Cintamu Menusuk Jantungku

Bryan begitu penasaran dengan kehebatan istrinya. Setelah melewati percintaan panas mereka setelah sekian purnama terlewati, kini saatnya mereka memasuki pembahasan inti.

"Apa yang diinginkan oleh mafia itu hingga kamu disekap olehnya, sayang?" tanya Bryan.

"Mereka menginginkan hal yang sama seperti aku lakukan kemarin. Mengirim rudal milik negara manapun dengan meretas kode sandi rudal itu yang seharusnya hanya diketahui oleh sang presiden, raja atau perdana menteri tergantung negara itu menggunakan sistem pemerintahannya seperti apa," jelas Renata.

"Bukankah kamu termasuk orang yang melakukan kejahatan itu karena telah mengambil rudal negara lain untuk menyerang markas mafia itu?" tanya Bryan.

"Tenanglah...! Aku justru melakukannya dengan menciptakan sebuah konspirasi. Kesannya adalah salah satu mafia negara itu yang melakukannya demi balas dendam," ucap Renata.

"Hebat. Apakah ada lagi hal lain yang mereka inginkan darimu?" tanya Bryan.

"Banyak. Tapi, aku tidak akan melakukannya. Itulah sebabnya aku tidak bisa menonjolkan diriku sebagai putri ayahku. Hanya orang-orang tertentu yang bekerjasama dengan ayahku dulu. Tapi aku tidak tahu orang seperti apa yang mengajak ayahku untuk bekerjasama dalam mengembangkan penemuannya berupa teknologi melalui fisika quantum," ucap Renata.

"Berarti kita harus menemui bapak presiden agar keberadaan kita dilindungi oleh negara. Jika tidak, hidupmu akan terancam sayang. Apalagi saat ini kita harus melindungi calon buah hati kita. Aku tidak mau terjadi sesuatu pada kalian berdua," ucap Bryan.

"Biar aku saja yang hubungi dulu bapak presiden sebelum kita buat janji dengan beliau. Kita tidak tahu jadwal kerja presiden," ucap Renata.

"Emangnya kamu bisa langsung menghubungi presiden? Tahu dari mana nomornya?" tanya Bryan.

"Bukan ke presidennya tapi ke ajudannya terlebih dahulu. Dia yang akan menghubungkan aku dengan presiden," ucap Renata.

"Baiklah. Kalau begitu kita harus buat janji dengan presiden sebelum semuanya menjadi kacau," ucap Bryan.

"Hmm...! Aku mau tidur. Ini sudah larut malam," ucap Renata.

Bryan mengecup kening istrinya lalu menarik selimut untuk menutupi tubuh mereka. Di sisi lain, Rania saat ini sedang dilarikan nyonya Sandra ke rumah sakit. Rania yang sedang mengalami stres berkepanjangan membuat tubuhnya mudah mengalami sakit. Mag nya kambuh dan terbilang kronis.

"Kenapa kamu sok baik pada Bryan padahal kamu sangat mencintainya, nak. Pernikahan Bryan dengan perempuan lain belum terdaftar secara hukum negara," ucap nyonya Sandra membujuk Rania agar memaksa Bryan menikahinya.

"Untuk apa ibu? Dia tidak mencintaiku lagi. Biarkanlah dia bahagia dengan wanita pilihannya. Aku hanya sedang belajar melupakan Bryan. Tolong bantu aku juga ibu...!" pinta Rania.

"Tapi kamu sama saja menghukum dirimu sendiri nak. Kamu ingin melihat mereka bahagia tapi kamu biarkan hidupmu sendiri menderita," ucap nyonya Sandra.

"Untuk apa memaksa Bryan hidup denganku sementara hatinya untuk wanita lain ibu? Bukankah itu akan membuat ku lebih menderita lagi, hmm?" ucap Rania yang sudah dipindahkan ke ruang rawat.

"Setidaknya kamu telah memilikinya. Cinta Bryan bisa datang kapan saja bila dia melihatmu setiap saat, nak," bujuk nyonya Sandra.

"Biarkan takdir kami seperti ini ibu. Insya Allah, Allah sudah menyiapkan jodoh yang terbaik untukku. Memang melupakan itu tidak mudah. Namun Allah pemilik hatiku yang akan menyembuhkan luka ku bu," balas Rania tetap dengan kalimat bijak.

