Jeanette Archer, seorang wanita bersuami, menghabiskan satu malam panas bersama seorang pria. Hal itu terjadi di acara ulang tahun adik kesayangannya.
Axton Brave Williams, yang anti pernikahan, menerima tantangan dari para sahabatnya untuk melepas keperjakaannya. Ia melakukan sebuah ONS dengan seorang wanita di sebuah klub.
Jean merasa bersalah dengan apa yang telah dilakukannya, membuat dirinya menerima perlakuan suaminya yang semakin lama semakin acuh. Hingga pada akhirnya ia menemukan bahwa suaminya telah mengkhianatinya jauh sebelum mereka menikah.
Sebuah perceraian terjadi, bahkan kedua orang tuanya mendukung ia berpisah, karena wanita selingkuhan suaminya tengah hamil. Di hari yang sama, ia mengetahui bahwa dirinya tengah hamil akibat malam panas yang ia lewati.
Tak mendapat dukungan dari siapapun, membuatnya lari saat hamil dan kembali menikmati petualangannya di alam bersama anak dalam kandungannya. Hingga takdir membawanya kembali pada pria yang merupakan ayah anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PimCherry, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
UJIAN
Axton datang tanpa membawa apapun, bahkan sehelai pakaian pun tidak. Jeanette pun berinisiatif memberikan sebuah handuk, T-shirt berukuran besar dan sebuah celana training.
"Untukmu. Maaf aku tak ada pakaian pria," ucap Jeanette.
"Terima kasih."
"Dan maaf kamar mandinya tak terlalu besar," ucap Jeanette lagi.
Axton pun berlalu menuju kamar mandi. Ia pun membersihkan dirinya. Ia baru tersadar kalau Jeanette tak memiliki pakaian dalam pria. Akhirnya ia memilih tak memakainya selama tidur, besok ia baru akan memesannya secara online.
Ia bisa menghirup harum T-shirt yang diberikan oleh Jeanette tadi. Saat sudah berada di tubuhnya, ia merasa seakan tengah memeluk Jeanette karena harumnya. Ia pun menggelengkan kepalanya untuk menepis pikirannya.
Terlihat Jeanette yang tengah mempersiapkan makan malam. Tak mewah, namun bisa membangkitkan genderang di perut Axton. Ia memang tak banyak makan saat di restoran pizza tadi karena ia memang tak terlalu menyukai makanan seperti itu.
"Daddy!" panggil Alex saat melihat Axton.
"Berikan padaku," ucap Jeanette mengambil alih pakaian yang dipegang oleh Axton.
"T-tapi ....," Axton sebenarnya ingin merapikannya agar besok bisa ia gunakan lagi, tapi Jeanette mengambilnya dengan cepat dan ia pun disibukkan dengan Alex yang sudah siap menggandeng tangannya menuju meja makan.
Mereka makan malam bersama, dengan Axton dan Jeanette duduk berhadapan, sementara Alex ada di antara mereka. Jeanette mengambilkan lauk untuk Alex dan Alex memakannya sendiri. Axton tersenyum melihat tingkah Alex yang selalu melihat ke arahnya.
"Makanlah, Boy!" ucap Axton sambil mengusap kepala Alex.
Selesai makan, Jeanette membereskan semuanya. Ia mencuci piring, kemudian menyiapkan susu untuk Alex.
"Susunya diminum ya, sayang. Mommy mandi dulu," ucap Jeanette.
"Okay, Mom," Alex meraih gelas yang diberikan Jeanette kemudian meminumnya hingga tandas. Axton tersenyum melihatnya.
"Good job!" puji Axton saat melihat Alex menghabiskan susunya, membuat Alex tersenyum.
Setelah meletakkan gelas susunya di tempat cuci, Alex kembali menghampiri Axton. Ia duduk bersebelahan, bahkan memeluk lengan Axton.
"Daddy tidul sama Alex?" tanya Alex.
Belum sempat Axton menjawabnya, Jeanette keluar dari kamar mandi dengan menggunakan sebuah piyama daster selutut. Ia mengeringkan rambutnya dengan handuk, sambil berjalan ke belakang rumah.
Saat Jeanette kembali, ia memanggil Alex dan meminta putranya itu untuk masuk ke dalam kamar, "ayo kita tidur, sayang."
"Alex tidul sama Daddy," ucap Alex.
"Tidak, sayang. Tidak muat," ucap Jeanette. Ia pun membawa Alex ke dalam kamar tidur, setelahnya ia menutup pintu.
