Xu Yiran, seorang pemuda lumpuh di bumi yang hanya bisa bermimpi menjadi petarung MMA, mendapati hidupnya berakhir tragis dalam sebuah kecelakaan. Namun, takdir membawanya terlahir kembali di dunia brutal di mana kekuatan adalah segalanya. Ia terbangun di tubuh pemuda lain bernama Xu Yiran, satu-satunya yang tersisa dari pembantaian desanya oleh Sekte Seribu Bunga. Dipenuhi dendam dan tekad baja, Xu Yiran memanfaatkan pengetahuan seni bela diri modernnya untuk menciptakan gaya bertarung unik dalam kultivasi. Dengan setiap langkah, ia mendekati balas dendam dan memulai perjalanan menjadi penguasa dunia yang tak tertandingi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YanYan., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mendapatkan Informasi
Xu Yiran berjalan menyusuri jalan utama Kota Liang, mengamati hiruk-pikuk kehidupan di sekitarnya. Pedagang kaki lima berteriak menawarkan barang dagangan mereka, mulai dari kain indah hingga ramuan herbal. Anak-anak kecil berlari-lari sambil tertawa, dan aroma makanan dari kedai-kedai yang berjajar di sepanjang jalan menggoda perutnya yang mulai kosong. Namun, Xu Yiran tahu prioritasnya saat ini: mendapatkan uang.
Dia menemukan sebuah toko kecil dengan papan nama bertuliskan “Toko Bintang Emas – Pembelian Inti Roh dan Herbal.” Tempat itu tampak ramai, dengan beberapa kultivator muda yang berdiri di luar sambil memegang kantong penyimpanan. Tanpa ragu, Xu Yiran masuk ke dalam.
Di dalam, ruangan itu dipenuhi rak-rak kaca yang memajang inti roh dari berbagai tingkatan, serta beberapa tanaman roh yang berharga. Di balik meja kayu besar, seorang pria paruh baya dengan wajah ramah berdiri sambil menghitung sejumlah koin. Begitu Xu Yiran mendekat, pria itu menatapnya dengan senyum profesional.
"Selamat datang di Toko Bintang Emas. Apa yang bisa kubantu?" tanyanya.
Xu Yiran mengeluarkan tiga inti binatang roh dari kantong penyimpanannya yang dia sisakan dan meletakkannya di atas meja. "Aku ingin menjual ini," katanya singkat.
Pria itu mengambil inti-inti tersebut dan memeriksanya dengan hati-hati. Dia memutar-mutar setiap inti di tangannya, lalu mengangguk puas. "Inti roh tingkat Pemadatan Qi, kualitasnya lumayan. Aku bisa memberimu 20 koin perak untuk masing-masing inti ini. Jadi, totalnya 60 koin perak. Bagaimana?"
Xu Yiran tahu bahwa inti roh ini tidak termasuk yang terbaik, tetapi harga yang ditawarkan cukup adil. Dia mengangguk. "Baiklah."
Pria itu segera mengambil sebuah kantong koin dari balik meja dan menghitung 60 koin perak dengan cepat sebelum menyerahkannya pada Xu Yiran. "Terima kasih atas bisnismu. Kalau kau punya lebih banyak inti roh, jangan ragu untuk kembali ke sini."
Xu Yiran mengambil kantong koin itu dan memasukkannya ke dalam kantong penyimpanannya. Dengan uang yang sekarang dia miliki, langkah berikutnya adalah mencari tempat untuk beristirahat. Dia keluar dari toko itu dan kembali ke jalan utama, mencari penginapan yang cocok.
Tak butuh waktu lama, dia menemukan sebuah penginapan sederhana dengan papan kayu bertuliskan "Penginapan Bulan Perak." Tempat itu tampak cukup bersih dan tidak terlalu ramai. Xu Yiran masuk ke dalam, disambut oleh seorang wanita tua pemilik penginapan yang berdiri di balik meja penerima tamu.
"Selamat datang di Penginapan Bulan Perak. Apa kau ingin menyewa kamar, Tuan Muda?" tanya wanita itu dengan senyum ramah.
"Ya, berapa harga untuk satu malam?" tanya Xu Yiran.
"Untuk kamar biasa, 10 koin perak. Kalau kau ingin kamar dengan fasilitas lebih baik, 15 koin perak."
Xu Yiran berpikir sejenak, lalu mengangguk. "Kamar biasa saja."
Wanita itu mengangguk, mengambil kunci dari rak di belakangnya, lalu menyerahkannya kepada Xu Yiran. "Kamar nomor tiga di lantai atas. Sarapan disediakan di pagi hari, dan kau bisa memesan makanan tambahan dengan biaya kecil."
Xu Yiran menerima kunci itu dan mengucapkan terima kasih sebelum naik ke lantai atas. Kamarnya sederhana, tetapi cukup nyaman dengan tempat tidur bersih, meja kecil, dan jendela yang menghadap ke jalan. Dia menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur dan menghela napas panjang.
