Biasanya, perceraian dilakukan antara dua orang atas kesadaran masing-masing diantaranya.
Retaknya rumah tangga, hubungan yang sudah tidak harmonis lagi, dan perihal pelik sebagainya.
Namun berbeda yang dirasakan seorang model sekaligus Aktris cantik yang benama Rania. Tepat satu tahun di hari pernikahanya, Rania mendapat kejutan perceraian yang di lakukan suaminya~Pandu.
Tanpa memberi tahu Rania, Pandu langsung saja membuat konferensi pers terhadap wartawan, bahwa Rania adalah sosok wanita yang begitu gila karir, bahkan tidak ingin memiliki seorang anak pada wanita umumnya.
Rania yang saat itu tengah melakukan pemotretan di Amerika, tidak pernah tahu menahu, bahwa suami yang begitu dia cintai menceraikannya secara hina. Rania sendiri sadar, saat melihat berita dari televisi internasional.
Dan setelah kedatangn Rania ke tanah air. Dia baru tahu, jika gugatan cerai yang dia terima, semata-mata hanya untuk menutupi perselingkuhan Pandu dengan sahabatnya sesama model~Laura.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Septi.sari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 27~PPH
Resto and Cafe Dadelyon
Sesuai apa yang diucapkan oleh Pandu, kini dua orang keluarga sudah bertemu, guna membahas jalanya pernikahan putra putri mereka.
Tuan Bigson yang lebih dulu datang dengan istrinya, kini langsung bangkit saat keluarga Laura memasuki ruangan privat tersebut.
Nyonya Ellisa bukan tipe orang pemilih, ataupun pelihat dari penampilan seseorang. Karena sikap tegasnya, dia yang kini berpenampilan glamor namun cukup menarik mata, hanya menatap sekilas serta tersenyum hangat pada Ratih, yang berpenampilan apa adanya.
"Silahkan duduk," ucap tuan Bigson memposisikan dirinya sebagai tuan rumah.
Berbeda dengan tuan Dark, nyonya Ellisa sejak tadi kurang suka dengan sikap calon menantunya itu. Dia hanya takut, karena tuntutanya untuk menikahi laura, akan menjadi bomerang besar pada rumah tangga putrinya kelak.
"Pandu ... Apa kamu sudah mantap, bersedia menikahi putri saya, Laura?" tanya tuan Dark mengunci tatapan Pandu.
Pandu yang kini duduk berhadapan dengan Laura hanya menoleh sekilas, lalu mengangguk paham.
"Anda tidak perlu khawatir! Saya sudah mempersiapkan semuanya, untuk menikahi putri Anda!" jawabnya penuh ambisi.
"Apa persiapanmu? Kau sudah memiliki rumah? Tabungan, atau usaha? Bagaimana kamu mengembalikan semuanya, setelah namamu dengan Laura tercoreng habis-habisan?" tanya nyonya Ellisa yang lebih ke introgasi.
Pandu tersenyum sumbing. Calon mertuanya itu ternyata bukan orang sembarangan.
"Segala kemewahan yang putri anda butuhkan, saya dapat memenuhinya! Untuk masalah perusahaan, semua melalui tahap kerja keras. Dan saya bukan tipe orang yang suka ongkang-ongkang kaki saja!" jawab Prabu begitu tenang dengan wajah dinginnya.
Laura menatap kagum pada calon suaminya kini. Dia sudah tidak sabar, ingin segera menjalin rumah tangga impian dengan kekasihnya itu.
Dan setelah makan malam datang, tuan Bigson mempersilahkan calon besannya untuk makan terlebih dahulu.
"Mari dimakan dulu hidanganya, tuan Dark, nyonya Ellisa-"
"Mari nyonya, tuan ....." sahut Ratih yang juga mempersilahkan tamunya. Setelah itu, dia menatap sang suami untuk meminta izin ke toilet sebentar.
Melihat ibu tirinya kebelakang, Pandu juga segera bangkit untuk meminta izin terlebih dulu, karena ada sesuatu yang harus dia tuntaskan.
"Jangan lama-lama," ucap Laura memgang tangan Pandu.
Pria itu hanya mengangguk, lalu segera beranjak menuju belakang untuk ke toilet Resto.
Setelah merapikan sedikit make upnya, kini Ratih segera keluar dari dalam toilet. Betapa terkejutnya dia, saat mendapati anak tirinya sudah berada dihadapanya sedikit agak berjarak.