Axton langsung memegang dadanya ketika pintu sudah tertutup sempurna. Jantungnya terus berdetak tak karuan sejak Jeanette keluar dari kamar mandi. Harum wanginya langsung merasuk ke dalam indera penciumannya, membuatnya teringat akan sesuatu. Bahkan kini, ada sesuatu di bawah sana yang mulai menggeliat karena sarangnya sedang tidak pada tempatnya.
"Aghh!!" Axton menggeram, menahan hassratnya yang tiba tiba saja bangkit.
Ia memutar tubuhnya beberapa kali di atas sofa yang ukurannya jauh lebih kecil dari dirinya, baik dalam panjang maupun lebar. Hingga ia melihat jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, tapi tetap tak bisa memejamkan matanya.
Ntah keberanian dari mana, Axton membuka pintu kamar tidur yang ditempati oleh Jeanette dan Alex. Kamar itu sangat harum, wangi yang sedari tadi membuat jiwanya meronta.
Kamar tidur itu tak memakai penerangan, ia hanya mengandalkan penerangan dari sela sela gorden. Jeanette selalu membiarkan jendelanya sedikit terbuka agar ada aliran udara. Untung saja ia tinggal di area yang cukup dingin saat malam hingga pagi hari.
Axton mendekati tempat tidur. Ia ingin melihat ke arah Alex, tapi kakinya juga melangkah ke arah Jeanette. Pikiran dan kakinya seakan tidak sinkron. Axton melihat ke arah Jeanette dan ingatannya seakan kembali ke 5 tahun lalu, saat ia melihat seorang wanita di atas tempat tidur dalam keadaan remang remang.
"Ya Tuhan, aku seperti psikopat," gumam Axton yang tangannya tiba tiba saja membelai rambut Jeanette kemudian menyesap harumnya.
Posisi Jeanette berubah, membuat Axton sedikit mundur karena tak mau wanita itu terbangun. Kini Jeanette dalam posisi terlentang dan kepala agak miring sedikit ke kiri.
Ya, Axton merasa kembali pada masa 5 tahun yang lalu. Suasana dan harum yang ia rasakan, mirip sekali, hanya saja di atas tempat tidur ada seorang anak laki laki berusia 4 tahun.
Cuppp
Axton yang terbawa suasana pun menempelkan bibirnya pada bibir Jeanette dan ia mulai merasakan getaran yang lama tak ia rasakan. Tak berhenti dengan mengecup, Axton mulai melummat pelan.
Jeanette mulai menggeliat pelan, membuat Axton menghentikan ciumannya. Ia segera keluar dari kamar tidur karena ia semakin tak bisa menahan gejolak dalam tubuhnya.
Di luar, ia memegang dadanya dan menahan debaran jantungnya lagi. Ia bahkan merasa seperti pencuri yang hampir tertangkap basah. Axton bahkan melihat senjatanya kini sudah berdiri dengan tegaknya, karena tak ada penahannya.
Axton semakin tak bisa memejamkan matanya. Ia sudah membolak balik tubuhnya layaknya ikan yang sedang dijemur, tapi tetap tak mendapatkan posisi yang bagus. Akhirnya ia bangkit dan pergi ke kamar mandi. Sepertinya ia harus menuntaskan sesuatu terlebih dulu.
Keesokan paginya, seperti biasa Jeanette akan terbangun pagi sekali. Ia akan mengerjakan pekerjaan rumah sebelum membangunkan Alex. Suara berisik dari arah dapur, membangunkan Axton. Sebenarnya ia masih mengantuk karena semalam ia kesulitan menuntaskan hassratnya, dengan terpaksa ia kembali membayangkan saat dirinya mencium Jeanette, membuatnya mudah menyelesaikannya.
Axton meletakkan bantal dan selimut dalam keadaan rapi, kemudian ia melihat ke arah pintu kamar tidur yang masih tertutup. Ia membukanya sedikit dan mengintip ke dalam, terlihat Alex masih tertidur dengan nyenyaknya.
Ia pun melanjutkan langkahnya ke belakang, ke arah dapur. Di sana terlihat Jeanette tengah memasak dan terlihat sangat ahli sekali memainkan berbagai peralatan dapur.
Hawa dapur yang terasa panas, membuat Jeanette mengambil ikat rambut di dalam saku dasternya, kemudian menguncir rambutnya. Ia mencepolnya hingga memperlihatkan leher putihnya yang terlihat begitu jenjang.
Ya Tuhan, ujian apa lagi ini? - Axton menelan salivanya dan merasakan sesuatu kembali menggeliat di bawah sana.
🧡 🧡 🧡
juga asal usul tokoh2nya...