Terpaksa menggantikan sang kakak untuk menikahi pria yang tidak diinginkan kakaknya. Menjalani pernikahan lebih dari 3 tahun, pernikahan yang terasa hambar, tidak pernah disentuh dan selalu mendapatkan perlakuan yang sangat dingin.
Bagaimana mungkin pasangan suami istri yang hidup satu atap dan tidak pernah berkomunikasi satu sama lain. Berbicara hanya sekedar saja dan bahkan tidak saling menyapa
Pada akhirnya Vanisa menyerah dalam pernikahannya yang merasa diabaikan yang membuatnya mengajukan permohonan perceraian.
Tetapi justru menjelang perceraian, keduanya malah semakin dekat.
Apakah setelah bertahun-tahun menikah dan pada akhirnya pasangan itu memutuskan untuk berpisah atau justru saling memperbaiki satu sama lain?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 33 Keputusan Tidak Akan Di Ubah.
Pagi ini Vanisa sudah terlihat rapi-rapi. Vanisa keluar dari kamar.
"Aaaaaaa!" tiba-tiba saja dia berteriak kaget yang hampir saja jantungnya melompat dari tempatnya ketika melihat Arvin bersandar di dekat pintu kamar.
"Apa kau pikir aku setan?" tanya Arvin dengan santai melipat kedua tangan di dada.
"Kau lebih dari setan yang tiba-tiba saja sudah muncul di hadapanku," jawab Vanisa.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Vanisa.
"Aku ingin membahas beberapa hal denganmu," ucap Arvin.
Vanisa sudah menghela nafas mendengar permintaan Arvin.
"Jika ingin membahas sesuatu maka bahas lah dengan pengacaraku," ucap Vanisa.
Mendengarnya yang tiba-tiba membuat Arvin mendengus tersenyum miring yang membuat Vanisa mengerutkan dahi.
"Apa yang lucu?" tanya Vanisa dengan dahi mengkerut.
"Jadi sekarang kau sudah mengurus semuanya dengan pengacara. Apa pengacaramu adalah kakak iparku?" tanya Arvin yang terdengar mengejek.
"Jika iya kenapa?"
"Aku sudah tidak memiliki waktu untuk membahas masalah rumah tangga denganmu. Karena tidak ada yang perlu kita bahas lagi dan semua sudah dijelaskan dan jika kau ingin mempertanyakan sesuatu maka tanyalah kepada kakak iparmu!" tegas Vanisa yang begitu sangat ketus berbicara.
"Termasuk kau memberikan bukti palsu kepada kak Mitha, tentang aku yang menjalin hubungan dengan orang lain dan kau memberikan tuduhan tentang perselingkuhan?" tanya Arvin.
Vanisa mengurutkan dahi yang memang mengingat semua bukti-bukti yang sudah diambil jauh-jauh hari dan diserahkan semua kepada Mitha. Karena permasalahan itu Mitha juga mengkomunikasikan dengan Arvin.
"Jadi kau sekarang mengambil keputusan untuk bercerai dengan alasan aku berselingkuh?" tanya Arvin memastikan sekali lagi.
"Memang kau tidak berselingkuh?" Vanisa kembali bertanya.
"Vanisa bukti yang kau berikan adalah salah. Aku sama sekali tidak memiliki hubungan apapun dengan wanita yang kau ambil fotonya secara diam-diam. Wanita itu adalah klienku dan dia juga sudah bersuami," ucap Arvin.
Vanisa tampak bingung yang mungkin memang terlebih dahulu tidak mencari tahu.
"Vanisa kau sudah memberikan tuduhan kepada klienku bahwa dia menjadi selingkuhanku dan apa kau pikir ini tidak berhubungan dengan pencemaran nama baik dan kau juga mengambil foto secara diam-diam yang artinya itu juga melanggar undang-undang mengambil data-data pribadi seseorang," kata-kata Arvin yang seketika mampu membuat Vanisa tampak khawatir.
"Lalu jika aku melakukan itu kenapa? kau ingin melaporkanku?" tanya Vanisa yang tampak berani dan menantang Arvin yang seolah dia berusaha untuk tenang.
"Jika klienku mengetahui semua ini mungkin dia akan melakukan tindakan itu," jawab Arvin.
"Kalau begitu laporkan saja dan aku tidak peduli. Aku lebih baik dipenjara yang sebenarnya daripada harus dipenjara di rumah ini!" tegas Vanisa dengan wajah yang tampak serius.
Vanisa yang terlihat kesal langsung berlalu dari hadapan Arvin.
"Vanisa tunggu!" Arvin menahannya dengan memegang lengan Vanisa dan dengan cepat Vanisa langsung menepisnya tangan itu.
Tetapi karena posisi berdiri Arvin yang tidak stabil yang akhirnya membuatnya terjatuh dan tangan Vanisa yang tertarik dan alhasil mereka berdua sama-sama terjatuh di lantai dengan posisi tubuh Vanisa yang berada di atas Arvin.
Arvin mengerutkan dahi yang merasakan betapa sakitnya punggungnya saat terbentur ke lantai dan begitu juga dengan Vanisa yang merasa sakit dan berusaha untuk duduk.
"Aakkkk!" keluhnya mengalami kesulitan bangkit dari tubuh suaminya itu.
Karena memaksakan diri yang malah membuat Vanisa kembali tersungkur dan posisi wajah mereka yang berdekatan dan bibir itu hampir saja menempel. Keheningan terjadi dengan mata yang saling menatap satu sama lain. Baik Vanisa dan Arvin terlihat sama-sama kesulitan menelan salivanya.
