NovelToon NovelToon
DENDAMKU TERBALAS CINTA

DENDAMKU TERBALAS CINTA

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintamanis / Balas Dendam
Popularitas:6.8M
Nilai: 4.8
Nama Author: Bennuarty

21++
sebagian cerita ada adegan panasnya ya.

harap bijak dalam membaca.

bocil skip aja. jangan maksa 😂😂


caera Anaya. rumah tangganya yang berakhir dengan perceraian karna penghiatan suami dan sahabatnya.

rasa sakit yang membuat hatinya membatu akan rasa cinta. tetapi ia bertemu dengan seorang lelaki dan selalu masuk dalam kehidupannya. membuat ia berfikir untuk memanfaatkan lelaki itu untuk membalas sakit hati pada mantan suaminya.

akankah caera dapat membalas sakit hatinya?

yuk ikuti karya pertama ku ya 🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 4

Hari ini caera membawa Gino ke rumah ibunya. kata Gino dia kangen neneknya. Padahal baru Minggu kemarin mereka bertemu. Caera tau Gino hanya ingin pamer ke neneknya tentang hadiah yang ia dapat dari papanya.

Arya menepati janjinya membawa hadiah untuk Gino. Dengan girangnya bocah itu berlompatan begitu hadiahnya datang. Arya memberinya

mobil-mobilan tank. Dasar masih bocah 5 tahunan, mendapatkan itu dia sudah sangat senang. Padahal sudah banyak mobil mainannya, tapi tetap saja dia merasa yang terbaru di belikan papanya lah yang paling top.

Arya sudah pergi lebih dulu. Padahal ini hari Minggu. Tapi kata Arya dia ada pertemuan dengan bos kantornya. Caera mengiyakan saja. Caera adalah wanita penurut. Hampir semua yang Arya katakan dan perintahkan, caera lebih banyak mengiyakan dari pada membantah. Toh sudah semestinya begitu.

Mobil caera memasuki pekarangan rumah orang tuanya. Rumah orang tua caera biasa-biasa saja. Ayahnya seorang wiraswasta, Membuka supermarket . Sedangkan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga. Caera punya adik lelaki, Bima Rayhan namanya. Tapi Bima tidak tinggal dengan ibunya. Dia kuliah di Malaysia dan lanjut kerja di sana. Jadilah ayah dan ibu caera hanya tinggal berdua saja.

Gino sudah tidak sabar saja untuk segera keluar dari mobil. Belum lagi caera perkir dengan benar, Gino sudah menarik-narik pintu mobil tak sabar ingin segera terbuka.

"Tunggu sebentar Gino. Sabar dong"

"Cepat ma.. nenek sudah gak sabar itu mau peluk Gino"

" Yang tidak sabar itu Gino apa nenek?

Caera mencebik. Tersenyum mengejek gino.

Gino tak mengacuhkan caera. seakan tidak peduli ejekan mamanya. Dia tetap pada gayanya yang sangat antusias sekali.

Begitu pintu mobil terbuka, gino langsung menghambur masuk kedalam rumah neneknya.

"neneeekkk..."

yang di panggil masih sibuk di dapur

berkutat dengan masakannya.

"Neneeeekkk..."

Gino makin mengencangkan suaranya. Karna tau neneknya ada di dapur,

Gino langsung berlari ke sana dan langsung menubruk neneknya dari belakang dengan pelukan yang erat.

"Eehh.. Gino, cucu nenek sudah datang ya"

Rani, ibu caera. Berbalik dan berjongkok memeluk Gino.

"Nenek kenapa sih Gino gak di sambut di depan ?"

Gino merengut. Rani tertawa melihat lucunya Gino memonyongkan bibir mungilnya.

"Nenek kan lagi sibuk masak makanan kesukaan Gino"

Wajah Gino berbinar seketika.

"Pasti ayam goreng"

Tebaknya langsung.

