Cintamu Menusuk Jantungku

Cintamu Menusuk Jantungku

1. Harapan

"Raniaaaa.....!" pekik Bryan setelah melewati masa kritisnya.

Sang asisten pribadi yaitu Berlin segera menghampiri bosnya untuk menenangkan Bryan.

"Tenanglah tuan...! Nona Rania masih hidup."

"Apa yang terjadi? kenapa dengan mataku? Apakah aku terancam tidak bisa melihat?" Bryan terlihat panik sambil mengusap wajahnya.

"Ada apa tuan? Apakah anda tidak bisa melihat sama sekali?" gugup Berlin sambil memencet tombol nurse call di samping tempat tidur Bryan.

"Aku merasa gelap semuanya. Apakah saat ini ruangan ini sedang mati lampu?" Bryan terlihat frustrasi namun dokter segera menghampirinya.

"Tenanglah dulu tuan..! Anda baru saja mengalami kecelakaan. Ijinkan saya memeriksa mata tuan." Dokter Gilang mengarahkan senternya ke arah wajah Bryan yang berusaha mengendalikan emosinya.

"Apakah kamu tidak bisa melihat cahaya yang di depanmu, tuan?" tanya dokter Gilang lagi.

"Tidak. Tidak sama sekali dokter. Apakah aku akan buta selamnya, dokter?" tanya Bryan kelihatan kalut.

"Tenanglah tuan. Saya harus memeriksa beberapa hal untuk memastikan penglihatan anda apakah masih bisa diatasi dengan medis atau dengan cara yang lain," ucap dokter Gilang lalu meminta perawatnya untuk mencatat beberapa keluhan yang disampaikan oleh Bryan.

Setelah memeriksa keadaan Bryan, dokter Gilang dan perawatnya meninggalkan ruangan itu. Obrolan kembali terjadi antara bos dan asistennya itu. Beruntunglah suster sudah memberikan Bryan suntikan obat penenang agar Bryan tidak merasa cemas dengan keadaannya.

"Tolong panggilkan Rania untuk menemui ku jika dia masih hidup..! Aku ingin memastikan sendiri kalau Rania masih hidup," pinta Bryan membuat Berlin menarik nafas berat.

"Baiklah. Aku akan ke kamar nona Rania. Mungkin dia sudah siuman saat ini." Berlin harus berbohong pada bosnya itu karena dia tidak tahu harus bicara apa pada Bryan dengan kondisi Rania yang saat ini dinyatakan koma oleh dokter.

"Cepatlah kembali, Berlin...! Aku seakan sedang berada di dalam gua yang gelap lagi dingin. Aku tidak siap menerima keadaan ini," timpal Bryan ketika mendengar Berlin membuka pintu kamar rawat tersebut.

"Baik tuan..!" Berlin menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dengan kasar.

Baru saja ia ingin melangkah ke arah pintu lift, ia berpapasan dengan tuan Firza. Berlin harus menyapa tuan besarnya itu yang terlihat sangat berkharisma di usianya yang sudah sepuh kini.

"Bagaimana keadaan cucuku, Berlin? Apakah kamu memberitahunya tentang kondisi Rania?" cecar tuan Firza.

"Itu tidak mungkin tuan besar. Karena tuan Bryan saat ini tidak bisa melihat," ucap Berlin lirih.

"Apaa...? Innalillahi...!" tuan Firza terlihat syok mendengar keadaan cucu satunya sebagai pewaris tahta kerajaan bisnisnya itu karena ia telah kehilangan putra dan menantunya saat Bryan masih berusia lima tahun.

"Kamu mau ke mana sekarang?" tanya tuan Firza setelah mengatasi rasa syoknya barusan.

"Tuan Bryan meminta saya untuk memanggil Rania karena ia ingin memastikan sendiri kondisi Rania yang dikiranya baik-baik saja karena perkataanku," sahut Berlin makin membuat tuan Firza frustrasi.

"Kembalilah ke kamarnya dan katakan kepadanya kalau Rania tidak bisa menemuinya karena dokter sedang memeriksa nya karena takut ada pendarahan dalam," jelas tuan Firza agar pewaris tunggal nya itu tidak lagi mengalami trauma seperti sebelumnya ketika ditinggal pergi kedua orangtuanya untuk selamanya jika mengetahui kondisi Rania sebenarnya.

"Baik tuan besar." Berlin kembali masuk ke dalam lift. Setidaknya ia sudah mendapatkan perintah dari bos besarnya itu untuk alasan yang cukup masuk akal. Selanjutnya ia pasrah akan keadaan tuannya jika mengetahui tunangannya itu saat ini sedang berkutat dengan maut. Antara mati atau hidup.

...----------------...

Tuan Firza begitu terkejut mengetahui hasil pemeriksaan medis tentang kondisi cucunya itu. Pernyataan dokter yang sangat membuatnya syok memaksanya untuk menerima kenyataan.

"Apakah cucuku selamanya tidak bisa melihat lagi dokter? Apakah tidak ada pendonor mata yang akan mengembalikan penglihatan cucuku?" cicit tuan Firza terlihat sendu.