Setelah menatap sampai beberapa detik yang akhirnya membuat keduanya sama-sama sadar dan langsung mengalihkan pandangan masing-masing yang terlihat sama-sama gugup.
Vanisa kembali berusaha untuk duduk dan akhirnya bisa bangkit dari tubuh suaminya. Arvin juga berusaha untuk duduk.
"Kenapa ceroboh sekali," ucap Arvin.
"Menyalahkan ku," sahut Vanisa dengan dahi mengkerut.
"Lalu jika bukan kesalahan kamu salah siapa lagi?" tanya Arvin.
"Hah! kenapa jadi aku yang salah, kamu yang menggangguku," sahut Vanisa membela diri dengan sangat kesal.
"Tidak pernah mau mengalah," ucap Arvin yang langsung berdiri.
"Kenapa aku jadi yang di salahkan," gumam Vanisa.
Tinnong tinnong.
Pandangan mata mereka berdua sama-sama melihat ke arah pintu.
"Aku yang akan membukanya," sahut Arvin yang langsung berjalan menuju pintu.
"Dia yang jelas-jelas muncul tiba-tiba di depan pintu kamarku ada yang sekarang menyalahkan ku," Vanisa mengoceh sambil berbicara dan langsung berdiri dari tempat duduknya.
Tamu yang datang ke rumah mereka ternyata kedua orang tua Arvin. Sebenarnya selama pernikahan mereka orang tua Arvin sangat jarang sekali datang ke rumah mereka dan apalagi Ronald jika ada pertemuan mereka selalu bertemu di luar dan entah mengapa hari ini pasangan suami istri itu serentak mengunjungi mereka.
Vanisa menundukkan kepala memberi hormat masih menghargai dua orang itu.
"Tadi mampir di toko kue dan membeli ini untuk kalian," ucap Lara dengan datar yang meletakkan paper bag tersebut di atas meja.
"Kamu tidak berniat untuk mengambilnya?" Lara melihat ke arah Vanisa yang tetap diam.
Vanisa menganggukkan kepala dan langsung melihat makanan itu.
Ronald juga duduk yang padahal tidak ada menyuruh dan disusul oleh Lara.
"Saya akan membuatkan minum," ucap Vanisa mengambil apa yang di bawah Lara dan langsung menuju dapur.
"Mama dan Papa tumben sekali ke mari? Ada apa?" tanya Arvin.
Vanisa yang membuat minum di dapur sembari melihat ke ruang tamu, dia juga cukup heran dengan kehadiran dua mertuanya itu.
Tidak lama Vanisa selesai membuatkan minum dan langsung membawa ke ruang tamu.
"Kamu duduklah!" titah Lara.
Vanisa menganggukkan kepala yang masih memegang nampan.
"Jika kamu terlalu didesak oleh ibu kamu sampai memberikan ancaman seperti itu kemarin malam. Maka kamu bisa menolaknya," ucap Lara.
"Apa maksud Mama?" tanya Vanisa.
"Saya tahu Vanisa, kamu anak yang sangat penurut sekali. Kamu juga dipaksa untuk menikah dengan Arvin menggantikan calon istri Arvin dan kamu juga pasti sudah dipaksa untuk berbicara seperti itu kemarin malam, memberikan gertakan kepada kami bukan," jawab Lara.
"Apa yang saya bicarakan kematian malam, itu sama sekali tidak ada rencana atau sepengetahuan oleh Mama. Saya memang sudah mempertimbangkan semua dan menyiapkan surat pengajuan cerai yang sudah saya berikan kepada kak Mitha," tegas Vanisa.
"Jadi kamu benar-benar akan mengakhiri pernikahan ini?" tanya Ronald.
Vanisa mengangguk tanpa ragu.
"Kamu sendiri bagaimana Arvin apa akan membiarkan semua ini?" tanya Ronald dengan pandangan matanya mengarah pada Arvin.
"Setuju tidak setuju. Aku akan tetap melanjutkan gugatan ku," sahut Vanisa yang menjawab.
Ronald menghela nafas perlahan yang tampak sangat berat
"Kamu akan dipublikasikan bersamaan dengan peresmian Arvin," ucap Ronald tiba-tiba yang sepertinya sedang bernegosiasi dengan Vanisa.
"Saya harap kamu setuju dengan keputusan yang sudah saya ambil dan pegang janji saya semua itu akan dilakukan," ucap Ronald dengan meyakinkan.
"Maaf, Pah. Tetapi Saya benar-benar sudah tidak ingin melanjutkan pernikahan ini dan saya juga tidak butuh pengakuan apapun. Jadi biarkan saya tetap melanjutkan gugatan cerai seperti apa yang saya minta dan jangan mempersulit saya," sahut Vanisa dengan tegas yang tidak akan mengubah keputusannya dan bahkan tidak terkecoh dengan janji yang diucapkan Ronald.
Padahal sebelum-sebelumnya mereka menginginkan pengantin Arvin yang sesungguhnya kembali dan sekarang mereka malah ketakutan jika Vanisa bercerai dari Arvin.
Bersambung...
...Para readers hari ini saya mengajak kalian semua untuk berkunjung ke karya terbaru saya. Mari sama-sama kita nikmati dan beri dukungan untuk karya terbaru ini agar menjadi cerita yang berkualitas dan bisa diselesaikan sampai akhir. Terima kasih untuk para pembaca yang selalu setia menemani saya. ...
...Jangan lupa aku dibaca dari awal sampai akhir ya jangan bolong-bolong bacanya agar menjadi motivasi untuk saya terus berkarya....
lalu siapa orang yg mengingunkan alvin jatuh ya?
apa motifnya hingga vanisa yg di culik?
jd makin penasaran aku