NovelToon NovelToon
Moonlight After Sunset: Black Magic

Moonlight After Sunset: Black Magic

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Balas Dendam / Epik Petualangan / Akademi Sihir
Popularitas:251
Nilai: 5
Nama Author: Riana Syarif

Buku kedua dari Moonlight After Sunset, bercerita tentang Senja, seorang gadis yang terlilit takdir membingungkan. Untuk mengetahui rahasia takdir yang mengikatnya, Senja harus membuang identitas lamanya sebagai Bulan dan mulai menjalani petualangan baru di hidupnya sebagai putri utama Duke Ari. Dalam series ini, Senja aka Bulan akan berpetualang melawan sihir hitam sembari mencari tahu identitas aslinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riana Syarif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memantau

"Tidak semua hal yang kita hindari akan pergi, terkadang ia malah akan semakin dekat."

****

Setelah mengucapkan salam perpisahan, mereka lalu kembali ke kamar masing-masing, begitu pula dengan Senja.

Selama perjalanan menuju kamarnya, Senja di temani oleh Maya dan Zakila. Jalan yang panjang kini menjadi semakin singkat karena percakapan ringan diantara mereka.

"Sayang sekali kita harus berpisah sampai disini," Zakila memeluk ringan Senja dengan wajah sedihnya.

"Sampai jumpa kembali," seru Maya sambil menarik kerah baju adiknya tersebut.

Kini mereka sedang berada di persimpangan jalan. Kamar Senja terletak di bagian atas, jadi ia harus memanjat tangga untuk bisa sampai kesana. Sedangkan kamar Maya dan Zakila berada di sisi sebelah kanan persimpangan tersebut.

"Iya, sampai jumpa kembali."

Senja hanya tersenyum simpul melihat kelakuan dua saudari kembar tersebut. Meski mereka kembar, namun sifat mereka sangat jauh berbeda satu sama lain.

Setelah Maya dan Zakila pergi, Senja memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanannya. Ia kemudian naik ke lantai atas menggunakan anak tangga yang ada di sisi sebelah kirinya.

Dalam perjalanan Senja sudah merasakan aura seseorang yang sedang mengikutinya, namun ia mencoba untuk mengabaikan aura tersebut. Akan sangat merepotkan baginya untuk terjun secara langsung dalam menghadapi hama seperti itu.

Terlebih lagi karena Dian tidak berada disini, maka Senja harus bekerja sendiri dalam segala hal, dan itu sudah cukup membuatnya pusing.

Sesampainya di pintu masuk, Senja diberhentikan oleh sebuah suara yang sedang memanggil namanya.

"Senja, apa kabar?"

Sekilas Senja dapat melihat siapa yang sedang menyapanya itu, dan ternyata dia adalah Kira gadis yang sedari tadi mengikutinya.

"Apa dia tidak bosan menunggu ku selama itu," pikir Senja. Ia tahu jika Kira sudah mengikutinya sejak kepulangannya ke akademi namun melihat kegigihannya membuat Senja sedikit penasaran.

"Oh, hai. Aku baik, lama tidak bertemu."

"Iya, sudah lama."

Kira membalas sapaan Senja dengan senyum hangatnya. Ia juga dengan sengaja melirik kamar Senja sesaat sebelum percakapan di mulai.

Jujur saja tidak sopan berbicara dengan seorang tamu di luar pintu, namun Senja sama sekali tidak berniat untuk membawanya masuk ke dalam kamar.

"Apa ada yang ingin kau katakan pada ku?"

Senja bertanya dengan ramah, ia sejujurnya malas meladeni Kira namum juga tidak sopan untuk mengusirnya secara langsung.

"Tidak ada, aku hanya senang kau kembali."

"Terima kasih atas perhatian mu, tapi aku lelah. jadi, jika tidak ada lagi yang ingin kau katakan, aku permisi dulu."

Senja mulai berakting seperti orang yang kelelahan, padahal sebelumnya ia terlihat sangat segar. Ya meskipun perjalanan membuatnya lelah namun itu sama sekali tidak mengurangi staminanya.

"Lihat itu, betapa lemahnya dia," batin Kira masih dengan senyum hangat di wajahnya.

"Oh istirahatlah, aku tahu kau pasti lelah karena perjalanan dari wilayah Duke ke Akademi ini."

"Terima kasih atas pengertian mu."