"Anak pinter. Nanti Gino makan sama nenek ya"

"Iya dong nek"

bocah itu mencium pipi neneknya. Gino kembali ceria.

"bu, harum banget masakannya"

Caera datang, menyalami dan mencium punggung tangan ibunya, lalu mencomot satu potong ayam goreng.

"Ibu masak kesukaan Gino" ibu tersenyum senang.

"Arya gak ikut Ra?"

"Tidak Bu. Ada urusan kantor katanya"

jawab caera yang masih sibuk mengunyah ayam goreng.

"Oh ya sudah, tidak apa. Bentar lagi papa mu pulang. Kita makan bareng"

Gino menarik-narik tangan neneknya untuk di ajak ke ruang depan. Dia sudah tidak sabar untuk bercerita tentang hadiah mobil tanknya yang perkasa.

Rani mengikuti Gino dan mereka duduk di sofa ruang depan. Dengan antusias Rani mendengarkan cucunya yang menggemaskan itu.

"Kenapa tidak Gino bawa sih tanknya ke sini? Nenek kan mau lihat"

"Nenek, itu kan mobil. Besar nek. Kalau Gino bawa, pasti tidak muat di mobil mama nek"

Gino bicara sambil mengangguk- anggukkan kepalanya dengan serius. Seperti seorang guru yang mendikte muridnya agar cepat mengerti.

"Oohh.. gitu"

Rani mengangguk-anggukkan kepalanya juga seperti yang Gino lakukan.

Caera hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka. Ia duduk di sofa lain dan membuka ponselnya. Membiarkan nenek dan cucu itu bercengkrama dengan heboh. Ada pesan masuk di aplikasi pesannya. Ternyata Dinda sahabatnya. Menanyakan posisinya dimana sekarang. Caera membalas pesan chat itu. Ia meminta Dinda meluncur ke rumah ibunya saja. Sepertinya ada yang sangat ingin Dinda sampaikan langsung padanya.

"assalamualaikum"

"Walaikumsalam"

Ayah caera sudah pulang. Gino langsung melompat dari sofa menyongsong kakeknya.

"Kakeeekkk"

Menghambur memeluk kakeknya. Alwan ayah caera tertawa senang membalas pelukan cucu tersayangnya. Caera bangkit menyalami dan mencium punggung tangan ayahnya.

"Gimana kabar kamu Ra?"

Tanya alwan masih menggendong Gino dan duduk di sebelah istrinya.

"Baik ayah"

"Arya tidak ikut?"

" Tidak ayah. Dia ada pekerjaan"

"Suami mu itu terlalu keras bekerja. Hari libur begini juga dia masih kerja"

Ujar alwan sambil menciumi Gino. Gino terkikik geli dan memegangi wajah kakeknya.

"Tidak apa yah. Itu kan untuk putri ayah juga"

"Iya. Tetapi jangan terlalu begitu. Kalian tidak kekurangan bukan? Hari libur begini, seharusnya waktu untuk Gino dan kamu"

Ayah terlihat keberatan dengan sibuknya Arya.

"Iya ayah. Nanti Rara sampaikan deh"

Caera tersenyum. Ia tau ayahnya bukan marah, tapi itu malah sebuah nasehat untuknya.

"Ayah, pulang-pulang kok langsung ngomel gitu sih"

Rani protes pada suaminya.

"Bukan ngomel Bu. Ini untuk kebaikan Rara juga. Jangan di biarkan saja suaminya lembur terus"

"Lah ayah sendiri kok Masi saja kerja. Ibu kan sudah bilang ayah di rumah saja"

"Ayah bukan kerja Bu. Ayah cuma memantau"

"Idih.. mantau kok tiap hari"

Rani mencebik.

Caera tertawa melihat ayah ibunya yang selalu mesra ini. Dalam hati ia sangat ingin Arya seperti ayahnya. Tegas tapi penyayang. Sayang Arya tidak terlalu romantis. Tapi caera tidak mempermasalahkan itu. Dia memahami dan menerima Arya apa adanya.

