Nona ketiga Xiao Xinyi di paksa menikahi Adipati Ling Yun menggantikan kakak tertuanya yang terus berusaha untuk mengakhiri hidupnya.
Siapa yang tidak tahu jika Adipati Ling Yun selalu berselisih dengan Tuan besar Xiao. Dua keluarga besar yang saling bertentangan itu di anugerahi pernikahan Kaisar Jing Hao.
Bersedia ataupun tidak salah satu wanita dari kediaman Xiao harus menikah menjadi Nyonya utama kediaman Adipati Ling Yun. Intrik dalam pernikahan yang berlandaskan politik menjadikan Nona ketiga Xiao Xinyi harus membuat rencana untuk dirinya sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kabar bahagia untuk keluarga Ling
Setelah semua bukti di dapatkan Tuan besar Xiao Tang di jerat dengan empat kasus berbeda. Kasus penyuapan, pertambangan ilegal, pembunuhan terhadap dua istrinya, penyalahgunaan wewenang. Setelah pengeledahan dan penangkapan yang di lakukan Mahkamah Agung. Tuan Xiao Tang di penjara selama tiga hari baru akan di lakukan hukuman penggal. Semua harta di sita tanpa sisa. Karena semua putrinya telah menikah mereka tidak akan ikut di adili.
Ruangan gelap penuh dengan kesunyian yang teramat menyiksa. Pria paruh baya itu duduk memejamkan kedua matanya tanpa ada rasa bersalah. Dia bahkan tidak terkejut lagi jika semua kebusukannya di ketahui semua orang.
"Ayah. Aku tidak tahu, haruskah tetap memanggil mu seperti ini." Suara terdengar dari luar jeruji besi.
Tuan Xiao Tang membuka kedua matanya. Dia menatap tenang kearah gadis dengan balutan gaun putih salju. Senyuman tipis terlintas di wajahnya. "Kamu satu-satunya putriku yang datang sebelum aku di penggal. Panggilan seperti itu juga sudah tidak penting lagi bagiku. Aku sudah hidup bergelimang harta selama puluhan tahun. Semua sudah cukup dan aku tidak pernah menyesali perbuatanku." Menyeret tubuhnya untuk bersandar di tembok penjara.
Xiao Xinyi memperlihatkan tusuk konde milik Ibu kandungnya juga milik Nyonya Xiao. "Bagaimana dengan kedua Ibu ku? Tidak pernah kah ada perasaan bersalah untuk mereka berdua."
Pandangan Tuan Xiao Tang menuju kearah cahaya yang keluar dari celah lubang kecil di bagian atas tembok. Setelah dia melihat tusuk konde yang ia berikan untuk kedua mendiang istrinya. "Hanya mereka yang pernah membuatku menyesali keputusanku."
Setelah mendengar ucapan langsung dari Tuan Xiao Tang. Xiao Xinyi berlalu pergi meninggalkan pria yang masih duduk termenung dalam kesendiriannya. 'Setidaknya masih ada rasa bersalah di dalam hatinya,' gumam Xiao Xinyi di dalam hatinya. Di depan pintu masuk kedua pelayannya sudah menunggu.
"Nyonya muda," ujar Daxia.
"Kembali ke kediaman." Xiao Xinyi naik kedalam kereta di ikuti kedua pelayannya.
Kereta melaju kembali menuju kediaman Ling. Di dalam kereta Xiao Xinyi merasakan mual yang cukup kuat. Wajahnya juga sudah sangat pucat. Sebelum kembali ke kediaman, dia berhenti di salah satu tempat pengobatan terkenal di Ibu Kota. Gadis itu hanya berusaha meyakinkan dirinya jika pemeriksaan yang dia lakukan tidak ada kesalahan.
Xiao Xinyi harus menunggu selama satu jam karena banyaknya pasien yang datang di tempat pengobatan itu. Di saat gilirannya untuk masuk ke ruangan pengobatan gadis itu menekan hatinya. Dia mencoba untuk tetap tenang.
"Nyonya muda, silakan." Pria tua dengan jenggot putih di dagunya menatap dengan senyuman hangatnya. Dia tabib istana yang hanya akan bekerja di tempatnya dua hari dalam seminggu. Orang-orang tentu akan berebut saat tabib itu berada di tempat pengobatan pribadinya.
Xiao Xinyi duduk di kursi kosong tepat di depan tabib. Dia mengulurkan lengannya agar dapat di berikan pemeriksaan melalui denyut nadi.
Tabib mengeluarkan sapu tangan putih bersih dari kotak kayu. Dia meletakkan sapu tangan pada bagian pergelangan tangan gadis di depannya. Baru setelahnya memeriksa denyut nadi. Tabib itu diam untuk beberapa saat lalu tersenyum. "Nyonya muda, selamat anda sedang mengandung. Bayi di dalam kandungan anda sangat sehat."
