman justru bagaikan jeruji besi penjara bagi sang gadis. Dirinya diperlakukan bak tawanan di rumahnya sendiri.
Tiada baginya tempat bersandar walau hanya sejenak saja. Rasa letih kian menggebu dalam hatinya, rasa ingin membunuh dirinya begitu besar namun semua terhalang oleh impian serta besarnya dosa yang akan ia tanggung.
Hingga menginjak bangku sekolah menengah atas dirinya bertemu dengan lelaki dingin nan ketus yang menggedor pintu hatinya dan menjadikan dirinya seorang istri di usianya yang masih sangat muda.
🥀🥀🥀
Bagaimana kisahnya? Apakah lelaki itu akan membawanya keluar dari lubang penderitaan? Ataukah justru semakin membuatnya terpuruk ke dalam lubang yang sama?
Penasaran? Yuk, langsung baca. Jangan lupa vote dan comment-nya yaw. Happy reading^^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhiya Andina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 23. Tertidur di Bus
...Jatuh cinta dengan orang yang dicintai banyak orang memanglah tidak mudah terasa amat menyakitkan, namun akan tetap aku lakukan selama aku masih mampu untuk bertahan...
...-Most Wanted vs Nerd Girl-...
***
Hari ini rasanya begitu melelahkan bagi Ratu dan teman-temannya sekelasnya. Bagaimana tidak? Selepas berlari mengelilingi lapangan seluas itu sebanyak dua puluh kali, mereka harus menghadapi ujian Kimia secara mendadak. Catat, mendadak!
Belum lagi di dua mata pelajaran selanjutnya pun akan ada ulangan harian. Mata pelajaran yang amat dibenci, namun justru disukai oleh Ratu. Ya, matematika tentunya. Oh, hidup Ratu penuh dengan angka.
Ratu bersyukur mampu mengerjakannya lantaran setiap malamnya ia selalu belajar sebelum menonton drama Korea. Dan ia beruntung memiliki daya ingat yang cukup baik, itulah mengapa dirinya selalu berhasil menjadi juara pertama di kelasnya.
Seperti biasa, dengan langkah cepat Ratu melewati beberapa siswi yang terus mencibir dirinya. Ia selalu menundukkan pandangan, ia tidak berniat untuk mendengarnya. Itu hanya akan mengikis hatinya yang sudah hancur.
Terus ia berjalan sembari menunjuk, beberapa siswi ada yang dengan sengaja menyenggol bahu atau menyandung kakinya membuat dirinya tersungkur. Akan tetapi Ratu tetap diam tidak berniat untuk membalasnya.
Saat dirinya hendak bangkit dari posisinya, tiba-tiba saja ada seseorang yang membopong tubuh mungilnya secara paksa. Ia mendongak menatap siapa cowok yang berani membopong tubuhnya dan ternyata cowok itu adalah—
"E-eh? K-kenapa Ratu dibopong kayak gini, sih? Ratu gak pingsan tahu! Lepasin, ih," gerutu Ratu memukuli dada bidang milik Raja.
Cowok itu justru berhenti sembari mendekatkan bibirnya pada telinga Ratu membuat seluruh penghuni koridor histeris lantaran terkejut karena ulahnya dan mereka mengira akan ada adegan ciuman.
"Gua udah bilang lo harus tanggung akibatnya," bisiknya membuat bulu kuduk Ratu berdiri. Raja lantas menjauhkan wajahnya kembali dari gadis dibopongannya.
"Apa yang Kakak mau? J-jangan sakitin Ratu, Ratu mau turun," lirih Ratu.
Cowok itu kembali mendekatkan wajahnya pada wajah Ratu. Kini jarak keduanya sangat dekat bahkan Ratu bisa merasakan embusan napas dari Raja. Raja menyunggingkan senyum kecilnya menatap sang gadis yang kini tengah memejamkan matanya. "Gua gak minat cewek burik kayak lo, jangan ngarep," sambar Raja.
Ratu berdecak sebal, ia membenamkan wajahnya pada dada bidang milik Raja lantaran merasa malu. Wajahnya kini bersemu merah, ia mengigit bibir bawahnya. Aroma parfum tercium di indera penciuman Ratu, aroma yang mampu membuatnya tenang.
"Kak? Kakak pakai parfum apa? Aromanya nenangin banget, Ratu suka banget," celetuknya terus menghisap aroma parfum yang melekat di tubuh Raja.
"Gua gak tahu, itu dari mantan pertama gua," sahut Raja jujur.
Raja terus membopong tubuh Ratu hingga kini keduanya tiba di parkiran yang mulai sepi. Motor yang terparkir pun hanya tersisa beberapa saja.
"Emang Kak Raja punya berapa mantan?" Ratu mendongak menatap wajah datar Raja dengan raut penasaran.
"Maybe empat," ungkapnya menunduk menatap Ratu.
"Kok maybe? Kakak lupa mantan Kakak sendiri? Padahal dua aja bagi Ratu udah banyak banget," celetuknya.