"Yuk kita makan dulu. Pasti cucu nenek ini sudah lapar"

Dengan gemas Rina mencubit pipi Gino. Gino tertawa-tawa saja. Dia paling lengket dengan kakeknya. Ayah dan ibu caera sangat memanjakan Gino. Maklum tidak ada anak kecil lagi di rumah mereka. Bima, adik caera juga belum menikah. Makanya ayah dan ibunya sangat menyayangi Gino.

Mereka menuju meja makan.

Hari ini menu masakan ibu sederhana saja. Cah brokoli jamur, ayam goreng, sambal tomat dan sambal goreng. Tapi caera selalu merindukan masakan ibunya ini. Melihat semua makanan itu liur caerah membuncah. Rasa lapar langsung menyerangnya.

Moment makan siang bersama seperti ini membuat caera kangen dengan adiknya Bima. Sudah lama Bima tidak pulang. Katanya masih sangat sibuk, belum bisa pulang ke Indonesia. Kadang caera hanya bisa memarahi Bima, karna lupa jalan pulang. Bima hanya tertawa kencang jika caera sudah merajuk. Mereka hanya bisa video call saja.

Mereka makan dengan lahap. Sesekali Gino mengoceh dengan mulut penuh makanan, betapa nikmat ayam goreng buatan neneknya. Caera hanya memperingatinya dengan menaruh telunjuknya di bibir. Menandakan Gino harus diam saat makan.

\*\*\*\*

Dinda baru datang jam 3 sore. Lama caera menunggunya. Dinda bilang dia harus mengantar anaknya ke rumah ibunya lebih dulu. Baru bisa menemui caera.

Caera membawa Dinda duduk di bawah pohon mangga yang sedang berbuah lebat halaman belakang. membiarkan Gino bermain dengan ayah dan ibunya di dalam. Tapi sedari tadi Dinda terlihat tidak tenang. Entah apa arti tatapan mata Dinda pada caera.

Caera sibuk mengupas mangga yang masih terlihat mengkal. Dinda hanya memperhatikannya saja.

Caera memberikan sepotong mangga pada Dinda. Tapi dia menolak.

Dengan mengunyah mangga yang masih terasa asam itu, caera memandang Dinda dengan mata yang menyipit menahan rasa kecut.

"Eh din. Dari tadi kamu seperti orang bingung gitu. Ada apa sih? Kamu baik-baik saja kan?"

Dinda tersenyum canggung.

"Iya aku baik-baik saja kok" Dinda masih memperhatikan caera. Pandangannya menyelidik.

"Tapi aku rasa kamu itu tidak baik-baik saja. Jangan bohong deh"

Caera tau Dinda menyembunyikan sesuatu darinya.

"Ra, Vivi ada telpon kamu?

"Vivi?" Caera berusaha mengingat vivi pernah menelponnya atau tidak belakangan ini.

"Kayaknya tidak ada Din. Emang kenapa? Kan dia sudah pindah Din. Tapi, ya memang dia jarang sekali menghubungi aku. Sudah lama banget Din"

Vivi itu teman baik mereka berdua sewaktu kuliah. Vivi juga sudah menikah. Tapi umur pernikahannya tidak bertahan lama. Hanya dua tahun saja dan dia bercerai dengan suaminya. Lalu tahun kemarin Vivi pindah kerja di kota lain. Sejak saat itu komunikasi mereka menjadi tidak sesering dulu sewaktu Vivi masih bekerja di kota ini.

"Ra. Beneran kamu sama Arya masih baik-baik saja?

Tiba-tiba dinda menggenggam tangan caera erat. Caera mengerutkan kening.merasa ada yang tidak beres, Dinda menyudahi sesi makan mangganya.

Rasa tidak nyaman menyergap caera.dia menatap manik mata Dinda lekat-lekat.

