Cindra gadis yatim piatu yang dipermainkan takdir, terpaksa menikah dengan anak dari sahabat orangtuanya; Hafiz, seorang tentara berpangkat letnan satu.
Namun perjalanan rumah tangganya tidak berjalan dengan mulus, dia harus menderita menahan dinginnya hidup berumah tangga.
Hingga takdir mempertemukannya dengan seorang pria tampan yang mewarnai hari-harinya.
🩷🩷🩷 Happy Reading_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aksara_dee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30~ Perasaan yang sama
"Selesai sarapan, kita ngobrol di ruang kerjaku"
"umh..baik ka" Cindra segera mempercepat sarapannya
Setelah membantu Bu Amanda kembali ke tempat tidur, Cindra menemui Marcel di ruang kerjanya
tok tok..
"Ka Marcel" Sapanya di depan pintu
"Masuk Cin, duduk di sini" Marcel menepuk sofa tepat di sampingnya
"Gimana jadi pulang hari ini?"
"Iya ka, besok harus kuliah dan ke klinik. Buku dan alat akupunktur ada di rumah"
"Bagaimana jika Kaka menyiapkan itu semua di sini. Apakah kamu mau tinggal di sini?"
"Ka, semalam kan kita sudah bahas. Aku belum ditalak olehnya ka" Cindra menunduk
"mm..Baiklah, Kaka minta kerjasama darimu, ini untuk kebaikanmu juga agar aku bisa memantau kamu saat dibawah kendalinya. Sebenarnya apa yang akan aku minta sama halnya dengan yang suamimu lakukan"
"Maksudnya?"
Marcel berjalan ke meja kerjanya, mengambil kotak electronik dengan merk terkenal bergambar buah digigit.
"Ini ponsel, laptop juga alat penyadap. Ponsel dan laptop yang kamu pakai sekarang ini sudah diretas suamimu. Kamu butuh privasi, kamu juga butuh berinteraksi dengan Aku dan teman-temanmu. Selama ini gerakmu terbatas, kan? Jadi kamu bisa pakai ponsel dan laptop dari kaka. Terutama untuk menghubungiku. Dan Kaka minta tolong letakan alat penyadap ini di ruang yang biasanya dia berinteraksi denganmu. Tujuannya agar lebih mudah Kaka membantumu jika dia melakukan kekerasan atau melecehkanmu lagi. Orang suruhanku ada di bangunan Utara dan selatan. Jika terjadi sesuatu kamu bisa meminta tolong mereka"
'Ka Marcel benar, selama ini aku benar-benar dibawah kendalinya. Tidak pernah ada notif masuk dari ka Marcel, teman-temanku, sahabatku Aina dan Deon, bahkan chat pakde dan bude pun banyak yang tidak di jawab. Dia memutus hubunganku dengan dunia luar. Dia ingin aku hanya bergantung padanya.' Batin Cindra
"Ka, apa harus seperti ini? Apa tidak berlebihan?"
"Tidak. Ini tidak berlebihan sayang. Kaka bisa lebih gila dari ini jika dia berani menyulitkanmu"
"Satu hal yang harus kamu ingat, Kaka selalu ada bersamamu! Kamu tidak perlu takut melawannya jika dia menyalahi kontrak. Kaka minta tolong kamu scan surat kontraknya dan kirim ke kaka, agar Kaka mudah mengambil langkah hukum mengenai nikah kontrakmu ini"
"Baik ka"
"Cindra, Kaka berat melepaskanmu hari ini. Aku ingin sekali menculikmu, membawamu terbang ke negara yang belum pernah kamu kunjungi. Tapi aku menghargai keputusanmu, untuk menyelesaikan kontrak pernikahanmu. Aku mencintaimu tapi aku tidak ingin mengekangmu. Aku ingin kamu seperti adanya kamu sekarang, penyayang dan lemah lembut"
"Kurelakan hari ini kau kembali ke rumah, tapi jangan pernah menyerahkan dirimu padanya. Lelaki yang kamu sebut suami siri itu, sudah mulai goyah dengan prinsipnya. Saat ini dia memilihmu, karena Ranty sudah mengkhianatinya. Jangan kamu serahkan kehormatanmu hanya sebagai pelampiasan nafsunya dengan dalih kewajiban suami istri. Pastikan dia benar-benar mencintaimu dan kamu juga mencintainya" Panjang lebar Marcel mengungkapkan perasaannya
"Bagaimana perasaan Kaka jika aku memilihnya?"
Dengan perasaan tercekat Cindra mengatakannya. Karena Marcel adalah cinta pertama baginya. Lelaki yang selalu membuat hatinya berdegub dan selalu ia rindukan.
"Tentu saja aku kecewa, kamu adalah cinta pertamaku, Cindra. Jika kamu mempunyai perasaan yang sama denganku. Aku mohon, kamu jaga cinta dan kepercayaanku" Marcel mengatakannya dengan tatapan teduh.
Cindra menghambur memeluk Marcel. Membenamkan wajahnya pada dada bidang Marcel yang hangat, irama degub jantung yang sama dengan debug jantungnya. Dia ingin mengatakan bahwa ia juga mencintai lelaki itu, tapi dia menahannya. Karena perasaan takut lebih mendominasi. Ya! Cindra takut jika takdir mempermainkannya lagi. Menjauhkannya dari orang-orang yang ia cintai.
****
"Ka, sampai sini aja" Pinta Cindra saat Marcel hendak membelokan mobilnya ke arah Mansion Hafiz.
"Kaka harus bertanggung jawab karena sudah membawa kamu"
Marcel tetap masuk ke area komplek kediaman Hafiz
"Ka, nanti Kaka kena pukul lagi"
"Kamu kira Kaka takut? Kamu lihat lengan Kaka isinya apa?"
