Setelah menikah kebahagiaan Alina hanya berlangsung sebentar, ia mendapati grup chat rahasia keluarga suaminya di ponsel Danu yang isi chat nya itu sangat menyakiti hati Alina. Di grup chat yang terdiri dari suami, kakak ipar, bude dan mertuanya itu. Alina dihina fisiknya dan lebih sadisnya ternyata selama ini Danu tidak benar-benar mencintai Alina ia hanya ingin harta Alina. Terlebih lagi ternyata Danu juga miliki wanita simpanan yang merupakan cinta pertamanya. Segala Kebusukan suami dan keluarganya itu akhirnya terbongkar.
Di dalam masa keterpurukannya itu Alina bertemu dengan sosok Raffa yang merupakan teman SMA Alina. Raffa tanpa sengaja mengetahui masalah yang sedang dialami Alina, ia bertekad untuk membantu Alina, dengan terlebih dahulu mengubah Alina menjadi angsa cantik seperti dulu. Agar membuat suami dan keluarga berhenti menghina fisik Alina.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon niya_23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 26
“Ada apa, Bro?” ucap Adam heran.
“Sorry gue, ada urusan sama Alina,” ucap Raffa ia memegangnya tangan Alina lalu menariknya untuk menjauh dari Adam.
Alina meronta berusaha melepaskan genggaman tangan Raffa yang kencang. “Lepaskan!” jerit Alina.
Adam yang melihat hal itu tidak bisa tinggal diam ia lalu menghadang langkah Raffa. “Ada apa Bro? lo gak lihat Alina gak mau, lo jangan maksa Oke.”
“Minggir!” ucap Raffa mulai emosi.
Melihat ketegangan itu Alina langsung bertindak ia tidak mau ada keributan yang memancing perhatian orang-orang.
“Dam, sorry gue ikut Raffa dulu Mungkin ada yang harus dia omongin,” ujar Alina.
Adam menghargai keputusan Alina untuk memberikan waktu berbicara dengan Raffa. “oke,”ucap Adam tenang.
Alina dan Raffa lalu pergi ke suatu tempat untuk bisa berbicara dengan tenang. “Apa mau kamu?” Tanya Alina langsung ia tidak ingin berlama-lama dengan kekasih orang lain.
“Alina, please apa yang harus aku lakukan agar kamu mengerti . Tidak bisakah kamu menungguku?aku tidak bisa melihat kamu bersama orang lain. Hati ku terluka,” ucap Raffa.
“Tidak bisa Raffa, aku tidak bisa dan tidak mau menunggu kamu. Sudah jelas semuanya bukan bisa aku pergi!” Pinta Alina.
Raffa terdiam ia tidak bisa berkata-kata. Ia merasa nasib tengah mempermainkannya padahal dulu ia sampai rela menunggu Alina bercerai kini ketika hal itu terjadi malah dia yang tidak bisa bersama Alina karena keinginan ayahnya.
Alina lalu pergi meninggalkan Raffa yang hanya terdiam. Lalu ia kembali menuju parkiran di mana Adam sedang menunggunya.
“Dam, sorry,” kata Alina.
“Its, Oke Alina itu gak lama kok,” ucapnya sambil membukakan pintu mobil untuk Alina. Mobil itu melaju menuju rumah Alina, sepanjang perjalanan Alina hanya terdiam, seperti halnya Raffa sebenarnya Alina juga sama terlukanya seperti Raffa hanya Alina berusaha untuk tegas dan tegar.
“Al, kamu di rumah sama siapa?” Tanya Adam untuk memecah keheningan di antara keduanya.
“Aku? Sendiri Dam, tapi ada seorang security yang menjaga ku!” Ucap Alina.
“Jika perlu penjaga tambahan aku siap Al,” canda Adam.
Alina tersenyum. “Aku gak bakal mampu gajinya,” ucap Alina.
“Aku gak butuh uang yang aku butuh hati kamu,” goda Adam.
“Bisa aja kamu Dam, pantesan yah cewek-cewek pada kesemsem sama kamu ternyata kamu jago gombal,” ucap Alina.
“Masa sih?”
“Iya betul, di SMA dulu kamu terkenal, apa kamu gak ngerasa kalo kamu banyak ditaksir cewek-cewek dulu,”
“Enggak, karena dulu dan sekarang wanita yang paling cantik tetap orang yang sama cewek itu ada di samping aku,” jawab Adam ia menatap ke arah Alina, sambil tersenyum sedangkan Alina sedikit canggung mendengar ucapan Adam lalu ia melihat ke arah wajah Adam untuk menganalisa apakah Adam mengatakan hal itu serius atau hanya sekedar bercanda.