"Maafkan kami tuan. Kasus ini sangat membuat kami menyerah karena ada beberapa syaraf yang tersambung dengan kornea mata pasien tuan Bryan sudah rusak. Jadi, percuma saja kita melakukan operasi donor mata," tegas dokter spesialis mata yang menangani kondisi Bryan.

Tuan Firza kehilangan kata. Tubuhnya sangat terasa lemas. hanya keajaiban Tuhan yang mampu menyembuhkan Bryan. Itupun rasanya nihil. Dengan langkah gontai ia harus menyampaikan sendiri hasil pemeriksaan medis cucu kesayangannya itu.

"Ya Allah. Ujian apa lagi ini yang sedang Engkau timpakan kepada kami? Tidak cukupkah Engkau mengambil kedua orangtuanya? Bagaimana caraku melewati hari-hariku dengan melihat cucuku yang buta? Apakah dia siap menerima kenyataan ini setelah ia bisa bangkit dari keterpurukannya beberapa tahun yang lalu setelah bertemu dengan Rania?"

Pintu kamar itu didorong perlahan oleh kakek tuju puluh lima tahun itu. Ia tersenyum melihat cucunya yang sedang mendengarkan lagu kesukaannya di ponsel milik Bryan itu.

"Kakek." Bryan mengetahui kedatangan kakeknya walaupun ia tidak bisa melihat."

"Tuan." Berlin memberikan akses pada tuan besarnya untuk mendekati Bryan yang berusaha tegar di depan kakeknya.

"Bagaimana kamu tahu kalau aku yang masuk Bryan?" tanya sang kakek sambil tersenyum dengan embun bening memenuhi mata senjanya itu.

"Parfum yang dipakai kakek itu tidak semua orang memilikinya," ucap Bryan membuat kakeknya tersenyum kecut.

"Bagus. Mulai sekarang belajarlah untuk mengenal orang-orang terdekatmu dengan indra penciumanmu. Mungkin penciuman dan rasa yang lain yang bisa membuatmu melihat dunia ini dengan caramu sendiri," jelas kakek terdengar ambigu oleh Bryan.

"Apa maksud kakek bicara seperti itu padaku?" gugup Bryan yang merasa keadaannya tidak baik-baik saja.

"Maafkan kakek nak karena kekayaan kakek tidak bisa mengembalikan penglihatan mu kecuali dengan keajaiban Allah yang akan Ia berikan kepadamu suatu hari nanti."

Ucapan tuan Firza sudah cukup membuat Bryan memahami kondisi dirinya yang mungkin akan buta selamanya. Bryan tidak ingin membuat kakeknya sedih akan nasibnya. Walaupun hatinya saat ini sangat sakit namun ia ingin meyakinkan kakeknya kalau dirinya tidak keberatan mengalami kebutaan permanen.

"Kakek. Percayalah padaku kalau aku bisa melewati ujian ini semua asalkan kakek dan Rania ada disampingku. Adanya kalian berdua sudah menjadi kekuatan bagiku. Rania gadis yang sangat baik.

Dengan mengenali suaranya cukup bagiku untuk mengetahui dia ada untukku. Suaranya sangat khas di kupingku kakek," ucap Bryan dengan senyum terbaiknya untuk membuat kakeknya lega.

Deggg...

Tuan Firza melirik ke arah Berlin yang juga sedang menatapnya bingung. Sekarang mereka berada dalam dilema karena Rania sedang koma. Tuan Firza pamit pada Bryan untuk memikirkan apa yang mesti ia lakukan untuk kebahagiaan cucunya itu. Tuan Firza menepuk pundak asisten pribadi cucunya itu.

"Jaga dia...! Aku ada urusan sebentar."

"Baik tuan. Hati-hati." Berlin membungkukkan tubuhnya memberi hormat pada mantan bos ibunya itu karena ibunya Berlin pernah menjadi sekertaris tuan Firza saat masih muda dulu menggantikan neneknya Bryan yang menjadi permaisuri tuan Firza sebelumnya.

Beberapa hari kemudian tuan Firza melepaskan penatnya untuk berkunjung di sebuah bar yang pernah menjadi tempat pelarian nya dulu ketika putra dan menantunya tewas dalam sebuah kecelakaan.

Walaupun sebenarnya ia sudah keluar dari dunia hitam itu demi hijrah ke arah yang lebih baik namun entah mengapa langkah kakinya menuntunnya kembali ke tempat itu. Ia hanya mengikuti apa kata hatinya.

"Selamat malam tuan? Apakah tuan ingin minum sesuatu?" tanya seorang bartender membuat tuan Firza tersentak lalu menatap lekat wajah gadis itu lebih dalam.

"Tuan...! Hallo...!" Gadis itu melambaikan tangannya ke arah tuan Firza yang menatapnya penuh makna.

"Kenapa pria di depanku ini sangat mesum?" batin gadis itu bergidik ngeri sambil menunggu jawaban tuan Firza.

Terpopuler

Comments

suti markonah

suti markonah

iseng² lihat karya othor ternyata nonggol juga thor..

2025-01-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!