Selama 10 tahun lamanya, Pernikahan yang Adhis dan Raka jalani terasa sempurna, walau belum ada anak diantara mereka.
Tepat di ulang tahun ke 10 pernikahan mereka, Adhis mengetahui bahwa Raka telah memiliki seorang anak bersama istri sirinya.
Masihkah Adhis bertahan dalam peliknya kisah rumah tangganya? menelan pahitnya empedu diantara manisnya kata-kata cinta dari Raka?
Atau, memilih meladeni mantan kekasih yang belakangan ini membuat masalah rumah tangganya jadi semakin pelik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#15•
#15
POV Dean Alexander Geraldy
Rupanya, berbincang denganmu, membuat sang waktu cepat berlalu, aku bahkan tak bosan, walau yang kita bicarakan hal yang remeh. Gelak tawamu menciptakan percikan bahagia di hatiku, terdengar lancang, tapi sungguh, kenyamanan ini hanya ku dapat ketika ada di dekatmu.
Aku dan Celline sama-sama sibuk bekerja, sehingga kami bahkan tak punya waktu untuk berbincang santai selepas pulang kerja. Mewujudkan sebuah keluarga memang butuh kerja keras demi mencukupi kebutuhan. Tapi setelah kebutuhan tercukupi, aku jadi sadar akan satu hal, bahwa kebahagiaan tak bisa diukur dengan suksesnya materi. Karena meluangkan waktu bersama-sama dengan orang-orang yang kita cinta, itu lebih membahagiakan daripada bergelimang harta benda dan kesuksesan.
Kedatangan mobil yang membawa orang tua kami, membuyarkan suasana nyaman yang baru saja tercipta. “Adhiiis … “ suara bahagia Mommy memanggil wanita yang dahulu ia idamkan jadi menantunya. Yah, walau gagal, tapi Mommy selalu menyayangi Adhis seperti putrinya sendiri. Mommy dan Adhis segera berpelukan erat, seperti layaknya ibu dan anak yang lama tak berjumpa.
“Apa kabar, Mom.” Adhis pun, tak pernah menghilangkan panggilan tersebut, karena Mommy yang memintanya.
“Aahh … Mommy kangen, sudah berapa tahun ya kita gak ketemu?” tanya Mommy.
“Lupa, Mom, sepertinya ketika pernikahan Kenzo yah, kan waktu itu Adhis datang sama Ayah, dan Bunda.” Jawab Adhis ramah.
“Ah, iya, suami kamu sedang tugas seminggu di Garut, kan??”
Adhis mengangguk, sekilas kulihat senyumnya sedikit memudar. Namun hanya sesaat.
“Om Dad.”
Sapa Adhis berikutnya pada Daddy, sama halnya dengan Mommy, Daddy pun tak kalah sayang pada Adhis. Daddy pernah mengatakan padaku, “jika seandainya Daddy punya anak perempuan, Daddy akan menikahinya dengan Gala.” Karena saking dekatnya hubungan Daddy dengan Om Bima, dan Daddy tak ingin persahabatannya dengan Om Bima putus begitu saja.
Aku dengan segala keegoisan masa mudaku, seketika tertampar perkataan Daddy. Aku merasa sangat berdosa padanya, karena akibat dari keegoisanku adalah, hubungan Daddy dan Om Bima sedikit merenggang. Walau kemudian mereka kembali baik-baik saja, dan menganggap bahwa mungkin aku dan Adhis memang tak berjodoh.
“Bukannya menua, tapi kamu semakin kelihatan muda, atau Om Dad yang semakin tua?” gurau Daddy, yang dimaksudkan untuk menggoda Adhis. Tapi bukan hanya Daddy yang berpikir demikian, aku pun sama.
“Ah, sudah-sudah, ayo masuk.” Om Bima menggiring kami semua kembali memasuki pendopo.
“Bukannya hari ini kamu ada arisan keluarga di rumah orang tua Raka??”
Kudengar Tante Sherin bertanya pada Adhis, tapi aku mencoba tak menghiraukan, walau telingaku cukup awas menanti Adhis menjawab pertanyaan tersebut.
“Aku sudah izin absen, Bund.” Adhis menjawab demikian. “Lagian, kok Bunda bisa tahu sih?”
“Ya, pagi tadi Bunda ketemu sama, Jeng Diarsa.”
“Oh …”
“Tapi, Raka tahu kan, kalau kamu di sini?”
“Tahu, Bund.” Adhis menjawab dengan enggan, setidaknya begitulah yang aku tangkap.
Seorang ART yang aku tahu bernama Tini kembali keluar membawa beberapa kue basah, serta pisang goreng yang tadi ia janjikan. Suasana kembali mencair ketika kami terlibat perbincangan ringan. Sampai kulihat sebuah mobil mewah berhenti di pelataran rumah.
“Nah, kok Raka nyusul kesini?” tanya Om Bima pada Adhis.
“Gak tahu, Yah, mungkin kangen.” Jawab Adhis, dan rupanya mulai membuat hatiku tak nyaman.
‘Stop it, Dean, jangan membuat gara-gara. Memang siapa kamu? Apa hak kamu melarang Raka merindukan istrinya?’. Aku membatin memaki kecemburuanku sendiri. Aku hampir saja lupa, jika Adhis masih terikat pernikahan.
“Assalamualaikum,”
“Waalaikumsalam.” Kami semua, kompak menjawab salam bermakna kebaikan tersebut.
“Ada tamu jauh rupanya.” Basa-basi Raka. Namun tak kulihat senyum di wajah Adhis kala melihat kedatangan suaminya. Ah, sudah lah, bukan urusanku.
“Maaf, kami pamit sebentar, ada yang mau kami bicarakan berdua.” Begitulah yang kudengar, lalu Adhis buru-buru memotong pembicaraan, ia menyeret Raka masuk kedalam rumah. Entah apa yang mereka bicarakan.
•••
Dean, sang duda meresahkan, misteri hubungan Dean dan Celline, nanti othor buka secara perlahan ya😁
Readers : alasan!! Bilang aja othor belum menemukan ide. 😜
Othor : embeeerr 🥴✌
Next chapter, siang atau agak sorean yah, anak othor PJJ nih, karena sedang ada wabah gondongan di sekolah 🤧.
Semoga para pasukan Bulan sehat-sehat ya, tetap jaga kesehatan ditengah cuaca yang masih tak menentu, siang panas cetar membahenol 💃😛 malam dingin tapi gerah 😌 🥴