Setelah mengatakan itu, Senja langsung memasuki kamarnya. Ia bahkan tidak peduli apakah Kira masih berada di depan pintu kamarnya atau tidak.

Akan lebih baik jika Kira segera pergi dari sana, namun yah sesuai perkiraan Senja. Kira masih berada di depan pintu kamarnya selama kurang lebih 30 menit.

Entah apa yang ia lakukan selama berdiri disana, tapi Senja bisa memastikan jika ia hanya berdiri dan tersenyum nakal sambil sesekali mengintip melalui lubang kunci pintu tersebut.

Wajahnya terlihat aneh setiap kali ia membayangkan akan sesuatu hal yang sama sekali tidak di ketahui oleh Senja.

"Aku akan menyuruh Lily untuk mengganti kunci pintu nanti" batin Senja yang kemudian menyuruh Kun untuk memasang perisai transparan di dalam kamarnya tersebut.

"Ini jauh lebih baik," lirih Senja sambil membanting dirinya ke atas kasur.

"Dia sudah pergi."

Kun berjalan mendekati Senja sambil melirik sekilas pada pintu yang kini sudah kosong dari keberadaan Kira.

"Itu bagus," balas Senja sebelum memejamkan kedua matanya.

****

Keesokan harinya Senja melakukan aktivitas yang sama. Ia kembali ke kelasnya dan belajar mengenai materi yang sebelumnya sudah ia pelajari dari Prof Edward.

Jujur saja kelas ini bukanlah kelas yang cocok untuk Senja. Pasalnya ia sudah menguasai hampir seluruh ilmu sihir di tahap kelas tersebut. Bahkan jika di bandingkan dengan Luna yang saat ini sedang berada di tahap 5, Senja bahkan bisa melampauinya.

Hal itu bisa terjadi karena pelatihan rahasia yang ia lalui bersama Prof Edward selama satu tahun. Selama waktu itu, Prof Edward sudah mengajarkan ia banyak hal, hanya saja demi kebaikan bersama, Senja terpaksa harus menutupi kemampuannya tersebut.

"Aku bosan," batin Senja sambil memainkan pena bulunya.

Dari kejauhan seorang gadis sedang memperhatikan gerak-gerik Senja. Ia bahkan tidak mengedipkan matanya saat mengamati seluruh perilaku Senja sejak ia masuk ke dalam kelas.

"Lihat itu, betapa sombongnya dia."

Kira mengejek dalam hatinya, ia kesal saat melihat wajah damai Senja. Dan entah mengapa rasa ingin membunuhnya semakin tinggi saat melihat Senja.

"Mungkin ini yang juga dirasakan oleh Dira saat melihatnya," lanjutnya sambil memasang senyum aneh.

"Baiklah anak-anak kita sudahi sampai disini, dan jangan lupa untuk mengerjakan tugas kalian."

Perhatian Kira teralihkan saat guru mulai mengumumkan berakhirnya kelas teori kali ini. Ia menatap guru tersebut dengan wajah datarnya sambil berdiri untuk mengucapkan salam. Setelahnya ia bergegas mendekati meja Senja dengan memasang senyum palsunya.

"Sesuai dengan yang di inginkan olehnya," lirih Kira sambil mengambil cepat tas miliknya.

"Hai Senja."

Senja yang kaget melihat kedatangan Kira hanya bisa memasang senyum ramahnya.

"Oh hai," balas Senja dengan wajah polosnya.

"Bagaimana dengan hari mu? Apa kau bisa tidur nyenyak malam ini?"

"Oh hari ku baik, dan hmm... ya lumayan."

"Ya aku bisa melihatnya. Oh aku hampir lupa."

Kira kemudian mengeluarkan beberapa makanan ringan dari dalam tasnya. Ia lalu menaruh seluruh makanan tersebut ke atas meja Senja dan tidak lupa pula beberapa botol minum yang terlihat sangat familiar.

"Dia sudah gila," batin Senja dengan masih mempertahankan senyum ramahnya.

"Apa ini?"

"Aku membelikan ini karena teringat pada mu. Selain itu, aku juga sedih karena tidak bisa melihat mu selama beberapa hari terakhir ini, jadi tanpa sadar..."

Kira melirik sekilas pada makanan yang telah ia keluarkan. Makanan itu tampak sangat banyak dengan berbagai rasa dan juga ukuran yang berbeda.

"Terima kasih, tapi ini terlalu banyak untuk ku."