"Gua gak ingat. Hmm ... cewek jelek kayak lo emang ada yang mau? Mimpi lo!" ejek Raja dengan nada ketus.
"Jangan remehin Ratu, ya! Jelek kayak gini juga banyak yang mau, wlek! Kak Dylan sama Kak Liam aja kata Niara suka sama Ratu." Ratu menjulurkan lidahnya ke arah Raja membuat cowok itu sontak melepas kedua tangannya.
Bruk!
"Aduh, sakit tahu!" pekik Ratu lantaran terjatuh dari bopongan cowok di hadapannya. "Dasar Singa Jantan nyebelin! Punggung Ratu sakit kalau semisal patah gimana?"
"Bodoamat." Raja menarik paksa lengan Ratu yang posisinya masih terbaring di atas ubin. "Buruan! Jadi cewek lelet amat."
"Kak, sakit," rintih Ratu menarik paksa tangannya yang terasa begitu perih.
"Lemah," maki Raja.
"Kak Raja gak punya hati banget, sih!? Asal Kakak tahu, ya! Selama ini Ratu menderita, Kak! Kalau semisal Ratu itu selemah apa yang Kakak pikirin, mungkin Ratu bakalan gantung diri. Gak mudah jadi Ratu, Ratu cuma berharap bisa jalani hidup lebih baik. Ratu pengin tenang," ungkap Ratu mencurahkan seluruh isi hati yang selama ini ia pendam.
"Lo meninggal lo tenang," papar Raja dengan santainya tanpa memikirkan akibat dari ucapannya.
"Andai, Kak. Andai aja Ratu bisa, Ratu udah bunuh diri dari dulu," imbuhnya sembari tersenyum getir.
"Kenapa gak lo lakuin? Lompat aja dari ketinggian selesai, 'kan? Minum racun juga bisa, lo potong urat nadi juga bisa." Raja masih menatap datar ke arah gadis di hadapannya tanpa merasa iba ataupun bersalah. "Atau mau gua bantu bunuh diri?"
"Cuma orang bodoh yang lari dari masalah dengan cara bunuh diri. Ratu masih pengin hidup, Kak. Ratu pengin ngejalanin kehidupan kayak orang lain, tapi gak ada yang peduli sama Ratu. Ratu kira Kak Raja bisa ngerasain apa yang Ratu rasain, tapi ternyata Ratu salah. Kak Raja justru semakin menghancurkan hati Ratu! Ratu makin benci sama Kak Raja, sampai kapan pun Ratu tetap akan benci sama Kakak!" pekik Ratu.
"Dan Ratu sumpahin kalau Kakak bakalan ngerasain hal serupa. Kakak bakalan ngerasain penderitaan yang ngebuat diri Kak Raja gila!" imbuhnya kemudian berlari meninggalkan Raja seorang diri.
Raja hanya diam tidak bergerak dari posisinya. Matanya terus menatap kepergian gadis buruk rupa yang selalu ia ejek. Air mata tanpa sengaja terjun dari pelupuk mata elangnya, entah mengapa air mata itu terjun tanpa aba-aba darinya.
"Gua juga benci sama lo, tapi lo harus jadi milik gua. Sumpah yang lo lontarin ngebuat gua gak tenang, gua udah pernah ngalamin. Jangan sampai gua ngalamin hal serupa." Raja mengusap air mata dengan jari jempolnya kemudian bergegas menuju motornya. Raja melajukan motornya dengan kecepatan penuh.
Sedang di lain sisi, Ratu berlari meninggalkan area parkiran sekolah. Ia mengusap air matanya tidak ingin siswa lain melihat dirinya, dengan langkah cepat ia melewati gerbang samping sekolahnya.
Tiba-tiba saja dirinya dikejutkan oleh Raja yang mendadak berhenti menghalangi jalannya. Ratu menendang ban motor cowok itu kencang membuat kakinya terasa kesakitan. "Ih, itu ban motor atau batu, sih? Keras banget," rintihnya.
"Ternyata lo gak cuma burik tapi juga bodoh. Namanya ban, ya, keraslah, beg*! Lagian ngapain lo tendang, lo kira ini bola?" balas Raja ngegas.
"Hina Ratu aja terus! Mau Kak Raja tuh apa, sih!?" kesalnya menatap jengah ke arah Raja.
"Lo ikut gua dan gua gak terima penolakan atau Papa lo marah sama lo," cakap Raja.
"Udah hal biasa Papa marah sama Ratu jadi, Ratu gak akan ikut sama Kak Raja. Permisi, Ratu mau lewat." Ratu melenggang meninggalkan Raja seorang diri.
Ratu bergegas berjalan cepat menuju halte sembari menyelinap di antara keramaian penumpang yang juga menunggu bus. Ia berharap bus datang lebih awal dari biasanya. Jika saja ada angkot dirinya lebih memilih naik angkot, namun sepertinya angkot sedang tidak bersahabat dengannya. Tidak ada satu pun yang berlalu melewati sekolahnya.