"Pandu ... Kenapa kamu ada disini? Apa Laura sedang ke toilet juga?" ujar Ratih terbata-bata.
Pandu tersenyum remeh. Kedua matanya memicing, seolah dia sedang menatap kotoran hewan.
"Bagaimana? Sudah bahagia, hidup diatas penderitaan orang hingga merenggang nyawa, karena perbuatanmu!" tanya Pandu tenang, namun bagai belati tajam yang menancap pada dada ibu tirinya.
Ratih terperanjat. Bagaimana pria muda didepanya itu masih menganggap dirinya yang bersalah atas kematian nyonya Ester.
"Pandu ... Kamu bicara apa, aku nggak ngerti?" Ratih mencoba tersenyum ditengah rasa sakit hatinya. Setelah itu, Ratih mencoba mendekat sambil berkata kembali, "Kita sekarang sudah keluarga, Pandu! Sejak dulu pun, aku tidak berniat untuk merebut ayahmu! Aku juga tidak merebutnya dari ibumu! Harus seperti apa, agar kamu dapat percaya!"
Pandu semakin menatap bengis. Kedua matanya memanas terpancar kebencian begitu kuat.
"Pergi dari hidup Papahmu!"
Ratih membolakan mata. Dia tak bergeming sedikitpun dengan ucapan putra tirinya kini. Setelah itu, Pandu langsung melenggang pergi dari sana.
Dada Ratih bagai dihantam batu besar. Dia tidak mungkin mengambil keputusan mutlak, apalagi disatu sisi suaminya 'tuan Bigson' begitu sangat mencintai dia.
'Entah dari siapa sifat kerasnya, padahal Ayahnya seseorang yang begitu lembut'
Ratih mencoba mengenyahkan, karena itu bukan pertama kalinya Pandu berkata padanya.
"Pandu, duduklah! Kamu sudah selesai?" Laura menggapai tangan kekasihnya, karena Pandu masih berdiri disisi bangkunya.
Pandu hanya menatap Laura sekilas. Setelah itu dia menatap semua orang yang ada disana, "Saya sudah menepati ucapan saya! Jadi saya akan pergi lebih dulu, karena ada sedikit problem! Permisi-"
Laura bangkit, dan langsung mencengkal lengan kekasihnya.
"Pandu ... Kamu mau kemana? Acara makan malam belum selesai! Kamu bahkan belum memakanya sama sekali!" ucap Laura merasa tidak terima.
Pandu mencoba melepaskan cengkraman tangan Laura. Wajahnya begitu tenang, hingga membuat semua keluarga tidak pernah tahu apa yang dirasakan pria itu.
Setelah itu, Pandu benar-benar pergi meninggalkan acara makan malam, antara dua keluarga.
"Maafkan putra saya! Perusahaan sedang banyak problem! Dan dia sendiri yang harus turun tangan," bela tuan Bigson merasa sungkan.
"It's okey! Tidak masalah! Yang menjadi masalah, jika kelak putriku berumah tangga denganya, maka Laura tidak akan diberi makan olehnya! Bagus, jika dia sendiri yang langsung menangani perusahaanya! Karena saya tidak suka, orang-orang yang selalu bersikap Bos, dan memanfaatkan para karyawannya!" balas nyonya Ellisa menatap Ratih dan tuan Bigson.
.
.
Sudah beberapa kali Pandu mendatangi apartement Daniel, namun sekalipun dia tidak pernah bertemu dengan mantan Manager Rania itu.
Dan seperti malam ini, Pandu sudah berdiri didepan pintu apartement Daniel, namun sejak tadi pria itu tidak keluar juga.
"Maaf pak, apa anda mencari pak Daniel?" ujar seorang perempuan, yang baru saja keluar dari dalam apartement miliknya.
Pandu mengangguk sambil menunjuk pintu apartement milik Daniel, "Dimana Daniel? Apa anda tahu?"
"Kemarin malam, saya lihat pak Daniel keluar membawa koper kecil pak! Mungkin beliau dalam perjalanan bisnis, atau pergi kesuatu tempat!" ujar si wanita tadi.
Pandu mengangguk. Setelah perpamitan, dia langsung beranjak pergi dari Apartement tersebut.
'Brengsek! Kemana pria itu pergi? Jika Daniel pergi, dari mana aku tahu keberadaan Rania! Atau jangan-jangan-'
Setelah itu, Pandu mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Dia mencoba menghubungi seseorang, untuk menjalankan rencananya.