Senja dengan canggung mendorong seluruh makanan tersebut. Jujur saja ia malas untuk menyentuhnya apalagi sampai memakannya.

"Ya ampun, maafkan ketidaksopanan ku ini."

Kira terlihat sedih, ia memasang wajah penuh penyesalan dengan sedikit air mata yang hendak menetes keluar.

"Hah, aku benci situasi ini."

Senja terlihat kesal, ia hanya bisa menahan rasa kesalnya dibalik senyum ramahnya itu. Jika bukan karena saling menipu satu sama lain, mungkin saat ini ia sudah memukuli Kira sekuat tenaganya.

"Senja!"

Suasana sedikit berubah saat sebuah suara memanggil Senja dengan nyaring. Bagi Kira suara ini bagaikan musuh pengganggu, namun bagi Senja suara ini bagaikan penyelamatnya di situasi ini.

"Akhirnya dia datang juga," batin Senja sambil memalingkan wajahnya untuk melihat siapa sosok yang sedang memanggilnya tersebut.

"Maya."

Senja tersenyum pada Maya yang saat ini sedang berjalan menghampiri mereka. Maya yang saat itu melihat Kira, langsung menatapnya dengan sinis. Ia dengan terang-terangan menampakkan wajah ketidaksukaannya pada Kira.

"Cih, dasar hama."

Kira kemudian membalas menatap Maya dengan wajah datarnya. Ia dengan sengaja menatap Maya agar dirinya tidak di intimidasi olehnya. Sedangkan Senja yang melihat keduanya hanya tersenyum licik di balik wajah lugunya itu.

"Kami sudah menunggumu lama. Mari pergi."

Maya kemudian memegang pergelangan tangan Senja dan menariknya pergi. Namun pada saat hendak membawanya pergi, ia tanpa sadar melihat begitu banyaknya makanan berada di atas meja Senja.

"Apa ini? Kenapa ada begitu banyak makanan disini?"

"Oh itu punya ku, Kira yang memberikannya."

Mendengar bahwa Kira yang memberikan semua makanan itu, Maya dengan sengaja menendang meja dan membuat seluruh makanan terjatuh ke lantai.

"Ups, bagaimana ini? Aku tidak sengaja."

Maya kemudian menginjak-injak makanan tersebut sambil melirik ke arah Kira dengan memasang senyum tidak berdosa nya.

"Aduh, aku harus bagaimana? Senja apa yang harus aku lakukan?"

Senja terlihat kaget sekaligus bingung, ia tidak tahu harus berbuat apa dengan semua ini. Ia ingin menasihati Maya namun entah mengapa rasanya senang juga saat melihat wajah kesal Kira.

"Pfftt... lucu sekali."

Senja mencoba menahan tawanya saat melihat Maya yang dengan asyiknya terus menginjak seluruh makanan yang diberikan oleh Kira padanya.

"Kurasa kau harus mengganti semua makanan ini, Maya."

Senja tertawa secara internal saat melihat wajah kaget Kira saat ia meminta Maya untuk menggantikan seluruh makanannya.

"Apa-apaan ini? Seharusnya kau menyuruh dia untuk meminta maaf pada ku!!?" teriak Kira dalam hatinya.

"Kau benar, aku akan mengganti semuanya."

"Bagus kalau begitu."

Kira hanya bisa memelototi keduanya karena mereka sama sekali tidak ada inisiatif untuk meminta maaf padanya. Meski makanan ini sudah ia berikan pada Senja namun tetap saja itu adalah tindakan yang tidak sopan.

"Jika semuanya sudah selesai, mari kita pergi."

Maya lalu menarik Senja keluar dari kelasnya. Ia bahkan tidak repot melihat Kira yang masih berdiri tegak di tempatnya.

"Hah, hahaha...!!"

Kira yang sudah tidak bisa lagi menahan emosinya, lantas tertawa kesal saat seluruh kelas hanya menyisakan dirinya seorang.

"Berani sekali mereka!" bentaknya sambil mengacak-acak meja di depannya. Ia membanting meja tersebut dan menendangnya dengan kasar.

"Sial, aku pasti akan membalas ini semua."

Kira dengan kesal keluar dari kelas sambil memasang wajah juteknya. Ia bahkan tidak peduli saat seluruh siswa memperhatikan dirinya yang meninggalkan kelas dengan keadaan kacau tersebut.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!