NovelToon NovelToon
Whispers Of Ghost : The Shaman'S Secret

Whispers Of Ghost : The Shaman'S Secret

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Romansa Fantasi / Cinta Beda Dunia / Fantasi Wanita / Fantasi Isekai / Peramal / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Seojinni_

Xin Lian, seorang dukun terkenal yang sebenarnya hanya bisa melihat hantu, hidup mewah dengan kebohongannya. Namun, hidupnya berubah saat seorang hantu jatuh cinta padanya dan mengikutinya. Setelah mati konyol, Xin Lian terbangun di dunia kuno, terpaksa berpura-pura menjadi dukun untuk bertahan hidup.

Kebohongannya terbongkar saat Pangeran Ketiga, seorang jenderal dingin, menangkapnya atas tuduhan penipuan. Namun, Pangeran Ketiga dikelilingi hantu-hantu gelap dan hanya bisa tidur nyenyak jika dekat dengan Xin Lian.

Terjebak dalam intrik istana, rahasia masa lalu, dan perasaan yang mulai tumbuh di antara mereka, Xin Lian harus mencari cara untuk bertahan hidup, menjaga rahasianya, dan menghadapi dunia yang jauh lebih berbahaya daripada yang pernah dia bayangkan.

"Bukan hanya kebohongan yang bisa membunuh—tapi juga kebenaran yang kau ungkap."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Seojinni_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 30 : Sekutu dari Kegelapan

Cahaya keemasan fajar perlahan menyelinap masuk, menyapu kamar dengan sinar lembut yang menghangatkan udara. Hawa pagi masih sedikit dingin, namun tubuh di atas ranjang justru terasa semakin panas.

Tianlan menggertakkan giginya.

Dia harus segera melepaskan diri.

Namun, Xin Lian yang tertidur lelap tampaknya memiliki rencana lain. Tangannya yang ramping semakin erat melingkari pinggangnya, wajahnya menempel di dadanya, dan kaki jenjangnya tersampir begitu saja di atas tubuhnya. Napas hangat gadis itu berhembus lembut di kulitnya, menimbulkan sensasi aneh yang tak bisa ia abaikan.

Dan yang lebih parah…

Tubuhnya mulai bereaksi.

Darahnya berdesir lebih cepat, kehangatan yang tidak seharusnya muncul di pagi hari ini mulai menyiksa dirinya.

Sial.

Tianlan mengutuk dalam hati. Dia adalah seorang jenderal yang telah menghadapi ribuan pertempuran, menahan sakit, haus, dan lelah di medan perang. Tetapi menghadapi gadis ini? Mengapa godaannya justru datang dari hal yang paling sederhana?

Dia menutup mata, berusaha menenangkan diri. Namun, semakin dia mencoba untuk tidak memikirkan apa pun, semakin tubuhnya menegang.

Jika dia tidak segera melepaskan diri…

Tidak. Dia harus segera bangun!

Dengan hati-hati, Tianlan mengangkat tangan Xin Lian yang melingkar di pinggangnya. Namun, tepat saat ia hampir bebas, gadis itu menggeliat pelan, menekan tubuhnya lebih erat ke arahnya.

Dan saat itulah bencana terjadi.

Xin Lian mengerutkan alis, matanya perlahan terbuka. Pandangannya masih mengantuk, tetapi kemudian dia merasakan sesuatu…

Sesuatu yang keras.

Di bawah selimut, tubuh Tianlan menegang. Xin Lian yang awalnya masih setengah sadar tiba-tiba membeku. Mata hitamnya yang semula sayu kini terbuka lebar, dan wajahnya dalam sekejap berubah merah padam.

Dia menoleh perlahan, menatap Tianlan yang juga membeku dengan ekspresi datar—tetapi dari dekat, dia bisa melihat ujung telinganya memerah.

Sejenak, hanya keheningan yang mengisi ruangan.

Lalu, dalam satu tarikan napas, Xin Lian melonjak bangun, menyibak selimut, dan menatap Tianlan dengan ekspresi syok bercampur kemarahan.

"Tianlan! Kau… kau bajingan mesum!"

Tianlan mengangkat alis, ekspresinya tetap tenang meski dalam hati ia ingin menghilang dari dunia ini.

"Apa maksudmu?" tanyanya dengan nada tenang, seakan tidak terjadi apa-apa.

Xin Lian menunjuk ke arah bawah, wajahnya semakin merah padam.

"Mengapa… mengapa itu bangun?!"

Tianlan akhirnya menghela napas panjang. Dia menyingkap selimut dengan gerakan santai, lalu bangkit dari ranjang dengan postur tenang dan angkuh.