Mendengar itu Xiao Xinyi sangat bahagia.
"Aku akan menjadi Ayah!" Adipati Ling Yun yang telah mencari istrinya sedari awal, juga mendengar perkataan tabib saat dirinya masih ada di ambang pintu.
Xiao Xinyi memandang kearah suaminya. "Iya. Kamu akan menjadi Ayah dan aku akan menjadi Ibu."
Adipati Ling Yun berlari memeluk istrinya.
Tabib bangkit dari tempat duduknya. "Adipati." Memberikan hormatnya.
"Guo Dong, berikan lima ratus tahil sebagai ucapan terima kasih kepada tabib Khan." Adipati Ling Yun tidak bisa membendung kebahagiaannya lagi.
"Baik." Pengawal Guo Dong memberikan uang kepada tabib seperti yang di inginkan Adipati Ling Yun.
Tabib Khan terlihat sangat senang. "Adipati, Nyonya muda. Terima kasih."
Adipati Ling Yun menuntun istrinya keluar dari tempat pengobatan dan membantunya untuk naik kembali keatas kereta. Di dalam kereta yang melaju pria muda itu mengelus lembut perut istrinya. "Apa dia sudah bisa mendengar ucapan kita?"
Xiao Xinyi tersenyum, "Dia masih belum berbentuk sempurna. Tidak bisa mendengarkan apa yang kita katakan. Tapi dia bisa merasakan kehadiranmu."
Senyuman indah mengembang di wajah Adipati Ling Yun. "Aku sudah akan menjadi seorang Ayah." Pria muda itu di liputi ke bahagiaan.
Sesampainya di kediaman Ling, mereka turun dari kereta. Saat Xiao Xinyi ingin melangkah masuk kedalam kediaman. Tubuhnya di angkat suaminya. "Yichen, kaki ku sudah bisa di gunakan untuk berjalan dengan setabil. Kamu tidak perlu lagi menggendongku."
"Xinyi, aku tidak mengizinkan kamu kelelahan. Kamu dan bayi kita adalah hal yang paling berharga untuk ku." Adipati Ling Yun masuk kedalam kediaman sembari menggendong tubuh istrinya.
Saat mereka sampai di halaman tengah. Tuan besar Ling kebetulan juga baru saja akan keluar dari kediaman. Pria paruh baya itu hanya dapat menggelengkan kepalanya melihat kemesraan putranya juga menantunya. Dia berusaha untuk menghindari pandangan yang tidak seharusnya saat putranya melewatinya.
"Ayah akan menjadi seorang kakek," ujar Adipati Ling Yun saat berjalan tepat di samping Ayahnya. Meskipun begitu dia tetap tidak berhenti dan terus melangkah maju.
"Apa?" Tuan besar Ling masih berusaha mencerna perkataan dari putranya. Hingga, "Aku akan menjadi seorang kakek?" Dia menatap kearah putranya. "Hahahahah..." tawa menggema. "Aku akan menjadi seorang kakek." Jubah resminya di lepas dan di putar kuat. Dia berlari kembali menuju ke tempat Ibu dan istrinya berada. "Aku akan menjadi seorang kakek." Dia berteriak kuat membuat semua orang menatap senang.
Nyonya besar Ling dan Nyonya utama Ling yang ada di dalam kamar langsung keluar melihat keributan yang ada di luar ruangan.
"Ibu, Istriku. Aku akan menjadi seorang kakek." Tuan besar Ling menarik kedua tangan istrinya untuk di ajak menari bersama.
Nyonya besar Ling tertawa bahagia mendegar kabar yang telah mereka nantikan. "Aku akan memiliki cicit kecil. Hahahah..."
"Ibu, suamiku. Aku juga akan menjadi seorang Nenek," saut Nyonya utama Ling.
Kabar bahagia itu membuat semua orang menjadi di liputi rasa syukur.
Di dalam ruangan kamar Adipati Ling Yun sesekali menempatkan tangannya di perut istrinya. Dia sudah tidak sabar ingin melihat buah hatinya ada di dalam pelukannya. Pria muda itu menatap kearah istrinya. "Xinyi, terima kasih." Mencium kening gadis di depannya.
Xiao Xinyi menyandarkan tubuhnya dalam dekapan suaminya. "Yichen, terima kasih juga untuk semua hal yang telah kamu lakukan. Tanpa kehadiran kalian dalam hidupku. Mungkin aku tidak bisa bertahan."
"Para dewa selalu memiliki alasan terbaiknya saat mempertemukan kamu dengan ku. Dan kamu telah menjadi alasan aku menemukan tujuan baru dalam hidup ku." Adipati Ling Yun mengencangkan dekapannya. "Aku harap ketenangan ini akan berlangsung selamanya."
Sehat selalu banyak rezeky nya yaaa biar lancar bikin cerita baru sm rajin up nya🥰😘❤