Itulah mengapa ia lebih memilih menaiki bus. Hanya berselang lima menit kemudian bus yang Ratu nantikan tiba. Ia bernapas lega akhirnya ia terbebas dari Raja dan ia lebih beruntung tidak lagi digoda oleh Dylan, entahlah ke mana hilangnya cowok itu.
Ratu buru-buru duduk di sebuah bangku kosong, ia melirik ke arah luar jendela. Ditemukannya Raja tengah duduk di atas motornya menatap ke arahnya tajam.
Dengan cepat Ratu memalingkan wajahnya berharap bus yang ia tumpangi segera beranjak meninggalkan sekolahnya beserta cowok menyeramkan itu.
"Hai, boleh gue duduk di sini?" Mendengar suara itu sontak Ratu menoleh mendapati seorang cowok sudah berdiri di samping bangkunya sembari mengulum senyumnya.
Ratu membalas senyum cowok itu. "Eh, boleh aja. Kakak gak naik motor, kah? Atau naik mobil kayak senior yang lain gitu?"
Cowok itu duduk di samping Ratu kemudian terkekeh kecil. Detik kemudian ia tersenyum getir sembari menatap Ratu lekat. "Gue gak punya, karena gue bukan anak orang kaya. Gue jual motor gue demi bisa biayain operasi nyokap gue," ungkapnya.
"Eh, maaf. Kak Liam jadi sedih karena Ratu. Kalau boleh tahu Mama Kakak kenapa?" Ratu mengusap lembut punggung tangan Liam memberikan cowok itu semangat.
"Mama gue gagal jantung," papar Liam sendu.
"Kak, kenapa gak Papa Kakak aja yang biayain? Setahu Ratu, operasi jantung itu mahal banget," tanya Ratu kembali mengusap punggung tangan cowok itu.
"Bokap gue udah bahagia sama yang lain dan gue benci laki-laki tua itu!" dengus Liam dengan tangan yang mencengkeram kuat.
"Kak, Kakak gak boleh benci sama Papa Kakak sendiri. Mau gimana pun dia itu Papa Kakak, jadi Kakak gak boleh benci," tutur Ratu lembut.
"Lo gak tahu gimana rasanya jadi gue. Dia udah nyakitin nyokap gue, dia ninggalin nyokap di saat kondisinya bener-bener lemah. Dia pergi sama jalang di luar sana!" bantah Liam memalingkan wajahnya.
"Kak? Ratu tahu jadi Kakak itu gak gampang, tapi Kakak gak boleh dendam sama Papa Kakak. Ingat, suatu saat Papa Kakak akan kena karmanya sendiri. Kakak cukup doain yang terbaik aja buat Papa Kakak, semoga aja Papa Kakak bisa jadi lebih baik dan gak lagi nyakitin Kakak sama Mama Kakak," tutur Ratu membuat Liam terdiam.
"Dan itu lebih baik untuk kalian. Lebih baik kalian berpisah daripada bersama tapi kalian akan selalu terluka," kekeh Ratu dengan senyum yang begitu ia paksakan.
"Hmm ... Papa lo nyakitin lo?" tanya Liam.
"Eh, e-enggak kok. Papanya Ratu itu baik banget gak pernah marah-marah sama sekali," kilahnya tersenyum hambar. "Sampai-sampai Ratu sayang banget sama Papa. Terharu banget punya orang kayak Papa."
Liam tampak merogoh sesuatu dari dalam saku celananya. Tidak lama cowok itu menyodorkan sesuatu pada Ratu. "Gue tahu lo suka lolipop, ini buat lo."
"Makasih banyak Kak Liam!" serunya meraih lolipop dari tangan Liam.
"Ratu simpan gak pa-pa, 'kan? Ratu makan di rumah aja, tahu aja kalau permen Ratu udah habis," celetuknya.
"Iya," balas Liam tersenyum.
Keduanya tidak lagi saling bicara lantaran Ratu lebih asyik menatap keluar jendela yang mana menyuguhkan padatnya jalanan sore itu. Sekitar beberapa menit kemudian Liam tidak lagi mendengar suara gadis di sampingnya, ia pun menoleh mendapati gadis itu tengah tertidur pulas bersandar pada jendela bus.
Liam lantas memindahkan Ratu agar gadis itu bersandar pada bahunya. Perlahan ia memindahkan agar dirinya tidak mengusik gadis di sampingnya yang tengah terlelap.
Liam membelai rambut panjang Ratu lembut membuat gadis itu semakin larut dalam mimpinya. "Andai lo tahu gue suka sama lo, tapi gue bilang pun percuma. Lo udah jadi milik Raja dan gue juga gak akan bisa buat lo bahagia. Huh, ternyata mencintai lo semenyakitkan ini."
Di atas adalah posisi Ratu tertidur di bus dan bersandar pada Liam.
semangat...
ayo mampir juga dikaryaku /Smile/