"Xin Lian," katanya perlahan, sudut bibirnya melengkung tipis, "kau masih terlalu polos."

Xin Lian tertegun.

Sebelum dia bisa mengatakan apa pun, Tianlan sudah berjalan menuju meja dan menuangkan secangkir teh, seakan tidak terganggu sama sekali. Namun, saat ia berbalik, seulas senyum menggoda terselip di wajahnya.

"Atau mungkin… kau ingin bertanggung jawab?" tanyanya dengan nada rendah, tatapannya tajam menusuk.

Xin Lian yang biasanya licik dan lihai dalam menggoda kini justru kehilangan kata-kata. Wajahnya memerah hingga ke telinga, dan dalam satu gerakan cepat, ia meraih bantal dan melemparkannya ke arah Tianlan.

"Kau bermimpi, dasar bajingan!"

Tianlan tertawa pelan, menangkap bantal itu dengan mudah.

"Sayang sekali, aku baru saja bangun dari mimpi yang menyenangkan."

Xin Lian semakin berang, sementara Tianlan dengan santai menikmati tehnya.

Di luar jendela, matahari pagi bersinar cerah, seakan ikut menyaksikan awal hari yang penuh kekacauan ini.

***

Tianlan menutup pintu dengan ekspresi datar, matanya meneliti sosok di hadapannya dengan penuh kewaspadaan.

Zhuang Yan—atau setidaknya pria yang sekarang menyebut dirinya demikian—berdiri di tengah kamar dengan postur santai, seolah tempat ini memang miliknya. Senyum tipis tersungging di bibirnya, tetapi ada sesuatu yang berbeda dari sebelumnya. Tatapan matanya lebih tajam, auranya lebih tegas, dan sikapnya lebih percaya diri, seakan dunia ini kini berada dalam genggamannya.

Xin Lian yang tengah menyisir rambutnya dengan malas melirik ke arahnya dan menyipitkan mata.

"Jadi, apa yang terjadi? Kau melakukan sesuatu, bukan?"

Zhuang Yan terkekeh pelan, mengangkat tangannya dan mengusap dagunya dengan gerakan seolah mengelus janggut yang tak lagi ada.

"Tubuh ini tidak buruk," ujarnya ringan, "hanya saja terlalu banyak mengalami kesialan. Jadi, aku pergi untuk membalaskan dendamnya dan mengambil kembali haknya."

Xin Lian menaikkan alisnya, meletakkan sisir dan bersandar di kursi dengan tatapan tertarik.

"Oh? Apa itu?"

Zhuang Yan menoleh padanya, seulas senyum yang lebih dalam menghiasi wajahnya.

"Jiwanya."

Ruangan seketika menjadi sunyi.

Tianlan yang sejak tadi bersandar di dinding dengan tangan terlipat akhirnya berbicara, suaranya rendah dan penuh kewaspadaan.

"Jelaskan."

Zhuang Yan berjalan ke meja, menuangkan secangkir teh, lalu mengaduknya perlahan, seakan sedang menikmati momen ini.

"Jiwa pria ini telah diambil paksa oleh sekelompok dukun kotor," katanya santai, "mereka menariknya keluar, merobeknya, dan meninggalkan tubuhnya hanya sebagai cangkang kosong. Namun, sayangnya bagi mereka, aku lebih kuat."

Dia menyesap tehnya perlahan sebelum melanjutkan, "Jiwa pria itu terlalu lemah. Saat aku masuk ke tubuh ini, hanya sebagian kecil dari dirinya yang masih tersisa. Namun, pada akhirnya, kesadarannya lenyap, dan tubuh ini sepenuhnya menjadi milikku."

Xin Lian menyandarkan dagunya di telapak tangan, matanya berbinar penuh ketertarikan.

"Jadi, sekarang kau benar-benar hidup kembali?"

Zhuang Yan tersenyum, tetapi ada sesuatu yang gelap dalam sorot matanya.

"Hidup? Mungkin. Tapi tidak seperti sebelumnya."

Tianlan menatapnya dalam diam, lalu berkata dengan nada dingin, "Lalu, apa yang kau inginkan?"

Zhuang Yan meletakkan cangkir tehnya, lalu menatap mereka dengan mata berkilat tajam.

"Kalian menyelamatkanku. Dan aku tidak pernah melupakan hutang."

Dia bersandar ke kursi, menyilangkan kaki dengan santai.

"Jadi, Xin Lian, Tianlan… mulai sekarang, aku adalah sekutu kalian."

Xin Lian tersenyum tipis, matanya berkilat penuh minat.

