Ivana sudah berlari sejauh mungkin untuk menghindari Aston Harold, namun dunia seperti begitu sempit untuk pria itu. Sampai di kehidupan Ivana yang paling terpuruk Aston tetap mampu menemukannya.
"Jadilah simpanan ku, ku pastikan hidupmu akan baik-baik saja," ucap Aston.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SSP Bab 29 - Pemburu Cinta
Memang benar bahwa siang tadi Aston lah yang meminta Ivana untuk menanggalkan bajunya, tapi ketika dia melihat secara langsung sang wanita berpenampilan seperti itu Aston justru merasa begitu hina.
Tidak, bukan seperti ini yang Aston inginkan. Sumpah demi apapun, dia tidak ingin menjadikan Ivana seperti budak.
Tanpa kata Aston lantas berdiri, melepaskan kaos berwarna hitam yang sedang dia pakai.
Melihat pemandangan itu Ivana semakin gemetar tubuhnya, berpikir ternyata Aston benar-benar akan menyentuhnya dengan cara seperti ini.
Namun alangkah terkejutnya Ivana ketika pria itu justru mengenakan kaos tersebut pada tubuhnya. "Pakai baju ini, maafkan aku tentang ucapan di kantor tadi," ucap Aston.
Dia bahkan membantu Ivana untuk menggunakan baju tersebut, di tubuhnya baju ini memang pas, namun ketika dikenakan Ivana jadi terlihat berukuran lebih besar.
"Kenapa kamu memakaikan baju ini untukku? Bukankah kamu ingin menyentuhku?" tanya Ivana. Dia tak ingin terpedaya lagi, tak ingin terlena dengan perlakuan manis Aston.
Di dalam benaknya sudah terekam kata bahwa dia hanya pemuuas naffsu.
"Aku salah, tidak seharusnya aku bicara seperti itu padamu." Aston menarik Ivana kembali masuk ke dalam kamar wanita ini. Tidak, Aston tidak akan menyentuh Ivana setelah merendahkannya.
Dia ingin setiap penyatuan yang mereka lakukan bersama atas keadaan suka sama suka, bukan terpaksa.
"Jangan membuatku bingung seperti ini, As. Sentuh saja aku," pinta Ivana. Dia bahkan hendak mencium Aston lebih dulu ketika mereka telah masuk ke dalam kamar tersebut, sampai Aston tidak sempat untuk menutup pintu.
Saat Ivana menciumnya, Aston tidak menolak, namun dia membalas dengan begitu lembut, lalu secara perlahan kembali melepaskan, menggendong Ivana dan mendudukkan sang kekasih di tepi ranjang.
"Maafkan aku, aku salah," ucap Aston sekali lagi. Bicara dengan suara yang begitu lembut.
Semua hal yang dilakukan oleh pria ini selalu berhasil membuat Ivana merasa bingung, antara dicintai atau dihinakan. Entahlah, Ivana tidak pernah bisa menebak apa yang ada di dalam benak pria ini.
"Semalam Gio mengajakku bertemu di paradise club, dia mengatakan akan coba mendekati kamu," ucap Aston, ingin menjelaskan situasi yang dia alami hingga bisa bersikap sekasar itu pada Ivana.
"Aku memang tidak melarang Gio untuk melakukannya, karena hubungan kita juga masih rahasia. Karena itulah aku ingin kamu yang menolak," jelas Aston lagi.
Sementara Ivana jadi terdiam, kenapa suasananya jadi seperti ini. Kenapa Gio ingin mendekatinya, mungkinkah Gio pun berniat untuk menjadikannya pemuuas naffsu.
Serendah itukah harga dirinya kini di hadapan para pria, fakta yang membuat Ivana benar-benar merasa begitu terluka.
Ivana sampai menunduk, tak lagi membalas tatapan Aston. Kepercayaan diri yang selama ini coba dia bangun, kini perlahan meredup lagi.
Kenapa hidup sesulit ini?
Aston pun pilih untuk tidak menceritakan secara rinci, tidak menyebutkan niat Gio untuk menikahi Ivana, bahkan berniat mengambil alih semua hutang yang telah dia lunasi.
Aston ingin Ivana membenci Gio saja, agar Ivana tak pernah memiliki harapan pada sang sahabat.
"Sekarang sudah tahu kan kenapa aku marah? Aku dan Gio berteman, jadi aku mohon jangan memiliki hubungan yang dekat dengannya, jika kamu menolak, aku yakin Gio akan menyerah," ucap Aston lagi dan kini Ivana hanya mampu mengangguk.
Melihat itu Aston menghela nafasnya lega, dia memeluk Ivana dan berulang kali mengelus kepalanya, "Istirahat lah, sampai bertemu besok pagi," ucap Aston, dia menunduk sedikit dan mencium bibir Vana. Lalu keluar dari kamar tersebut, sejak tadi Aston sudah bertelanjjang dada.
Ditinggal sendirian di sana, Ivana lantas membuang nafasnya dengan kasar. Mengambil ponsel di atas nakas dan belum juga ada kabar dari kedua kakaknya.
Yang ada justru sebuah pesan singkat dari Aylin. 'Kak Ivana, jangan lupa malam Minggu besok ke rumahku. Aku sudah menyiapkan semuanya,' tulis Aylin.
Tentang pesta barbeque yang sempat mereka bicarakan kemarin.
"Huh!" Ivana kembali menghela nafas kasar, inginnya tidak datang agar tidak bertemu dengan Gio dan Aston di satu tempat, namun jika tidak datang tak enak dengan Aylin.
Ting! Satu pesan kembali masuk, Gio mengirimnya pesan. 'Ivana, Aylin baru saja memberi kabar tentang pesta barbeque. Aku akan datang menjemputmu.'
'Tidak perlu, Gio. Aku akan pergi sendiri,' balas Ivana dengan cepat.
Namun bukannya merasa kecewa dengan penolakan tersebut, Gio justru tersenyum kecil. "Justru bagus jika kamu menolak seperti ini," gumam Gio.
Jiwa pemburu cintanya semakin terpancing.