"Ada apa Din? Jangan becanda lagi please. Aku gak suka kamu main teka teki"

Dinda meremas erat jemari caera. Dia ingin menguatkan hati untuk mengatakan apa yang dia lihat.

"Ra, maafkan aku"

Caera makin tidak mengerti maksut perkataan Dinda. Sekarang dia malah minta maaf. Apa ini?

"Maaf untuk apa sih din? Kamu gak salah apa-apa kok"

Caera makin mengernyit dalam. Rasa tidak enak di hatinya makin menjadi.

"Begini Ra, sebenarnya aku tadi lihat Arya sama Vivi"

"Apa?!"

Caera melotot saking terkejutnya.

"Ah aku bingung mau mulai dari mana"

Dinda mengeluh karna merasa tidak enak menyampaikan sesuatu yang akan menyakiti hati sahabat yang ia sayangi.

"Serius kamu Din? Maksud kamu, lihat mereka gimana sih din?"

Caera mengguncang tangan Dinda dengan gusar.

"Kamu tenang dulu. Aku akan cerita dari awal"

Dinda memenangkan caera dengan mengelus bahu caera.

"Begini, sebenarnya yang melihat suami mu dengan Vivi itu Alfian Ra. Sebulan yang lalu sewaktu dia ada kerjaan keluar kota. Alfi sampai bertanya pada ku tentang kamu dan Arya. Dia pikir kalian ada masalah. Tapi aku bilang kalian berdua baik-baik saja"

Ungkap Dinda panjang lebar. Alfian adalah suami dinda. Dada caera terasa sesak. Dia sungguh tidak percaya dan kaget bukan main.

"Terus, kenapa kamu tidak kasih tau aku Din?"

"Makanya aku minta maaf Ra. Karna aku takut Alfian salah lihat. Aku tidak mau gegabah langsung nyampein ini ke kamu Ra"

Mata caera memanas. Air mata menggenang di matanya. Rasa sakit menghujam hatinya. Inikah alasan mengapa Arya berubah akhir-akhir ini?

"Ra, maaf aku harus menyampaikan ini ke kamu. Karna aku tidak mau mereka bohongin kamu Ra"

Dinda sangat prihatin pada caera. Caera ini wanita yang sangat baik dan lembut. Hatinya gampang tersentuh. Caera sangat penurut. Dinda tidak habis pikir mengapa Arya dan Vivi sanggup menghianati wanita sebaik caera.

"Setelah aku yang melihat sendiri, baru aku yakin bahwa yang di katakan Alfi benar. Aku melihat Arya dan Vivi keluar dari mall Minggu lalu Ra. Untung saja mereka tidak melihat aku di tempat parkir"

DEG!!!

Caera membeku. Jadi benar, yang di lihat caera di butik itu adalah Arya. Caera tidak salah lihat dia adalah Arya suaminya. Ya Tuhan, Arya sungguh berbohong padanya mengatakan dia ada rapat di kantor.

Air mata itu menetes juga akhirnya. Perih tidak terkira di rasakan caera. Cinta dan ketulusannya di balas penghianatan oleh Arya suaminya.

Caera terisak. Dia tidak sanggup membayangkan apa lagi yang akan di sampaikan Dinda selanjutnya. Ini saja sudah sangat sakit menghujam sanubari. Bagaimana yang lain lagi. Caera masih menggenggam erat tangan Dinda. Dinda sangat mengerti bagaimana hancurnya hati sahabatnya ini.

"Dan tadi, aku tidak sengaja melihat mereka di restoran. Aku mengikuti mereka Ra"

Caera mendongak menatap Dinda. Pandangannya buram karna air mata yang mengucur deras.

"Mereka kemana Din?

Dinda menghembuskan nafasnya berat. Ia sungguh tidak sanggup untuk mengatakannya.

"Din, jawab. Kamu ikuti mereka kemana?"