"Sekutu, katamu?" Ia mengetuk ujung meja dengan jemarinya, tatapannya mengamati pria di depannya dengan penuh perhitungan. "Aku harap kau bukan tipe yang mudah berkhianat."

Zhuang Yan tertawa pelan, nada suaranya ringan namun mengandung sesuatu yang sulit diartikan. "Aku tidak punya alasan untuk itu. Lagipula, di dunia ini, tidak ada tempat yang lebih aman bagiku selain di sisimu."

Tianlan menatapnya tajam, lalu mendengus pelan. "Hanya waktu yang akan membuktikan ucapanmu."

Zhuang Yan tidak menjawab, hanya tersenyum samar.

***

Xin Lian bersandar di kursinya, satu tangan menopang dagunya sementara jemarinya yang lain dengan ringan mengetuk meja. Tatapannya tertuju pada Zhuang Yan, yang kini telah sepenuhnya menguasai tubuh barunya.

"Zhuang Yan, aku akan memanggilmu begitu mulai sekarang. Kau tidak keberatan, bukan?" Suaranya terdengar santai, namun ada ketajaman tersembunyi di baliknya.

Zhuang Yan tersenyum tipis, matanya berkilat penuh makna. "Nama hanyalah sebutan. Selama itu memudahkanmu, aku tidak keberatan."

Xin Lian mengangkat alisnya, lalu melanjutkan, "Bagus. Sekarang, bisakah kau memberitahuku lebih banyak tentang tubuh ini? Aku tidak ingin membawa beban yang nantinya akan menyeret kita ke dalam kesialan di ujung waktu."

Zhuang Yan menghela napas ringan, seolah sedang mengingat sesuatu. "Tubuh ini dulunya milik seseorang yang memiliki keterkaitan dengan kelompok tertentu di negara ini. Aku sudah mengambil kembali haknya yang dirampas, jadi untuk sementara, tidak akan ada yang mencarinya. Namun, itu tidak berarti kita bisa lengah."

Xin Lian menyipitkan mata, ekspresinya menunjukkan bahwa ia tidak sepenuhnya puas dengan jawaban itu, tetapi ia tidak mendesak lebih jauh.

"Baiklah. Selain itu, kita sudah berada di negara kutukan saat ini. Sebagai seorang tetua di sini, kau pasti tahu bagaimana kita bisa diterima menjadi murid, bukan?"

Zhuang Yan tersenyum, tatapannya beralih ke Tianlan. "Tentu saja. Namun, ada satu hal yang perlu diperhatikan..."

Tianlan yang sejak tadi diam, akhirnya berbicara. Suaranya dalam dan stabil, namun ada sedikit keraguan yang tersembunyi di baliknya. "Aku memiliki kutukan. Apakah tidak masalah bagiku untuk berpura-pura menjadi calon murid?"

Ruangan seketika menjadi sunyi.

Zhuang Yan menatapnya sejenak, lalu tertawa pelan. "Negara ini dibangun di atas kutukan. Jika ada tempat di mana keberadaanmu tidak akan menimbulkan kecurigaan, maka itu adalah di sini."

Xin Lian tersenyum miring, matanya berkilat penuh arti. "Kalau begitu, mari kita lihat apakah kutukanmu akan menjadi kelemahan... atau justru keunggulan."

***

Pintu kamar terbuka dengan tergesa-gesa, memperlihatkan sosok Xiao Chuan yang tampak linglung, rambutnya kusut dan matanya masih menyisakan kantuk. Ia mengusap wajahnya dengan kedua tangan sebelum akhirnya melangkah masuk tanpa diundang.

"Xin Lian, aku tidak bisa tidur semalam! Tapi entah bagaimana, tiba-tiba aku tertidur lelap tadi pagi! Ini aneh sekali!" keluhnya, suaranya mengandung kebingungan yang nyata.

Namun, sebelum Xin Lian sempat menanggapi, suara tawa ringan terdengar dari sudut ruangan. Zhuang Yan, dengan sikap tenang dan senyum tipisnya, menatap Xiao Chuan seolah sedang mengamati anak kecil yang baru belajar berjalan.

"Pagi yang baik, anak muda," sapanya dengan nada ramah, namun justru membuat bulu kuduk Xiao Chuan meremang.

Xiao Chuan menegang, lalu dengan cepat bersembunyi di belakang Xin Lian, menunjuk ke arah Zhuang Yan dengan ekspresi penuh kewaspadaan. "Xin Lian, pria ini menakutkan!" serunya.

Alih-alih menenangkan, Xin Lian justru tertawa geli. Ia menepuk bahu Xiao Chuan dengan ringan, lalu berbisik penuh arti, "Xiao Chuan, jika kau ingin diterima menjadi murid di tempat ini, kau harus menjilat kakinya."