“Bercanda aja kamu, Dam,” ucap Alina.
Adam hanya tersenyum mendengar ucapan Alina ia tidak berkata apapun. Hal itu membuat Alina lega karena analisanya benar jika Adam hanya bercanda.
“Thanks yah, udah nganterin aku,” ucap Alina.
“Iya sama-sama Alina.”
“ Kamu hati-hati yah.” Alina lalu pergi memunggungi Adam.
“Alina!” teriak Adam. Aku serius dengan ucapan ku tadi,” ucap Adam lalu pergi memacu kendaraanya.
Alina yang hanya sempat berbalik badan hanya terdiam sekaligus terkejut.
Alina tidak mau memikirkan lebih jauh ucapan Adam itu hanya bagian dari masa lalu tidak berlaku untuk sekarang.
Ia kini disibukkan dengan pekerjaannya malam ini ia akan mengisi bagian konsumsi untuk acara ulang tahun anak konglomerat yang adakan di sebuah vila mewah. Semakin larut acara semakin ramai, Alina hampir kewalahan untuk menyediakan konsumsi.
“Sari, saya ke toilet sebentar yah kamu isi bagian makanan yang sudah kosong,” titah Alina.
“Baik, Bu,” jawab Sari.
Alina menuju ke toilet ia mencuci mukanya lalu merapikan make upnya yang mulai luntur.
Ketika itu datanglah seorang wanita yang tidak asing baginya wanita cantik berambut panjang coklat.
Iya memperhatikan wajah itu lewat cermin, setelah berpikir lama ia baru ingat jika wanita itu adalah Rania yang merupakan tunangan Raffa. Alina buru-buru menyelesaikan make upnya dan langsung pergi ke bilik toilet sedangkan rania masih asik memakai lipstiknya bersama seorang temannya.
“Rania gimna hubungan lo sama Direktur itu?” Tanya teman wanita Rania.
“Si cupu itu emang gak asik,” jawab Rania.
Alina yang mendengar hal itu dari bilik toilet langsung terkejut ia tak bermaksud untuk menguping pembicaraan kedua wanita itu.
“Kok, lo mau sih di jodoh in gitu bukannya lo udah punya pacar, ganteng lagi,”
“Iya sampai sekarang juga gue masih kok sama dia dan dia ngerti posisi gue kalo gue sama Raffa cuma sekedar hubungan bisnis doang,” jawab Rania.
“Terus nanti lo bakal merid sama dia?”
“Itu harus terjadi biar keluarga gue bisa ngambill alih kuasa atas seluruh saham dia di PT Sentosa.
“Kok, gitu? Emang bisa?”
“Yah, bisa lah bokap dia sebelum meninggal nyuruh dia buat ngawinin gua biar sahamnya aman ga ada gugatan dari pemegang saham lain tapi satu hal yang gak dia sadari jika kita nikah otomatis gue juga berhak atas saham milik dia karena gue istrinya setelah semuanya milik gue gue bakal buang dia kok, tenang aja,” ucap Rania sambill Tertawa puas.
Sedangkan alina hanya terdiam di balik toilet ia tidak mengeluarkan suara sedikitpun. Dan enggan keluar sampai Rania dan temannya itu keluar dari toilet.
“Udah yuk cabut,” kata Rania.
Alina lega akhirnya ia bisa keluar dari toilet itu tapi perasaannya tiba-tiba tidak enak setelah tahu rencana busuk Rania. Apa yang harus ia lakukan bilang atau tidak kepada Raffa perihal apa yang telah ia dengar langsung dari mulut Rania.
Tetapi satu sisi itu bukan urusannya satu sisi ia kasihan terhadap Raffa bagaimanapun Raffa adalah teman yang pertama kali mensupport dirinya ketika dia sedang terpuruk. Langkahnya gontai ketika ia keluar dari toilet perasaan tak karuan.
“Alina!” tiba-tiba seseorang berteriak kepadanya.
Guys, Terima Kasih sudah membaca jangan lupa kasih like, subs dan komen... thank you.. 🥰
atau ajak raffa seklian
tp aku beda sih dah bilang terakhir yo wes mau SMS mau tlp gk ku anggap kl perlu ganti nmer 😅