"Ya Allah. Putriku begitu baik tapi kenapa takdirnya begitu buruk? Pria yang harus menjadi suaminya malah berpaling pada wanita lain. Kenapa begitu mudahnya Bryan melakukan itu pada putriku? aku harus menemui wanita itu sebelum putriku meninggalkan aku karena patah hati," batin nyonya Sandra yang harus mengalah untuk sementara waktu.

Walaupun Rania bukan putri kandungnya setidaknya kehadiran Rania menjadi sumber kebahagiaan dalam hidupnya. Ia harus berjuang untuk kebahagiaan putri angkatnya itu.

...----------------...

Setelah ada kesepakatan janji temu dengan bapak presiden di rumah pribadi beliau, Renata dan suaminya dikawal ketat oleh beberapa orang polisi atas perintah presiden sendiri.

Sambutan hangat bapak presiden membuat Renata dan Bryan tampak santai. Obrolan basa-basi berlangsung seru dan kemudian masuk ke pembahasan inti.

"Saya sebagai presiden begitu bangga memiliki putra bangsa yang bisa membongkar sindikat mafia yang selama ini sulit di kendalikan oleh negara Eropa. Kalau boleh tahu bagaimana proses terkuaknya jaringan sindikat itu oleh kamu?" tanya presiden.

"Sebenarnya saya tidak begitu tertarik dengan urusan politik apalagi urusan itu adalah urusan dalam negeri negara orang lain. Namun saya dijebak oleh mereka dengan fitnah yang keji yang merugikan saya pribadi. Itulah sebabnya saya menggunakan akal saya untuk menjatuhkan mereka agar bisa terbebas dari fitnah tersebut," jelas Renata.

"Kalau begitu, apakah anda bisa membantu negara ini untuk mengatasi korupsi melalui pencucian uang yang selama ini sulit terdeteksi oleh negara?" tanya presiden.

"Itu bisa saja saya lakukan asal presiden sendiri tidak memiliki kepentingan juga pada pengusaha-pengusaha yang memperkaya diri dengan mengeruk hasil bumi Indonesia," ucap Renata.

Presiden tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Renata. Renata hanya tersenyum getir karena ia sendiri tidak menjamin negeri ini bisa bebas korupsi kalau kepala negaranya tidak tegas dalam menegakkan hukum terutama para hakim dan jaksanya.

"Sudah saatnya Indonesia bangkit dari dunia hitam karena manusia serakah. Adanya saya di sini justru mencari putra bangsa yang membantu saya untuk mengatasi masalah koruptor yang menjadi budaya korupsi dari periode ke periode selanjutnya. Dengan begitu rakyat akan merasakan apa itu keadilan sosial bagi mereka," ucap presiden.

"Baiklah pak presiden. Saya akan menciptakan alat itu dengan menyusup ke setiap bank para pejabat yang menyimpan uang hasil korupsi mereka. Uang itu akan dikembalikan ke negara dengan sendirinya tanpa mereka ketahui. fasilitas mereka untuk melakukan transaksi apapun akan terpantau oleh alat itu dan akan terblokir sendiri jika mereka menggunakan uang itu untuk kebutuhan pribadi," ucap Renata.

"Wah...! Baru dengar penjelasan kamu saja, saya merasa beban saya mulai ringan karena dengan uang negara yang terjaga teta saya bisa melakukan apapun untuk kepentingan bangsa ini. Sudah saatnya Indonesia bangkit dari kemiskinan yang selama ini sengaja dibuat miskin oleh mereka yang mencuri uang rakyat," ucap presiden.

"Terimakasih atas apresiasinya. Yang tahu wacana ini cukup tuan presiden saja karena saya tidak mau kenyamanan keluarga saya akan terancam oleh para pejabat yang saat ini sedang menimbun kekayaan mereka dari hasil korupsi," ucap Bryan.

"Tidak usah kuatir. Negara yang akan melindungi keluarga anda, tuan Bryan. Istri anda adalah aset bangsa ini dan tugasku adalah memastikan istri anda tidak akan tersentuh oleh pihak-pihak yang mungkin saja mengetahui identitas istri anda," ucap sang presiden.

"Terimakasih presiden. Kalau begitu kami pamit pulang dulu," ucap Bryan namun presiden menahan mereka karena ingin menjamu makan malam bersama pasangan suami-isteri ini.