Luke karyawan biasa berusia 21 tahun yang telah bekerja selama 2 tahun mendapatkan hidup yang normal dan bahagia serta sangat jarang orang lain dapatkan namun, suatu hari saat Luke sedang beristirahat di atap kantor nya entah petir dari mana datang menyambarnya.
Luke kemudian bereinkarnasi di dunia Fidla di sebuah desa perbatasan Burthog Kingdom. Luke tumbuh di keluarga bahagia dan akhirnya memiliki seorang adik perempuan, Luke merasa sangat bahagia sebelum akhirnya perang merajalela dan menghancurkan desa nya.
Kedua orang tuanya terbunuh Luke juga terpisah dengan sang adik yang baru berusia 3 tahun.
Bagaimana Luke akan menemukan adik nya dan mengembalikan kehidupan normal dan bahagia nya? silahkan ikuti kisah petualangan Luke.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfa-RZ, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter 31, Kafir
Buchwald City
Setelah melanjutkan proyek selama tiga bulan juga dengan tambahan buruh dari kota Dakia sebagai pekerja tambahan akhir nya proyek irigasi berhasil di selesaikan.
Dengan mengalirkan air ke seluruh kota saja sudah sangat membantu dan memberikan dukungan pada aspek kehidupan di kota, kegiatan mandi yang tadi nya jarang di lakukan sekarang mulai menjadi kebiasaan bagi penduduk kota, mereka juga sudah tidak lagi membuang kotoran mereka di depan rumah karena ada nya toilet umum yang di bangun di beberapa titik kota juga kewajiban untuk membangun toilet untuk setiap rumah.
Putri Milis juga sigap menanggapi permintaan Luke untuk menyediakan pekerja untuk membuang sampah di luar kota dengan tempat pembakaran yang besar, selain itu putri Milis juga telah menyetujui permintaan Luke yang meminta sebidang tanah di luar kota bagian barat untuk di jadikan ladang.
Meskipun semua nya tampak berjalan lancar sesuai rencana tapi pasti nya akan ada beberapa pihak yang merasa keberatan contoh nya pihak agama setempat yang mencap Luke kafir karena mengubah tatanan Fidla (nama planet dunia ini) dan pasti akan mengundang amarah dewi air Lavanya.
Mansion
Ruang kerja
Seperti biasa Luke sedang memeriksa dokumen yang sebenar nya menjadi pekerjaan putri Milis, Luke hanya penasaran dan selalu ingin memastikan tidak ada informasi di kota ini yang lewat dari pandangan nya.
"Kalau kau terus datang memeriksa setiap ada laporan baru kenapa tidak sekalian saja kau yang menjadi penguasa di sini?" Putri Milis sebenar nya sudah berulang kali menawarkan.
"Merepotkan." Singkat saja Luke menjawab seperti biasa.
Putri Milis hanya bisa membuang napas panjang saat menuangkan secangkir teh. "Apa yang kau lakukan setiap saat itulah yang sebenar nya kau anggap merepotkan." Putri Milis tidak habis pikir karena meskipun mengatakan kerepotan tapi Luke tetap melakukan nya.
"Gereja Lavanya, apa itu?" Luke merasa terganggu dengan informasi yang sebenar nya kadang lewat di telinga nya.
"Ahh.. seperti nya belakangan ini mereka sangat sangat memperhatikan mu, oh mereka adalah kultus agama yang di akui oleh kekaisaran pasti nya mereka memiliki banyak pengikut." Putri Milis tampak bersemangat karena menemukan peluang untuk menggaet Luke.
"Aku membuat kesalahan,.. entah di sejarah dunia mana pun saat seseorang memulai perubahan pasti akan ada sekelompok orang bodoh yang meng kafir kan orang lain." Luke teringat dengan sejarah Galileo Galilei yang di hukum karena membawa paham baru yang menentang ajaran kitab suci saat itu padahal yang ia bawa adalah kebenaran.
(TL note: google aja)
"Aku tidak paham apa yang kau katakan." Putri Milis mengabaikan perkataan Luke yang memang sudah terbiasa ngelantur akan hal hal yang tidak bisa di pahami. "Tapi satu hal yang akan kuberitahukan.. begitu mereka menganggap seseorang kafir maka kerajaan pun memberikan izin bagi mereka untuk melakukan eksekusi." Putri Milis hanya berniat menakuti.
Tapi Luke percaya karen sudah membaca banyak sejarah di bakar hidup hidup karena membawa perubahan. "Ideologi itu bagus tapi ideologi yang salah adalah senjata terburuk dalam sejarah." Gumam Luke melihat dengan jelas nama nya di telah di labeli kafir oleh kultus tersebut.
"Bicara yang jelas! Bisakah kau berhenti mengucapkan kata kata yang tidak aku ketahui!?" Putri Milis menjadi sedikit emosian.
"Aku telah merencanakan masa depan yang tenang tentu aku tidak ingin hal seperti menjadi buronan kultus mengganggu ku, apa ada cara untuk menghilangkan cap kafir ini?" Bertanya Luke dengan serius.
"Yah setidak nya jika kau menjadi bangsawan sekelas Viscount mungkin mereka tidak akan berani menyentuh mu." Putri Milis memanfaatkan situasi untuk menggaet Luke agar menetap di kerajaan ini.
"Apa ku hancurkan saja kultus mereka?" Seperti nya Luke memikirkan pilihan yang lain.