"Setidaknya aku punya tempat untuk istirahat malam ini," gumamnya sambil memikirkan langkah berikutnya. Kota Liang hanyalah pemberhentian sementara, tetapi dia tahu bahwa perjalanan ini masih panjang dan penuh tantangan.
Xu Yiran menghela napas dalam-dalam setelah merapikan barang-barangnya di kamar. Perutnya yang kosong mulai protes, membuatnya memutuskan untuk turun ke lantai bawah dan mencari makanan. Langkahnya ringan saat dia memasuki ruang makan penginapan yang cukup luas, dengan meja-meja kayu sederhana dan beberapa lentera yang menggantung di langit-langit. Beberapa tamu lain sudah duduk, menikmati makanan mereka sambil berbincang dengan nada santai.
Xu Yiran mengambil tempat duduk di sudut ruangan dan memanggil seorang pelayan muda. "Apa menu hari ini?" tanyanya.
Pelayan itu tersenyum sopan. "Kami punya sup ayam herbal, nasi, dan beberapa lauk sederhana, Tuan. Harganya 2 koin perak untuk satu porsi."
"Baik, aku pesan satu," jawab Xu Yiran sambil menyerahkan dua koin perak.
Pelayan itu bergegas pergi, dan Xu Yiran bersandar di kursinya. Namun, tak lama setelah itu, telinganya menangkap percakapan dari meja di dekatnya. Di meja tersebut duduk tiga pria yang tampaknya adalah praktisi bela diri. Wajah mereka keras, dengan pakaian lusuh yang menandakan perjalanan panjang. Salah satu dari mereka berbicara dengan suara pelan, tetapi cukup jelas untuk didengar oleh Xu Yiran.
"Kau dengar? Ada kabar bahwa Sekte Seribu Bunga sedang bergerak lagi," kata pria pertama sambil menyesap tehnya.
"Kau serius? Apa yang mereka lakukan kali ini?" tanya pria kedua, wajahnya tampak tegang.
"Aku mendengar mereka baru saja menghancurkan sebuah desa kecil di perbatasan utara," jawab pria pertama. "Mereka mengambil semua wanita muda dan membantai sisanya. Katanya, desa itu menyembunyikan seorang kultivator yang melarikan diri dari sekte itu."
Xu Yiran merasakan tubuhnya menegang seketika. Nama itu—Sekte Seribu Bunga—membuat darahnya mendidih. Dia mengepalkan tangannya di bawah meja, mencoba menahan emosi yang mulai membakar dadanya. Gambaran kehancuran desanya sendiri melintas di benaknya, seperti mimpi buruk yang terus menghantuinya.
Pria ketiga, yang tampaknya lebih muda dari dua lainnya, bertanya dengan nada ragu, "Tapi kenapa mereka begitu kejam? Apa semua itu hanya karena kekuasaan?"
Pria pertama mendengus. "Kekuasaan dan kekayaan. Mereka mungkin menggunakan wanita-wanita muda itu sebagai budak atau sumber energi untuk teknik-teknik mereka. Mereka tak peduli berapa banyak nyawa yang harus dihancurkan demi ambisi mereka."
Xu Yiran menggertakkan giginya, mencoba untuk tetap tenang. Namun, amarahnya sulit ditahan. Pelayan kembali membawa makanannya, meletakkan sup ayam dan nasi di hadapannya. Xu Yiran mengangguk sebagai tanda terima kasih, lalu mulai makan dengan perlahan, meskipun pikirannya penuh dengan kebencian terhadap Sekte Seribu Bunga.
Percakapan di meja itu terus berlanjut. "Kudengar salah satu dari mereka muncul di sekitar Kota Guang," kata pria pertama. "Mungkin kita harus menghindari rute itu."
Pria kedua mengangguk setuju. "Benar. Lebih baik kita pergi ke arah selatan. Aku tidak mau berurusan dengan mereka."
Xu Yiran menyelesaikan makanannya dengan cepat, tetapi pikirannya tidak tenang. Sekte Seribu Bunga terus menjadi bayangan gelap di hidupnya, dan mendengar tentang mereka lagi hanya memperkuat tekadnya. Dia tahu bahwa jika ingin membalas dendam, dia harus menjadi lebih kuat. Namun, rasa tanggung jawab mulai muncul dalam dirinya. Jika desa-desa kecil terus menjadi korban, seperti desanya dulu, dia merasa harus melakukan sesuatu.
Setelah selesai makan, Xu Yiran membayar pelayan dan kembali ke kamarnya. Dia duduk di tepi tempat tidur, menatap kantong penyimpanannya yang kini berisi beberapa koin perak. "Sekte Seribu Bunga... tunggu saja. Waktuku akan tiba," gumamnya pelan, tetapi penuh tekad.
Malam itu, Xu Yiran memutuskan untuk beristirahat. Esok hari, perjalanan baru akan dimulai, tetapi dia sudah tahu ke mana hatinya akan membawanya—menuju kekuatan, dan mungkin, menuju pembalasan dendam.