"Kalo sudah malam, jangan keluar rumah ya ndok. Nanti di bawa kuntilanak!"
~~
"Masalah nya bukan di kamu, tapi di dia."
~~
"JADI SELAMA INI EYANG!??"
Dara, adalah seorang gadis yang baru saja lulus sekolah SMA, dia tidak langsung melanjutkan studi karena orang tua nya terkendala biaya. Dara lalu di titipkan pada Eyang nya yang Dara sendiri tidak pernah tau kalau dia punya eyang, dia di kirim ke kampung yang entah itu dimana.
Dan di sanalah Dara mengalami semua kejadian yang tidak pernah dia alami sepanjang hidup nya, dia juga mengetahui rahasia tersembunyi tentang keluarga nya yang tidak pernah dia sangka..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 3. Rumah nya seram.
Setelah menempuh perjalanan entah berapa lama, Dara terbangun dan mendapati pemandangan di sekeliling nya sudah berubah. Dara sudah tidak melihat gedung - gedung tinggi lagi, melainkan pemandangan yang sangat asri.
Dara terkesima melihat nya, dia yang selalu tinggal di kota tentu sangat jarang melihat pemandangan alam yang hijau, apalgi dia bukan seorang berjiwa petualang yang akan pergi liburan kemana - mana.
"Mbak Dara udah bangun? Itu tadi mamang beli makanan buat mba Dara, mba tidur nya pules jadi mamang nggak berani bangunin." Ujar man Nuri.
Dara melihat ke samping nya dan sudah terdapat makanan untuk nya, makanan kesukaan nya dari restoran cepat saji yang biasa dia beli.
"Kok mamang tau aku makan nya ini?" Tanya Dara sambil meregangkan tubuh nya.
"Pak Tyo yang kasih tau, mbak." Ujar mang Nuri.
Dara terdiam, rupanya ayah nya masih ada nurani mengingatkan mang Nuri untuk membelikan nya makanan yang biasa dia makan.
"Mamang jangan panggil aku mbak, panggil Dara aja mang." Ujar Dara.
"Ehh, ya saya nggak sopan nanti.." Ujar mamang.
"Nggak lah, kan mamang udah kerja sama eyang dari papa belom nikah, aku panggil mamang pak de aja." Ujar Dara.
"Hehehe, terserah mbak Dara saja.." Ujar mang Nuri.
"Dara, pak de.." Ujar Dara.
"Njehh, Dara.." Ujar mang Nuri.
Dara mengambil makanan yang di belikan oleh mang Nuri lalu kemudian dia pun memakan nya, tak lupa Dara juga membaginya pada mang Nuri. Sambil makan, Dara melihat pemandangan yang asri itu, sebuah suasana baru bagi dara.
Setelah beberapa jam kemudian hari semakin gelap, mobil mulai memasuki daerah yang sepi penduduk, jalan nya naik turun dan berkelok, khas daerah pegunungan. Dara sampai ketar - ketir kalau - kalau mobil itu tidak kuat nanjak, karena mobil itu mobil tua.
Tapi ternyata mobil itu masih kuat dan kini mereka sudah memasuki daerah yang hanya terdapat beberapa rumah saja, tapi jarak nya lumayan berjauhan. Mobil itu memasuki sebuah pagar besi yang di dalam nya terdapat sebuah rumah tua.
"Nahh.. Kita udah sampai." Ujar mang Nuri.
Dara menelan ludah nya, rumah nya tipe rumah tua khas jaman belanda tapi yang sudah modern dengan chat berwarna putih. Di depan dan sekeliling nya banyak pepohonan, dan.. Sunyi. Hanya terdengar suara burung kedasih yang sangat santer terdengar.
Mamang sudah turun lebih dulu dan menurunkan koper milik Dara, Dara pun turun dari mobil dan terdengarlah suara gesekan daun yang tertiup angin.
'Serem banget rumah nya.' Batin Dara.
"Dara, ayok.." Panggil mamang dan Dara mengangguk.
Dara sedikit heran, tidak ada yang menyambut kedatangan nya ternyata. Rumah itu serasa sangat sepi seolah kosong tak berpenghuni.
"Pak de, ini nggak ada orang??" Tanya Dara.
"Ada, ada dua bibi di sini, yang satu namanya di Lastri nah yang satu lagi namanya bi Endang." Ujar mang Nuri.
'Kok perasaan gue nggak enak ya..' Batin Dara.
"Biasanya kalo sepi, itu berarti bibi nya lagi pada ngurusin eyang di kamar eyang." Ujar mamang.
"Oke deh, makasih ya pak de.." Ujar Dara.
"Njeeh, pak de balik dulu ya.." Pamit mang Nuri.
"Iya pak de, makasih." Ujar Dara.
Mang Nuri lalu pergi setelah membantu meletakkan koper dan barang dara di teras rumah itu, setelah nya mang nuri terlihat pergi keluar pekarangan.
'Pak de jalan kaki? Apa rumah nya deket sini?' Batin Dara.
Dara terus menatap kedepan, lalu dia melihat kesekitar nya yang begitu tampak wingit. Ada sebuah pohon besar dan sangat rimbun, akar - akar tipis nya menjuntai sampai ke bawah, dan saking besar nya pohon itu sepertinya di butuhkan lima orang dewasa untuk memeluknya.
