NovelToon NovelToon
GADIS CANTIK MILIK PRIA TAMPAN

GADIS CANTIK MILIK PRIA TAMPAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Romansa Fantasi / Selingkuh / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Kekasih misterius
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Nameila

Catherine Zevanya Robert Wilson. Gadis dengan sejuta pesona, kecantikan, kekayaan, dan kekuasaan yang membuatnya menjadi idola semua orang.
Gadis yang memiliki hidup sempurna penuh dengan cinta, tapi dibalik kesempurnaan ada luka besar di dalam hatinya. Gadis yang dielu-elukan kecantikannya itu memiliki kisah cinta yang hancur, kesetiaannya dinodai oleh pengkhianatan kekasih dan sahabatnya.
Catherine memiliki sisi misterius yang pemikirannya tidak bisa dijangkau orang lain. Bukan Catherine namanya jika dia diam saja menerima takdir kejam seperti itu, tanpa mengotori tangannya ia akan menghancurkan para pengkhianat.
Untuk menyembuhkan luka hatinya, Catherine memilih kembali ke tempat kelahirannya guna memulai hidup baru. Lalu, apakah Catherine akan memiliki kisah cinta baru?
"Balas dendam terbaik adalah dengan melihat kehancuranmu."
"Jangan jatuh cinta padaku, itu menyakitkan."
"Catherine, sepertinya aku tertarik padamu."
"Aku siap menunggu kamu jatuh cinta padaku."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nameila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rasa Ketertarikan

"Udah semua kan ini?" Ucap Dimas mengusap keringat yang mengucur dari dahinya. Dimas melepas dua kancing kemejanya karena merasa gerah.

"Belum lah. Masih kurang banyak." Timpal Bagas.

Dimas menjatuhkan dirinya di lantai. "Gue capek. Istirahat bentar lah, masih jam satu ini."

"Gitu doang capek." Cibir Bagas.

Dimas menegakkan tubuhnya, ia melotot tak terima pada Bagas. "Gitu doang Lo bilang? Heh kriting! Lo pikir gak capek apa pindahin bangku dari ruang auditorium ke sini sendirian."

Bagas mengedikkan bahunya acuh. "Yang nyuruh Lo pindahin sendiri siapa? Lo punya anggota lainnya bego."

Dimas mengerjap, ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Lalu menatap Bagas dengan cengiran kuda. "Oh benar juga. Kenapa gue gak kepikiran." Ucapnya.

"Lo kan bego." Ucap Bagas.

Dimas memberengut. "Lo sihhh... Harusnya Lo ingetin gue daritadi."

Bagas hanya menatap Dimas datar, dia sendiri yang memulai tadi, kenapa menyalahkan orang lain.

Aron memutar bola matanya malas melihat Dimas dan Bagas yang selalu ribut. "Cepet beresin." Ucapnya.

Dimas menoleh. "Bentar gue nafas dulu."

Nino menatap heran Dimas. "Emang daritadi Lo gak napas?"

Dimas mencebikkan bibirnya. "Diem Lo!." Ucapnya sinis.

Nino mengangkat sebelah alisnya. "Kenapa Lo sewot? Gue cuma tanya."

Dimas melirik Nino sekilas. "Pertanyaan Lo gak guna."

Reyhan berjalan mendekati mereka. "Udah dibantu anggota lainnya." Ucapnya.

"Apanya Rey?" Tanya Nino.

"Bangku." Jawab Reyhan singkat.

Dimas tersenyum lebar. "Reyhan memang pengertian. Gue jadi tambah sayang sama Lo Rey. Sini peluk dulu." Ucapnya dramatis

Bagas menatap Dimas geli. "Jijik gue. Mending Lo diem aja Dim."

Dimas melirik Bagas. "Bilang aja Lo sirik."

Aron menghela nafasnya. "Bisa diem gak?"

Dimas terdiam, ia melipat bibirnya ke dalam. Titah Aron sudah terdengar, jadi ia harus menurut.