"Daging?" Cicitnya
"Bihun!"
Hahaha..mereka terbahak.
"Apa kamu ga lihat hiasan di dinding ruang kerja Kaka tadi?"
"Engga aku hanya fokus menatap cowo ganteng di sana"
"Owh My sweety..cuuppp.. cuuppp" Marcel mengecup jemari Cindra berkali-kali
"Ternyata begini rasanya punya pacar om-om" Celetuk Cindra
"Oh Lord!! Apa aku setua itu?"
"Cup.." Cindra mengecup pipi Marcel yang ditumbuhi bulu-bulu halus
"Honey..kau membuatku tersiksa"
*****
Ada gurat cemas di wajah kekasihnya, Marcel mengangkat dagu Cindra. memberinya kekuatan saat akan memasuki rumah "Tidak perlu takut, ada aku"
Ceklek..
"Non..!! Alhamdulillah akhirnya Non pulang" Nani langsung memeluknya
"Mas Hafiz ada Bu?" Tanya Cindra dengan suara agak bergetar
"Tuan tadi pagi sekali berangkat dinas Non. Sudah pakai seragam jas putih-putih itu Non"
"Owh seragam upacara Bu?"
" Iya Non"
"Oke, lain kali aku ke sini lagi. Aku gak bisa nunggu dia pulang dinas. Yang penting kamu sudah sampai rumah. Bu, tolong jaga Cindra" Pamit Marcel
"Iya ka, hati-hati di jalan"
Marcel mengangguk
"Non semalem tidur dimana, ibu dan Tuan cemas banget mikirin Non. Malah Tuan ga tidur sampe berangkat upacara tadi Non"
"Tadinya aku mau nginap di hotel Bu, tapi ka Marcel gak kasih ijin. Aku malah disuruh nginap di rumahnya"
"Yowes yang penting Non pulang dalam keadaan sehat wal Afiat"
Cindra mengangguk, "Cindra ke kamar dulu Bu"
#JAM 7 MALAM_
Cindra menata lauk di meja, baru saja ia dan Nani selesai membuat makan malam.
Sebuah tangan kekar melingkar di pinggang rampingnya "Aahh..."
Praankkk. Piring terjatuh.
"Tetaplah seperti ini, sebentar saja"
tubuh cindra mendadak nge-freeze saat suara suaminya ada dibalik punggungnya
"M-mas sudah m-makan malam? Tanyanya
"Aku mau makan masakan kamu" Hafiz melonggarkan pelukannya
"Aku siapkan piring dulu"
Hafiz masih dengan seragam militernya duduk manis di depan meja makan.
Cindra mengamati dari ekor matanya, perubahan sikap suaminya. Kenapa bersikap manis hari ini.
Cindra mengisi piring suaminya dengan hati-hati. Hafiz terus menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Mereka menikmati makanan tanpa bersuara hanya denting sendok garpu.
"Mas, baju PDU nya mau di laundry atau aku cuci sendiri" Saat Cindra membantu Hafiz merapihkan peralatan Dinas di walk in closet
"Nanti aku cuci sendiri"
"Baik"
Selesai tugasnya merapihkan pakaian Hafiz, Cindra melangkah keluar kamar. Tiba-tiba pergelangan tangannya di tahan dalam genggam Hafiz.
Deg!
Cindra berdebar, ia takut kejadian malam itu terulang lagi.
"Aku minta maaf berkali-kali menempatkanmu berada di posisi tidak menyenangkan. Aku sudah banyak menyakitimu"
Hafiz akhirnya bersuara dalam keheningan yang lama setelah tangan Cindra dia genggam.
Terlalu banyak luka yang dia berikan pada istrinya, dia harus memilih kata-kata yang tepat untuk mengungkapkan kata 'maaf'
"Iya aku sudah maafkan"
"Apa semudah itu memaafkan?"
"Mas mau pembahasan ini panjang atau jawaban yang membuat mas senang?"
"Aku ingin kita perbaiki hubungan ini, memulai dari awal lagi"
"Kalau begitu tidak di sini kita membicarakannya. Aku akan tunggu mas di ruang tengah"
"Kenapa kalau di sini?"
"Mas bau belom mandi" Cindra berbohong agar tangannya segera di lepas
"Perasaan mas sih wangi, aroma parfumnya juga masih nempel. Apa jangan-jangan kamu ga kuat liat perut sixpack ini?" Hafiz menunjuk perutnya yang berotot dan ia hanya menggunakan boxer bertelan_jang dada
"Ga usah narsis deh" Cindra berdecak
"Kenapa kamu ga berani menatap mas? Owhh iya mas tahu, di lantai marmer itu pantulan perut mas juga kelihatan, kan?" Senyuman nakal tersungging di bibir Hafiz
"Apaan sih ga jelas banget!" Cindra mendelik dan menarik tangannya hingga terlepas dari genggaman suaminya
Dia langsung berlari ke lantai bawah
"Senengnya punya istri Abege, malu-malu menggemaskan" Hafiz menggelengkan kepalanya
# Di Ruang Tengah
"Lama banget sih mandinya, udah kayak anak perawan aja" gerutu Cindra
"Aku masih perjaka, jadi mandinya lama. Ada yang harus ditidurkan dulu" Hafiz mengedipkan mata
"Cik!"
"Buatin mas kopi tanpa gula"
"Iyaaa bos!"
Kopi panas sesuai pesanan sudah tersaji. Cindra duduk menjauh dari Hafiz namun berhadapan. Dia sudah menyiapkan surat kontrak yang pernah mereka tanda tangani.
Bersambung ya gaess... Author belajar dulu besok ujian 🙏😁