Dara juga melihat banyak rumpun bambu, suasana nya memang alami dan asri tapi Dara tidak sama sekali merasakan tempat itu seperti kelihatan nya, justru Dara malah merasa sedikit merinding. Hanyut dalam pikiran nya tiba - tiba saja ada yang menepuk pundak nya dari belakang..
"ARGH!!" Dara berteriak kaget.
"Sshh! Eyang baru tidur." Tiba - tiba saja ada seorang perempuan yang kurang lebih seusia mang Nuri yang tengah berdiri di belakang Dara.
"Astaga.." Dara mengusap - usap dada nya.
"Non Dara, ya?" Tanya perempuan itu, dan Dara mengangguk.
"Iya, ibu siapa?" Tanya Dara.
"Saya bi Endang, yang kerja di rumah ini. Maaf ya non, ngagetin.. tadi bibi udah nyapa pelan - pelan tapi non nya nggak denger." Ujar perempuan tua yang rupanya bernama bi Endang.
"Nggak apa - apa bi, aku ngelamun kayak nya." Ujar Dara.
"Mari non, masuk." Ujar bi Endang dan Dara mengangguk.
Dara menyeret koper nya masuk kedalam rumah mengikuti bi Endang yang membawakan ransel nya, ketika masuk kedalam, Dara terkejut melihat arsitektur yang benar - benar masih kuno. Hanya saja furniture nya yang modern, kombinasi itu memberikan nilai estetik tersendiri.
Dara juga melihat ada foto keluarga dan melihat satu lukisan perempuan tua yang begitu berkarisma, menawan, anggun dan cantik menggunakan kebaya sedang duduk di kursi kayu.
"Beliau eyang nya non Dara waktu masih sehat." Tiba - tiba satu perempuan lagi mengejutkan Dara.
"Hehe.. Saya bi Lastri, non." Ujar bi Lastri.
'Apa semua orang di sini suka nya nongol tiba - tiba? Kaget dua kali kan nggak lucu.' Batin Dara.
"Dara, bi." Ujar Dara.
"Ayo mari, bibi antar ke kamar nya non Dara." Ujar bi Lastri.
Dara mengangguk dan mengikuti bi Lastri dari belakang, rumah itu tidak berlantai dua, tapi besar. Dara sampai bingung karena ada banyak pintu yang tertutup di sana. Sampai akhir nya bi Lastri membuka pintu nomor dua setelah dari ruang tamu.
"Cklek! Cklek!" Dara heran, kenapa kamar itu sampai di kunci segala pikir nya.
"Nah, ini kamar non Dara." Ujar bibi, lalu masuk kedalam.
Saat Dara masuk terlihat lah kamar yang terlihat nyaman, bahkan ranjang nya pun terlihat sangat nyaman dengan kasur yang tertata sangat rapi.
"Selamat istirahat ya non, nanti bibi kabarin non kalo bibi udah kelar masak makan malem nya non Dara." Ujar bi Lastri.
"Iya, bi.. Makasih banyak." Ujar Dara, dan bi Lastri kembali tersenyum dan pergi dari hadapan Dara.
"Huftt.." Dara menghembuskan nafas nya.
Dara berjalan menuju ke ranjang dan menjatuhkan dirinya di atas ranjang, tubuh nya merasa lelah karena perjalanan yang sangat jauh. Tatapan Dara kini menatap langit - langit kamar yang serba putih itu dan tidak terasa mulai terasa berat karena kantuk.
"Teng! Teng! Teng! Teng!"
Namun tiba - tiba, Dara mendengar suara orang yang sedang main piano.. Dara menajamkan telinga nya dan memang benar, itu adalah suara piano.
"Apa itu anggota keluarga papa juga?" Gumam Dara.
Dara yang semula mengantuk kini segar kembali dan dia bangun lalu keluar dari kamar nya, Dara menoleh kesana kemari mencari sumber suara piano itu, dan sepertinya itu berasal dari sebuah ruang keluarga yang bertempat lebih masuk kedalam lagi dari kamar Dara.
Dara pun berjalan kesana, dari lantunan piano itu Dara merasa orang yang memainkan nya pasti sedang sangat sedih, karena lantunan nya begitu menyayat hati, bahkan Dara sendiri ikut sedih tanpa sebab..
"Kok hati gue sakit, gue pengen nangis denger irama ini." Gumam Dara.
Setelah Dara sampai di ruang tengah, tiba - tiba suara lantunan piano itu berhenti dan hilang.. Dara pun mencari di ruang keluarga itu, mencari siapa orang yang tadi memainkan piano dengan nada begitu sedih, tapi ternyata tidak ada siapapun.
'Nggak ada orang?' Batin Dara.
Tapi Dara melihat memang ada piano tua di pojok ruangan itu, dan tutup piano nya tertutup.. Dara masih celingukan mencari seseorang yang baru saja memainkan piano tadi, sampai tiba - tiba..
"Cari siapa?"
"Aaah!!"
BERSAMBUNG..
ato ga bisa pindah rumah karena ada sesuatu yg mengikat di rumah itu?