"Bangkunya udah, konsumsi gimana?" Tanya Aron.

Nino mengecek ponselnya. "Katanya udah di depan, kita disuruh ke sana buat ambil." Ucapnya.

"Yaudah, kalian bertiga ambil konsumsi terus taruh di ruang Sarpras. Biar nanti disiapin sama anggota lainnya." Titah Aron menunjuk Bagas, Nino, dan Dimas.

"Rey, Lo bisa siapin dokumen buat Technical Meeting hari ini kan? Sama lembar absen anggota baru. Fani udah kirim filenya, dia ijin gak bisa ikut hari ini."

Reyhan mengangguk setuju. "Bisa." Ucapnya.

"Oke, gue serahin semua sama Lo. Gue keluar dulu, cek yang lainnya." Ucap Aron.

Reyhan mulai menyiapkan dokumen yang dibutuhkan untuk Technical Meeting hari ini. Ia fokus mengerjakannya hingga tak sadar ada Naya yang sedang memperhatikannya.

"Reyhan." Panggil Naya.

Reyhan terdiam, ia menoleh dan melihat Naya yang tersenyum melambaikan tangan padanya. Dia mengalihkan pandangannya, ia tak memperdulikan kehadiran Naya.

Naya menurunkan tangannya, ia melangkahkan kakinya mendekati Reyhan. "Rey kamu belum makan kan?" Ucapnya.

Reyhan hanya diam, fokus dengan laptop di hadapannya. Naya mengulurkan tangannya, ia memberikan makanan. "Ini makan dulu Rey, aku sengaja beliin buat kamu."

Reyhan melihat sekilas kotak makanan yang dibawa Naya, ia melihatnya tanpa minat. Reyhan tak mengatakan apapun, ia kembali mengerjakan tugasnya.

"Rey, ini ambil. Tangan aku pegal." Ucap Naya melas.

"Pergi." Ucap Reyhan.

Naya menggelengkan kepalanya. "Aku gak akan pergi sebelum kamu ambil makanan dari aku." Ucapnya.

Reyhan menghela nafasnya kasar. "Gue gak laper."

Naya tersenyum menatap Reyhan. "Kamu gak usah bohong sama aku, aku tau kok kamu laper. Ini jam makan siang kamu Rey, aku hafal banget." Ucapnya.

Reyhan melirik Naya yang tersenyum melihatnya. "Pergi." Ucapnya lagi.

Naya meletakkan makanan di meja Reyhan. "Kamu makan dulu ya. Aku tungguin deh."

Reyhan sudah merasa lelah mendengar ocehan Naya. Kenapa Naya bebal sekali. "Gue bilang pergi."

Naya tidak mendengar ucapan Reyhan, ia malah membuka makanan itu dan menyuapkan makanan pada Reyhan. "Ini makan dulu. Sesuap aja gapapa." Ucapnya.

Reyhan mengusap kasar wajahnya, ia memberikan tatapan tajam pada Naya. "Gue bilang gak laper! Pergi sana!" Sentaknya.

Naya tertunduk lesu, ia meletakkan kembali makanannya. "Kamu kenapa gini sama aku Rey."

Reyhan mengepalkan tangannya erat, ia sudah menahan emosinya daritadi. "Pergi Nay!"

Naya menggelengkan kepalanya lesu, ia menatapnya dengan mata berkaca-kaca berharap Reyhan bisa kembali luluh padanya.

"Aku gak mau pergi dari kamu." Ucapnya pelan.

Brak!!

Reyhan memukul meja dengan kepalan tangannya. Naya tersentak mendengar gebrakan itu, ia menelan ludahnya gugup. Ia belum pernah melihat dia marah seperti ini.

"Gue gak mau lihat wajah Lo lagi. Gue gak peduli lagi tentang Lo. Jadi pergi dari hadapan gue sekarang Nay, sebelum gue bener-bener emosi." Ucapnya.