Lidah Dinda terasa kelu. Hatinya ikut terasa di remas-remas melihat sahabatnya sangat terluka.

"Sepertinya Vivi tidak pindah keluar kota Ra. Dia bohong pada kita. Vivi sudah pindah rumah. Aku lihat tadi Ra. Sepertinya mereka sudah hidup bersama"

Ah hancurlah sudah. Hati ini remuk menjadi serpihan debu. Sesak tidak tertahan mendengar itu. Caera menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia terisak tertahan. Takut ibu dan ayah di dalam rumah mendengar tangisannya.

"Ra, sungguh aku minta maaf harus menyampaikan ini. Tapi aku tidak tahan melihat mereka menghianati kamu Ra"

Dinda ikut menangis. Dinda tidak menyangka Vivi bisa melakukan hal bejat seperti itu pada caera sahabatnya sendiri.

Dinda berpindah tempat duduk ke samping caera. Ia meraih caera kedalam pelukannya. Membiarkan caera menangis sepuasnya melepaskan kekecewaan yang dalam.

"aku mau kamu antar aku ke sana Din" ujar caera melepas pelukan Dinda.

Menatapnya memelas.

"Kamu yakin?"

Caera mengangguk.

Dinda Marasa ragu. Haruskah ia membawa caera ke rumah tempat Vivi dan Arya tadi di lihatnya?

"Jangan sekarang Ra. Ini sudah sore. Mendung lagi. Gimana kalau besok saja?"

Dinda menawarkan. Ia juga harus pulang. Dinda hanya mencari alasan agar caera membatalkan niatnya.

"Tolong din. Bawa aku ke sana. Aku ingin melihat sendiri"

"Kamu beneran yakin Ra? Dinda masih meyakinkan caera lagi.

"Iya"

Dinda menimbang-nimbang sesaat.

Ia tidak mau terjadi keributan. Tapi kalau tidak sekarang ya kapan lagi? Ia Sudah terlanjur membuka rahasia ini. Dia juga harus bertanggung jawab menuntaskannya.

"Baiklah. Tapi kamu bisa kan? "

"Iya"

Caera yakin. Ia harus melihat dengan mata kepalanya sendiri. Ingin melihat betapa mengerikannya perbuatan Arya menghianatinya. Ingin melihat Vivi sahabatnya sendiri berbuat curang padanya. Sahabat yang dia sayangi dan suami yang dia cintai telah berbuat kotor di belakangnya.

1
Suherni 123
hadehh caera dikit dikit nangis
Nur Koni
sweet sweet smp brebes mili thor
Nur Koni
makab tuh kata maaf maya busuk.... ibu model apa begitu
Nur Koni
caera serasa nonton sinetron azab ya ra
Nur Koni
ga kebayang karyawan biasa ngadepin mafia.... specless bacanya
Setianingrum Ningrum
Luar biasa
echa purin
👍🏻
Danti
Luar biasa
Darmi Mamie
/CoolGuy//CoolGuy/
Darmi Mamie
/Slight//Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Hasna Sadri
dz Zee Zee
Teteh Ratih Tedja
capura aduk bacanya, sedih, lucu dan bahagia. luar biasa
Lina Ina
🤣🤣🤣🤣🤣🤣 part paling kelakar 🤣🤣🤣
Elfi Nafiola
Luar biasa
Konny Rianty
bngettt" bangettt beneran cocokkkk ....
Konny Rianty
thorrrr" bikin dave nikahin kayraaa....
Konny Rianty
😂😂🤣🤣" horeee cerita mu berhasil thorrr" bikin deva& caeraa nikah thorrr ,biar fans mu bahagiaa....
Konny Rianty
sedihh nya thorrr" bikin deva nikahin caera, biar cinta mereka bersatu....
Konny Rianty
thorrr" bikin deva melamar caera ...
Konny Rianty
Akh...manis nyaaa thorrr" aku juga ikut meleleh...😂🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!