"Pantau terus rumah itu! Kalau bisa ... Kamu harus dapat memperoleh informasi dari orang dalam, dimana mantan istri saya sekarang!"
Setelah mengatakan itu, Pandu langsung memutus panggilannya. Dia melanjutkan perjalanannya menuju kediaman pribadinya bersama Rania dulu.
Setelah sampai, Pandu langsung masuk kedalam menuju ruang makan. Dia sengaja tidak ikut makan malam bersama, karena rupanya, dia sudah menyiapkan sesuatu didalam rumahnya.
Diatas meja sudah ada dua hidangan makan malam dengan hiasan lilin-lilin kecil disana. Cake dengan tulisan 'Anniversary Month Baby' serta lilin berangka 20, sesuai tanggal pernikahannya dengan Rania dulu.
Pandu duduk tenang dihadapan hidangan tadi, serta memejamkan mata dalam-dalam.
Dia masih ingat betul, setiap bulan dia selalau excited merayakan tanggal pernikahannya dengan Rania, walaupun Rania hanya menemaninya sebentar, lalu bekerja syuting kembali.
"Happy Anniversary month, Sayang!" Pandu menyambut kedatangan istrinya, dengan membawa cake tersebut.
Rania yang baru saja pulang, seketika berbinar dengan wajah antusiasnya. Dia lalu mengajak suaminya untuk meniup lilin bersama.
"Thank's my Husband," ucap Rania mendaratkan kecupan sayang di bibir Pandu.
"Aku sudah menyiapkan makan malam untuk kita-" seru Pandu dengan wajah penuh harap.
Rania menarik nafas dalam. Dia langsung menggapai kedua tangan suaminya untuk mengungkapkan kata maaf.
"Maafkan aku, Pandu! Aku pulang hanya mengambil chargerku saja. Laront sudah menungguku diluar, dan setelah ini akan ada pemotretan di Singapore! Aku berangkat malam ini dengan Daniel! I'am sorry Baby! Kita bisa makan malam lusa, aku akan mengambil cuti! Okay!"
Setelah itu, Rania langsung saja keatas untuk mengambil barangnya yang tertinggal.
Hari itu pernikahannya yang ke bulan 5. Dan Pandu masih bisa memaklumi sikap istrinya, karena memang padatnya jadwal Rania.
Namun semakin bertambah bulan, project yang Rania geluti semakin padat, hingga bersantai dirumah sebentar saja tidak dapat. Apalagi ditambah perusahaan Pandu yang dulu mengalami problem besar, sehingga mengharuskan Rania mengambil pekerjaan lebih ekstra.
Pandu yang merasa bosan, seringkali menengakan pikiranya dengan mendatangi Diskotik ataupun Bar dikotanya. Hingga pada suatu saat, dia yang sedang mabuk berat, berhasil dimanfaatkan Laura, karena model itu sudah memendam cinta sejak lama dengan suami temannya.
Dan terjadilah perselingkuhan itu dibelakang Rania.
.
.
.
Ke esokan paginya.
Rania yang baru saja bangun tidur, dikejutkan dengan sebuah mobil hitam yang sudah terpakir dihalaman rumah sang Nenek.
Mobil itu terasa tidak asing lagi dimatanya. Semakin Rania berjalan mendekat, dia dapat melihat plat mobil tersebut dengan tulisan 'D W r0199'
"Nek uti cari-cari, lha malah wis didepan!" seru nek Fatonah menghampiri cucunya.
Rania menoleh, dari tatapanya menyirat sebuah pertanyaan tentang mobil disampingnya kini.
"Daniel tiba pukul 3 pagi, pas Nek Uti lagi sembayang!"
"Nek Uti serius? Sekarang, dimana Daniel?" Rania mengedarkan pandang keseluruh tempat, mencari sosok mantan Managernya itu.
"Dia tidur dirumah mas Yoyok! Ndak mungkin Nek Uti biarkan tidur dirumah, nanti kesane jelek dimata orang!"
Sementara Yoyok, dia adalah bungsu dari adik nek Fatonah yang memiliki rumah sendiri, bertepatan disamping rumah Naning.
"Mending ayo kita masak saja, biar nanti Daniel dapat sarapan! Kasian, dia pasti sudah laper. Nyetir sendiri dari Jakarta ke sini, pasti juga capek!"
Rania hanya mengangguk, lalu segera masuk kembali dengan Neneknya.
semangat ya tor🌹🌹
awal baca suka ceritanya 😍
ra dong aku !!!