Naya menatap Reyhan dengan gugup, air matanya sudah mengalir. "Rey -"

"PERGI!!" Bentak Reyhan menatap Naya dengan mata tajamnya, aura di sekitarnya berubah mencekam.

Naya tak percaya Reyhan akan membentaknya, dengan cepat ia pergi dengan air mata yang mengalir dipipinya.

Reyhan menatap kepergian Naya dengan datar, ia menghembuskan nafasnya kasar. "Sial!!" Bertemu dengannya membuat emosi naik.

Kenapa Naya sangat keras kepala, Apa kurang jelas ucapan Reyhan untuk menjauh darinya. Ia benar-benar lelah dengan tingkahnya yang sekarang.

Ceklek!!

Dimas datang dengan membawa kardus, ia berjalan mendekati Reyhan. "Kenapa Lo?" Tanya Dimas yang melihat wajah kesal temannya.

Reyhan tak mengatakan apapun pada Dimas. Ia hanya duduk dengan wajah datarnya.

"Oh iya, tadi gue papasan sama Naya, dia nangis waktu keluar dari sini. Kenapa tuh anak?" Tanya Dimas.

"Bukan urusan gue." Ucapnya acuh.

Dimas mengerutkan keningnya, ia merasa aneh dengan respon Reyhan. Kenapa temannya ini terlihat biasa saja, dan terkesan tak peduli. Biasanya dia sangat khawatir melihat Naya sedih.

"Kalian berantem?" Tebaknya.

Reyhan menatap Dimas. "Gak usah ngomongin dia lagi." Ucapnya.

Dimas menganga, ia tak percaya Reyhan akan mengatakan itu. Ini Naya orang yang sangat disukai Reyhan. "Bentar-bentar, ada yang aneh sama Lo."

"Biasanya Lo yang paling khawatir sama Naya, Lo gak akan pernah ngebiarin dia sedih. Tapi kenapa sekarang Lo gini?" Ucapnya bingung.

"Gak peduli gue." Ucap Reyhan.

Dimas melebarkan matanya, ia memegang pundak Reyhan. "Lo udah gak peduli lagi sama Naya? Lo udah move on dari dia?!" Tanyanya heboh.

Reyhan hanya mengangguk malas mendengar pertanyaan Dimas.

"Yang bener? Lo gak bohong kan sama gue?" Ucap Dimas.

"Berisik Lo." Kesal Reyhan.

"Gue beneran kaget anjing! Akhirnya Lo sadar juga. Kenapa baru sekarang? Kan udah gue bilangin dari dulu, Naya tuh gak baik buat Lo, dia cuma mainin perasaan Lo. Jelas-jelas dia udah punya pacar, kabarnya juga mau tunangan. Eh Lo masih aja kecintaan banget sama dia, tapi gue bersyukur sih akhirnya Lo waras juga, walaupun lama." Oceh Dimas.

"Terus gimana ceritanya Lo akhirnya-" Ucapan Dimas terpotong karena mulutnya disumpal makan oleh Reyhan.

"Berisik."

Dimas menelan makanan tadi. "Lo tega banget Rey, untung gak keselek. Tapi enak juga makanannya." Ucapnya

"Tuh makan." Ucapnya menunjuk makanan yang dibawa Naya tadi.

Dimas berbinar cerah, ia dengan cepat mengambil makanan itu. "Kenapa Lo gak bilang ke gue kalo beli makanan, tau gitu kan gue nitip juga."

"Makan aja itu." Ucapnya.

Dimas mengangguk dengan semangat, kebetulan ia lapar setelah mengangkat bangku tadi.

...----------------...

Rania menatap wajah Catherine dengan khawatir berkali-kali, ia memastikan sahabatnya itu baik-baik saja.

Catherine menghela nafas lalu menoleh pada Rania. "Ran.. kenapa lihatin aku terus?"