"Oi! Tu-tunggu dulu! Jika kau melakukan hal itu coba pikirkan berapa banyak orang yang akan memusuhi mu pikirkan lagi tidak mungkin kau juga akan membasmi semua pengikut nya yang berjumlah ribuan jika kau melakukan itu tidak hanya menjadi buronan kerajaan tapi juga akan menjadi buronan kekaisaran bahkan seluruh dunia." Putri Milis segera menghentikan pikiran liar Luke karena merasa Luke akan benar benar melakukan nya.
"Tapi yah... menjadi bangsawan kah.. yang terlintas di pikiran ku hanya penuh dengan urusan urusan yang merepotkan." Luke menyandarkan tubuh nya sepenuh nya pada sofa untuk berpikir.
"Menurut ku itu bukan lah pilihan yang sulit, jika kau menjadi bangsawan setidak nya kau akan mendapatkan wilayah sendiri juga banyak hak hak lain yang tidak bisa kau dapatkan saat masih menjadi rakyat biasa, tentu nya ini juga akan menjamin keamanan Violet karena kau akan mendapatkan prajurit di bawah komando mu." Putri Milis berusaha meyakinkan.
'Bukan berarti aku tidak mau, rute kelas atas juga pernah terlintas di pikiran ku dengan menjadi bangsawan aku akan lebih mempermudah hidup ku sekaligus mempersulit nya.' Luke telah memutuskan. "Sepertinya ini jalan paling mudah untuk menghindari kultus bodoh itu." Luke menyetujui.
"Baiklah! Aku akan mengirim surat ke istana kerajaan dan mempersiapkan keberangkatan kita." Putri Milis langsung bersemangat dengan cepat menulis surat di kertas kosong.
"Tunggu dulu.. berangkat? Kemana?" Luke mengerutkan kening nya.
"Tentu saja ibu kota." Putri Milis menjawab dengan wajah polos.
"Untuk apa?" Luke lumayan benci dengan perjalanan jauh yang melelahkan.
"Tentu saja penerimaan gelar bangsawan, menurut mu gelar bisa di terima hanya melalui surat? Kau harus menemui raja terlebih dahulu untuk menerima nama kebangsawanan mu." Putri Milis merasa bodoh karena harus menjelaskan hal dasar seperti ini.
"Kalau begitu ada hal yang harus aku lakukan." Luke tidak ingin perjalanan yang sangat panjang menjadi neraka bagi pinggang dan bokong nya.
"Kau mau kemana?" Putri Milis masih sempat menanyakan tujuan.
"Ke bengkel." Luke sudah meninggalkan ruangan.
"Oh." Putri Milis bingung dengan ekspresi Luke yang tampak seperti orang yang telah mengalami trauma.
Sebenar nya Luke sudah mencoba beberapa kali menaiki kereta kuda bahkan hanya sekedar untuk berkeliling kota saja, segala jenis sudah Luke coba mulai dari kereta barang sampai kereta bangsawan tapi sama sekali tidak ada satu pun yang Luke merasa nyaman, semuanya adalah neraka jika di gunakan untuk jarak jauh karena suspensi nya yang sangat buruk.
Luke berjalan ke arah bengkel dengan tergesa gesa, saat ini otak nya bekerja hingga seratus persen hanya untuk membuat suspensi yang baik bagi kereta kuda biasa.
...
Kembali ke tempat putri Milis
Tok tok tok!
"Hmm." Putri Milis adalah orang yang cekatan yang bahkan bisa membedakan suara ketukan pintu seseorang tapi kali ini dia baru mendengar nya. "Masuklah." Putri Milis mempersilahkan karena menurut nya tidak akan ada orang jahat yang mengetuk pintu.
Seorang pria paruh baya memasuki ruangan sendirian, normal nya orang baru akan di antar oleh pelayan atau penjaga tapi putri Milia benar benar membiarkan depan pintu nya kosong karena di mansion ini ada orang yang memiliki indra detektor yang sangat tinggi dan mampu datang dengan cepat jika ada bahaya.
"Baru kali ini aku melihat mu." Putri Milis lebih dulu menyapa setelah berpura pura membereskan meja nya.
"Maaf kan kedatangan saya yang terlambat tuan putri, saya Marlos yang di kirim dari ibu kota untuk mengurus kota Buchwald, anda sudah boleh pulang tuan putri." Pria paruh baya itu memperkenalkan diri.
"Ah.. aku memang pernah menerima surat dari ayah kalau dia akan mengirim seseorang untuk mengurus kota ini, hmm jadi kau orang nya." Putri Milis tentu telah menerima semua informasi tentang Marlos.
"Benar tuan putri, tapi.. saya melihat pemandangan yang cukup unik di kota ini jadi tanpa sadar saya berkeliling dan terlambat untuk menyapa, tolong di maafkan." Marlos sekali lagi menunduk.
"Tidak masalah, berkat kau yang terlambat datang seseorang telah mengurus kota ini dengan baik." Putri Milis tentu tidak mempermasalahkan keterlambatan satu orang saja.
"Saya banyak mendengar nama nya saat berkeliling kota." Ucap Marlos tersenyum.
"Kedepan nya mungkin kau akan bekerja di bawah perintah nya jadi untuk sekarang aku ingin kau memahami semua kota ini terlebih dahulu." Putri Milis memperlihatkan dokumen yang sangat banyak.
"Se-seperti nya pak tua ini akan sibuk.. haha.." Marlos hanya bisa tertawa kecut saat melihat tumpukan kertas yang menggunung.