Xiao Chuan terkejut, tubuhnya menegang. Namun, dalam sekejap, ekspresi ketakutannya berubah. Ia menatap Zhuang Yan dengan penuh perhitungan, merenungkan kata-kata Xin Lian.

Benar juga. Pria ini—meski telah mati dan kini hanya dihuni oleh jiwa lain—adalah seorang tetua di negeri ini. Jika ada seseorang yang dapat membimbingnya memahami rahasia tempat ini, maka orang itu adalah Zhuang Yan.

Seolah mendapat pencerahan, Xiao Chuan mengangkat wajahnya dengan tekad baru. Tidak ada lagi ketakutan di matanya, yang tersisa hanyalah rasa hormat dan pemujaan.

Ia menangkupkan kedua tangannya di depan dada dan membungkuk dalam. "Tetua Zhuang Yan, mohon bimbingannya!" serunya penuh semangat.

Zhuang Yan menatap Xiao Chuan dengan mata penuh arti, seolah menimbang sesuatu. Setelah beberapa saat, ia mengangkat tangan, menepuk bahu pemuda itu dengan ringan.

"Baiklah, kau ingin belajar dariku? Maka kau harus siap menerima konsekuensinya," ucapnya, nada suaranya terdengar seperti godaan, namun ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya.

Xiao Chuan menelan ludah, tetapi dengan tekad yang sudah bulat, ia mengangguk. "Aku siap!"

Zhuang Yan tersenyum tipis. "Bagus. Maka kau akan menjadi murid pertamaku di dunia ini."

( Maksudnya murid pertama karena saat ini dia sebagai Zhuang Yan ya )

Namun, sebelum Xiao Chuan bisa merasa bangga atas pengakuan itu, ruangan tiba-tiba diselimuti hawa dingin yang aneh. Angin bertiup dari jendela yang tertutup, membuat lentera di sudut kamar bergetar.

Tianlan yang sejak tadi diam, tiba-tiba menyipitkan mata. "Ada seseorang yang mengawasi kita," katanya, suaranya terdengar datar, tetapi ada ketegangan dalam intonasinya.

Xin Lian langsung duduk tegak, tatapannya tajam. "Dari mana?"

Zhuang Yan, yang masih tersenyum, mengangkat satu jari dan menunjuk ke langit-langit.

"Dari sana."

Detik berikutnya, sesuatu jatuh dari atas dengan kecepatan luar biasa—sesosok bayangan hitam melesat turun, menciptakan tekanan yang menyesakkan seisi ruangan.

Mata merah berkilauan dalam kegelapan.

"Akhirnya kutemukan kalian."

Suara itu bergema, dalam dan mengancam.

Xiao Chuan tercekat. Xin Lian menyipitkan mata. Tianlan mengepalkan tangannya.

Zhuang Yan?

Ia hanya tersenyum.

"Sudah kuduga, kita tidak akan bisa bersembunyi lama."

1
Mila Sari
Oh omg lg seru2 knp harus bersambung lg, semangat Thor aku tunggu episode selanjutnya
Mila Sari
lanjut Thor, ceritanya membuatku penasaran,
Mila Sari
terimakasih Thor, penasaran dengan kelanjutan ceritanya,
Mila Sari
terimakasih Thor, seru nih ceritanya
Mila Sari
suka dengan ceritanya, seru aku smpe ikut tegang, Thor d tunggu episodenya yg smkin seru
Seojinni_
Siappp.. tunggu ya, author akan coba update secepatnya.. Krn draft nya kmren keapus semua jd harus nulis ulang 😭
Mila Sari
lanjut Thor, penasaran ceritanya
Mila Sari
semoga berhasil jendral memecahkan misteri kutukan,
Mila Sari
kenapa semakin merinding, d bab ini banyak bayangan yg mengincar mereka
Mila Sari
menegangkan perjalanan pangeran
Mila Sari
seru ceritanya, semakin penasaran
Mila Sari
aku suka banget ceritanya, apa yg akan d temukan di negri kutukan
Intan Hazana
Luar biasa
Seojinni_
good
Ao_Ao_
semakin menarik kak, lanjut
Ao_Ao_
Tianlan yg terfitnah /Facepalm/
Ao_Ao_
mulai deh mulai /Facepalm/
Ao_Ao_
betullllll, aku suka MC yg realistis gini gak terlalu masalalu /Kiss//Kiss//Kiss/
Ao_Ao_
lawak banget dia nih, aku bahkan gak tau siapa aku? /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Ao_Ao_
lanjuttttt kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!