"Gue khawatir sama Lo, wajah Lo masih keliatan pucat Rine. Kita gak usah ikut Technical Meeting aja ya? Gue bilang ke Kak Aron sekarang, dia pasti ngerti."

"Aku mau ikut Ran, aku juga udah gapapa kok." Tolak Catherine.

Rania menatap Catherine tidak rela, "Tapi..."

"Ran percaya sama aku. Nih kita udah sampai." Ucap Catherine menunjuk ruang musik.

Rania mengalah sekarang. "Yaudah, Lo boleh ikut. Tapi Lo diem aja, gak usah ngapa-ngapain."

Rania mengetuk pintu ruang musik kemudian membukanya. "Permisi." Gumam Rania.

Saat Rania masuk ke dalam, ia terkejut ada Reyhan yang berdiri di hadapannya. "Kirain tadi gak ada orang." Batinnya.

Catherine yang ada di belakang Rania, menengok ke depan dengan penasaran. "Udah rame Ran?"

Rania membuka pintunya lebar, dan terlihat jelas ada Reyhan di sana.

Reyhan menaikkan sebelah alisnya ketika melihat Catherine, kenapa dia ada di sini? Pikirnya.

"Siang Kak Reyhan."

Reyhan mengangguk, ia masih menatap Catherine yang menunduk. "Udah sehat?" Tanyanya.

Catherine mendongak. "Udah Kak." Ucapnya.

Reyhan mengalihkan tatapannya pada Rania meminta penjelasan, Rania yang ditatap Reyhan pun menggelengkan kepalanya. "Belum." Ucapnya tanpa suara.

"Masuk." Ucapnya.

Rania menggandeng tangan Catherine masuk ke dalam ruangan, mereka duduk di kursi yang sudah disediakan.

Catherine di depan di samping Rania. "Kok masih sepi ya?"

"Masa kita kecepetan Rine? Kemarin undangannya jam berapa sih?" Tanya Rania.

"Aku lupa. Pokoknya sepulang kuliah, bentar aku cek dulu digrup." Ucap Catherine.

Catherine merogoh sakunya, ia mengernyit. Lalu membuka tasnya, Catherine mencari-cari ponselnya tapi tidak ketemu. "Hp aku kok gak ada ya."

Rania menoleh. "Serius? Coba cek lagi. Mungkin nyelip."

Catherine kembali menggeledah isi tasnya, tapi tetap tidak menemukan ponsel miliknya. "Gak ada Ran.".

"Coba Lo inget-inget, terakhir Lo pegang hp di mana? Terus Lo taruh di mana?"

Catherine terdiam, ia mencoba mengingat kapan terakhir ia memegang ponsel. Seharian ini ia hanya pergi ke kelas dan UKS.

"Ada di UKS Ran, aku baru ingat." Ucapnya.

Catherine baru ingat ponselnya ada di meja UKS, setelah menghubungi Rania, ia meletakkan ponsel di meja dan masuk ke kamar mandi. Catherine lupa memasukannya ke dalam tas.

"Duh kok bisa lupa sih Rine. Kenapa gak langsung dimasukin ke dalam tas. Entar kalau hp Lo ilang gimana?" omel Rania.

Catherine nyengir. "Maaf, aku beneran lupa."

Catherine meletakkan tasnya. "Aku ambil hp dulu deh."

Rania menahan Catherine. "Gak. Lo duduk aja di sini, biar gue yang ambil. Lo masih lemes."

Catherine menatap Rania dengan rasa bersalah. "Aku gapapa kok, aku bisa ambil sendiri Ran."

Rania menggelengkan kepalanya menolak. "Lo di sini aja. Sekalian gue beli minum di kantin."

"Aku temenin ya." Catherine menatap Rania dengan penuh harap.

"Gak. Lo di sini aja Rine." Ucap Rania tak terbantahkan.

"Yaudah deh." Ucap Catherine pasrah.

Rania tersenyum puas, setelah itu ia pergi meninggalkan ruang musik mengambil ponsel Catherine. Sebelum itu Rania mampir ke kantin membeli minuman untuk Catherine dan dirinya.

