Cinta, sebuah anugerah yang tak selalu mudah didapatkan. Apalagi ketika harus memilih di antara dua hati yang begitu dekat, dua jiwa yang begitu mirip. Kisah mengharukan tentang cinta, pengorbanan, dan pencarian jati diri di tengah pusaran emosi yang membingungkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HniHndyni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan Anya
Keheningan di ruang rumah sakit itu terasa mencekam. Anya, yang merasa terbebani oleh situasi ini, akhirnya memecah keheningan.
"Kanaya, Migo," Anya memulai, suaranya lembut namun tegas, "aku mengerti ini situasi yang sulit, tapi kita perlu bicara dengan jujur dan terbuka. Persahabatan kalian lebih penting daripada perasaan yang mungkin belum saling berbalas ini."
Kanaya menangis sedih, kepala menunduk. Migo tampak berusaha menahan rasa bersalah dan sedih karena harus menolak perasaan Kanaya.
Anya melanjutkan, "Kanaya, aku tahu kau sangat terluka sekarang. Tapi ingatlah, cinta tidak selalu berbalas. Dan persahabatan yang sejati itu berharga. Migo adalah sahabatmu, dan ia juga menghargai persahabatan kalian."
Anya beralih kepada Migo. "Migo, aku tahu kau juga sedang kesulitan. Kau tidak ingin menyakiti Kanaya, tapi kau juga jujur tentang perasaanmu. Itu bukan sesuatu yang harus dimalukan."
Anya berusaha mencari titik temu. "Bagaimana jika kalian memberikan waktu pada diri kalian masing-masing? Beri waktu untuk Kanaya memulihkan perasaannya, dan beri waktu juga untuk kalian bertiga memperbaiki persahabatan kalian."
Kanaya mengangguk perlahan, mengusap air matanya. Migo juga mengangguk setuju. Ia mengerti bahwa Anya benar. Persahabatan mereka lebih penting daripada segalanya.
"Aku janji akan selalu ada untuk Kanaya sebagai sahabat," kata Migo, suaranya lembut. "Dan aku akan mencoba untuk lebih pekaan terhadap perasaannya di masa depan."
Kanaya tersenyum sedikit, meskipun matanya masih berkaca-kaca. "Terima kasih, Migo. Dan terima kasih juga, Anya."
Anya merasa lega. Ia berharap bahwa ketiga sahabat ini bisa melewati masa sulit ini dengan baik. Ia tahu bahwa perjalanan mereka masih panjang, namun ia yakin bahwa persahabatan mereka akan semakin kuat dan matang dari sebelumnya. Mereka telah belajar tentang pentingnya komunikasi terbuka, kejujuran, dan saling memaafkan. Dan itulah kunci dari persahabatan yang sejati. Mereka bertiga saling berpelukan, menyatukan hati dan jiwa mereka dalam ikatan persahabatan yang tak akan terputus. Meskipun perasaan cinta Kanaya tidak berbalas, persahabatan mereka akan tetap berlanjut, lebih kuat dan lebih bermakna.
Suasana di rumah sakit masih terasa agak tegang meskipun Kanaya dan Migo telah berdamai. Anya, yang sebenarnya menyimpan perasaan kepada Migo, berusaha untuk tetap bersikap biasa saja. Ia mencoba untuk tidak menunjukkan perasaannya kepada siapapun, terutama kepada Migo. Ia takut akan merusak persahabatan mereka bertiga.
Beberapa hari kemudian, ketiga sahabat itu kembali berkumpul. Kali ini, suasana lebih rileks. Mereka bercerita tentang berbagai hal, tertawa bersama, dan menikmati waktu bersama seperti biasa. Namun, Anya masih bisa merasakan ketegangan yang tersisa, terutama dari Kanaya yang tampak masih sedikit canggung dengan Migo.
Saat mereka berbincang, Migo secara tidak sengaja menyebutkan nama seorang gadis yang ia kenal. Anya merasakan sesuatu yang menusuk hatinya. Ia tahu bahwa Migo memiliki perasaan kepada gadis itu. Anya mencoba untuk tetap tenang, namun ia merasakan sesuatu yang berat di dadanya.
Kanaya tampak mengerti perasaan Anya. Ia mencoba untuk menghibur Anya, mengatakan bahwa Anya pasti bisa menemukan seseorang yang lebih baik. Namun, Anya hanya tersenyum sedikit, menunjukkan bahwa ia baik-baik saja.
Setelah pertemuan itu, Anya mulai menjauhi Migo. Ia takut akan merusak persahabatan mereka bertiga. Ia juga takut akan menunjukkan perasaannya kepada Migo, karena ia tahu bahwa Migo tidak memiliki perasaan yang sama. Anya mencoba untuk fokus pada kehidupannya sendiri, mencari kesibukan untuk menghindari perasaan yang ia rasakan.
Namun, ia tidak bisa menghindari perasaannya seluruhnya. Ia masih menyukai Migo, dan ia masih merasa sedih ketika ia melihat Migo bersama gadis lain. Anya berusaha untuk tetap kuat, mencoba untuk menerima kenyataan bahwa perasaannya tidak akan berbalas.
Suatu hari, Anya bertemu dengan seorang pria yang baik hati dan menarik. Pria itu menunjukkan perhatian dan kasih sayang kepada Anya. Anya mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Ia mulai melupakan perasaannya kepada Migo. Ia mulai menemukan cinta yang baru, cinta yang berbalas.
Anya akhirnya bisa menerima kenyataan bahwa perasaannya kepada Migo tidak akan berbalas. Ia bersyukur telah menemukan cinta yang baru, cinta yang membuatnya bahagia. Ia juga bersyukur atas persahabatannya dengan Kanaya dan Migo yang tetap kuat dan bermakna. Ia telah belajar tentang pentingnya menerima kenyataan, dan tentang pentingnya menghargai persahabatan yang sejati. Anya menemukan kedamaian dalam hatinya, dan ia siap untuk menghadapi masa depan dengan penuh kepercayaan diri.