Catherine mendesah pelan, hanya ada dia sendiri di sini. Catherine mengernyit. "Tunggu sebentar, bukannya tadi ada Kak Reyhan?" Lirihnya. Catherine menatap ke sekitar mencari keberadaannya.

"Cari apa?" Ucap Reyhan mendekati bangku Catherine dengan membawa kertas ditangannya.

Sejak tadi Reyhan duduk di belakang, ia sedang mengurusi berkas di sana. Dia mendengar semua percakapan mereka, dan mungkin saja mereka tidak sadar jika dia masih di dalam. Saat Rania pergi, ia mengambil lembar absen mendekati Catherine.

Catherine menoleh ke depan, ia tersentak melihat Reyhan yang sudah ada di depannya. "Enggak kok." Kilahnya.

Reyhan menyerahkan lembar absen yang dibawanya. "Absen dulu." Ucapnya pada Catherine.

Catherine mengambil kertas absen, ia mencari letak namanya. Saat ia hendak tanda tangan, rambutnya menghalangi pandangan. Dia menyugar rambutnya ke belakang, tapi tetap saja kembali ke depan.

"Dimana ikat rambut Lo?" Tanyanya Reyhan.

Catherine mendongak ke depan, ia menatap Reyhan polos. "Hilang Kak." Ucapnya.

Memang benar ikat rambutnya hilang, tadi sewaktu ia tidur kepalanya terasa tidak nyaman karena ikat rambutnya mengganjal. Catherine pun melepaskan ikat rambut itu. Tapi ia lupa meletakkannya di mana. Jadi ia biarkan saja rambutnya terurai.

Reyhan berjalan ke belakang. Catherine hanya diam ia kembali menunduk untuk melanjutkan absennya.

Saat tangan Catherine mulai menandatangani lembar absen, ia tersentak merasakan rambutnya dipegang dari belakang.

Catherine menoleh, kepalanya ditahan. "Lanjutin aja nulisnya." Ucap Reyhan.

"Kak Rey-"

"Gue tau Lo gak nyaman." Potong Reyhan.

Dengan cekatan, Reyhan mengumpulkan rambut Catherine menjadi satu. Dia melakukannya dengan lembut, setelah itu ia mengikat rambut panjang Catherine dengan rapi.

Catherine mematung, ia tak tau harus apa sekarang. Tindakannya yang tiba-tiba mengikatkan rambut membuat dirinya terkejut. Ia tak menyangka Reyhan akan melakukan itu.

Reyhan berdiri di hadapan Catherine. "Udah?" Ucapnya.

Catherine mengerjapkan matanya. "Hah? Udah Kak." Ucapnya sambil menyerahkan lembar absen.

Catherine menatap Reyhan ragu. Ia menyentuh rambutnya yang sudah diikat. "Makasih Kak." Ucapnya.

Reyhan tersenyum tipis, ia mengangguk. Lalu pergi meletakkan lembar absen ke meja depan. Dia duduk diam lalu berdehem pelan. Tangannya memegang dadanya yang berdebar kencang.

Bagaimana bisa dia dengan mudahnya melakukan itu padanya. Bagaimana kalau Catherine berpikiran macam-macam tentangnya? Pikir Reyhan.

Reyhan menatap Catherine yang hanya diam sambil menunduk. Ia tak suka situasi canggung seperti ini. "Lo beneran udah sembuh?" Ucapnya memecahkan keheningan.

Catherine mengangkat wajahnya, matanya beradu dengan mata tajam Reyhan. "Udah mendingan Kak."

"Lo yakin?" Ucap Reyhan ragu.

"Yakin." Balas Catherine.

Reyhan sedikit khawatir dengan keadaan Catherine sekarang. Apalagi wajahnya masih terlihat sedikit pucat. Kenapa dia nekat datang ke sini.

"Kak Reyhan.." panggil Catherine.

Reyhan menoleh. "Kenapa?"

"Acaranya dimulai kapan Kak? Kenapa masih sepi?" Tanya Catherine penasaran.

"Jam tiga." Jawabnya.

Catherine mengangguk, lalu matanya membulat sempurna. Ia menoleh menatap jam dinding yang menunjukkan pukul dua siang. "Masih satu jam lagi dong." Ucapnya.

"Tau gini, mending aku tidur dulu di UKS." Gumamnya pelan.

Reyhan mendengar ucapan Catherine. "Lo gak lihat pengumuman?" Tanyanya.

"Lupa Kak. Aku langsung ke sini aja tadi bareng Rania." Lesu Catherine.

Reyhan mengernyit dalam. "Langsung ke sini? Jadi dia belum makan? Dasar ceroboh." Batin Reyhan.

Catherine melipat kedua tangannya, lalu menelungkupkan kepalanya. "Tau gini aku makan dulu tadi."

"Ini Rania juga kenapa gak balik-balik, lama banget." Gerutu Catherine pelan.

Reyhan menatap Catherine tak tega. Reyhan bangkit dari duduknya, ia menuju ke belakang. Dia membuka laci yang penuh dengan camilan, ini semua milik Dimas, dia yang selalu membeli stok makanan. Ia mulai mengambil roti, coklat, dan sosis. Tak lupa ia juga mengambil susu kotak rasa coklat.

Reyhan berjalan mendekati Catherine meletakkan makanan itu di hadapannya. Dia mengetuk meja beberapa kali.

Catherine mengerjap melihat Reyhan yang berada di hadapannya sekarang. "Ada apa Kak?"

Reyhan mendekatkan camilan itu pada Catherine. "Dimakan, gue tau Lo belum makan." Ucapnya.

Catherine memiringkan kepalanya melihat camilan di hadapannya sekarang, "Ini semua buat aku?"

"Iya. Makan." Ucap Reyhan.

Catherine menggaruk kepalanya pelan. "Tapi ini kebanyakan Kak."

Reyhan ingin kembali duduk di bangkunya, tapi lengannya ditahan Catherine. "Kak Rey juga belum makan kan?"

Catherine yang menggeser tempat duduknya. Ia menarik lengan Reyhan menyuruhnya duduk di bangku yang ditempati tadi.

Catherine mengambil roti dan memberikannya padanya. "Kak Reyhan makan juga, kalo cuma aku yang makan gak akan habis." Ucap Catherine sambil memegang roti juga.

Catherine membuka bungkus rotinya, ia menoleh pada Reyhan yang ada di sampingnya. "Makasih ya Kak." Ucapnya sambil menggoyangkan rotinya.

Catherine mulai memakan roti dengan diam, pipinya menggembung lucu saat mengunyah. Reyhan menatapnya gemas.

"Kenapa dia sangat menggemaskan, lihat pipinya yang seperti bakpao itu." Batinnya. Reyhan terkekeh pelan melihat Catherine yang tengah asik mengunyah.

Catherine menoleh pada Reyhan. "Kenapa Kak."

"Lo lucu." Ucapnya.

Catherine mengerjap dengan mata membulat ketika mendengar ucapan Reyhan. Ia tidak salah dengar kan? Ini Reyhan memuji atau mengejek?

Reyhan tertawa pelan melihat respon Catherine yang tampak semakin lucu. Matanya membulat dengan pipi menggembung membuatnya terlihat sangat gemas.

Reyhan mengulurkan tangannya, lalu mengacak pelan rambutnya. "Catherine, sepertinya gue tertarik sama Lo." Ucapnya dengan nada serius.

...****************...

1
Anita Rahayu
Luar biasa
Mabel
Gak terasa waktu lewat begitu cepat saat baca cerita ini, terima kasih author!
🌹Yuukidarkness🥀✨
Gak nyangka!
swaggy
Bagus banget! Aku jadi kangen sama tokoh-tokohnya 😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!