Agnia, 24 tahun terjebak cinta satu malam dengan Richard Pratama akibat sakit hati kekasihnya Vino malah menikah dengan adik sepupunya.
Melampiaskan kemarahannya, karena keluarganya juga mendukung pernikahan itu karena sepupu Nia, Audrey telah hamil. Nia pergi ke sebuah klub malam, di sana dia bertemu dengan seseorang yang ternyata telah mengenalnya dan mengaguminya sejak mereka SMA dulu.
Memanfaatkan ingatan Nia yang samar, kejadian malam itu. Richard minta Nia menikahinya, dan menafkahinya.
Tanpa Nia sadari, sebenarnya sang suami adalah bos baru di tempatnya bekerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon noerazzura, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Lebih Menginginkanmu
Rasanya begitu nyaman, saat Agnia bisa merebahkan tubuhnya di kasur yang empuk. Tapi, baru juga dia hampir terlelap. Ponselnya kembali berdering.
"Ya ampun! ini sudah malam woi. Memang masih ada yang terjaga di jam segini?" gerutunya kesal sambil meraih ponselnya yang ada di atas nakas.
Dengan mata yang masih terpejam, dan gerakan meraba-rabaa, pokoknya lewat intuisi saja dia menggeser ke atas layar ponselnya.
"Halo..."
[Ternyata benar! kamu memang melupakan aku]
Mata Nia yang tadinya sangat lengket dan sulit sekali di buka. Mendadak membelalak lebar ketika dia mendengar suara Richard.
"Richard" ucap Agnia sedikit terkejut.
Nia bahkan langsung bangun, memposisikan dirinya duduk bersandar di pinggir sandaran tempat tidur nya.
[Masih ingat nama suami mu?]
Nia mengusap wajahnya kasar.
'Ya ampun, aku lupa aku sudah menikah. Aku lupa aku mau belikan dia apartemen. Bagaimana ini? apakah dia akan kembali ke klub malam?'
"Dimana kamu? Richard maaf, aku tadi sibuk, pekerjaan ku banyak sekali"
[Di hotel. Datang sekarang! aku tidak biasa tidur sendirian]
Mata Nia melebar.
'Ini sebenarnya yang jadi penghibur itu aku atau dia sih? kenapa seolah dia bosnya, aku penghiburnya?'
[Aku sudah cukup bersabar, kamu tidak menghubungi ku seharian. Kamu kejam sekali]
Nia menunjuk wajahnya sendiri dengan jari telunjuknya.
'Hah, apa katanya? aku kejam. Aku kejam? bukannya aku sudah menyelamatkan dia dari pekerjaan buruk itu. Aku ini seperti malaikat penolong kan seharusnya baginya? kenapa dia bilang aku kejam?'
[Aku bahkan kelaparan]
Mata Nia kembali membulat.
"Kamu belum makan? ya ampun. Kirim lokasimu sekarang! aku akan kesana!"
Nia memutuskan panggilan telepon itu. Dia bergegas turun dari tempat tidur. Bahkan dia hanya mengambil sweater saja. Dia bahkan tidak mengganti piyamanya.
Tak lama, Richard sudah mengirim alamat hotel dimana pria itu berada pada Nia.
Saat berada di depan pintu kamarnya, Nia bertemu dengan ibunya.
"Mau kemana sudah malam?" tanya Santi.
"Karin mendadak sakit perut bu. Nia kesana ya. Sebelum berangkat kerja, Nia pulang kok" kata Nia yang memeluk ibunya sekilas lalu segera pergi dari rumah ayahnya itu, dengan mengendarai mobilnya sendiri.
Saat di jalan, Nia sempat berpikir. Dan melambatkan laju mobilnya.
"Bukannya aku sudah berikan kartu padanya?" gumam Nia.
Tapi Nia merasa ragu. Maka dia menepikan mobilnya dan memeriksa dompetnya.
Nia menepuk keningnya sendiri ketika dia masih menemukan kartu dari ibunya di dompetnya.
"Pantas saja dia kelaparan, aku ambil lagi kartu ini darinya. Aku juga belum transfer dia uang. Ceroboh sekali, bagaimana kalau dia nekat ke klub malam itu lagi" gumamnya menyalahkan dirinya sendiri.
Setelah menyadari kesilapan yang dia lakukan. Agnia mempercepat laju kendaraannya menuju hotel dimana Richard berada.
Tok tok tok
Nia baru mengetuk pintu, tapi setelah pintu itu terbuka dengan cepat. Tangan Nia di tarik oleh Richard ke dalam dan Richard segera menutup pintu itu dan menguncinya.
Nia tentu saja terkejut. Belum lagi Richard yang dengan cepat mendorongnya ke pintu dan mencium Nia dengan begitu mengejutkan dan cenderung kuat.
Nia membulatkan matanya, oksigen di paru-parunya rasanya semakin menipis, ketika Richard semakin memperdalam ciumannya pada Nia.
Nia memukul bahu Richard. Memberikan pria itu kode, kalau Nia sudah kehabisan nafas.
Richard yang menyadari hal itu pun segera melepaskan Nia.
"Hah... hah.. hah..."
Nia menghirup udara sebanyak-banyaknya ketika Richard melepaskannya.
"Apa yang kamu lakukan?"
"Mencium istriku" sahut Richard sangat enteng.
Pria itu bahkan membersihkan bibir bawahnya dengan bibir atasnya di depan Nia. Membuat Nia meremang.
"Hentikan, kamu membuatku merinding. Katanya lapar, tapi tenaga mu tidak seperti orang yang sedang lapar" keluh Nia yang langsung duduk di sofa.
Nia mengeluarkan ponselnya.
"Aku akan pesan makanan, tunggu sebentar ya!" kata Nia.
Mata Richard memindai istrinya itu dari ujung rambut sampai ujung kaki.
"Kamu sangat khawatir padaku ya? masih pakai piyama, dan sandal tidur, kamu langsung datang kemari" kata Richard.
Dan ucapan Richard itu menyadarkan Nia, kalau apa yang dikatakan oleh Richard itu benar. Nia melihat ke arah kakinya, dia benar-benar masih pakai sandal kamarnya.
Nia tersenyum canggung.
"Ini model baru, trend baru. Sebentar lagi orang-orang akan keluar dengan gaya seperti ini!" ujar Nia berasalan.
Meski Richard tahu, istrinya itu hanya beralasan. Tapi Richard mengangguk paham.
"Masih lama makanannya datang?" tanya Richard.
Nia menjadi merasa sangat bersalah. Dia lantas mengeluarkan kartu tanpa limit dari dompetnya dan meletakkannya di atas meja.
"Richard, simpan kartu ini. Kalau aku sedang sibuk dan tidak bisa kamu hubungi, pakai saja..."
Mata Agnia membulat dan ucapannya terjeda, ketika Richard membungkuk dan kedua tangannya memegang sandaran sofa yang di duduki Nia. Posisi Richard saat itu mengungkung Nia dan menatap Nia dengan jarak yang sangat dekat. Sangking dekatnya, Nia bahkan bisa merasakan hembusan hangat nafas Richard.
"Aku akan simpan kartu itu. Tapi makanannya masih lama atau tidak?" tanya Richard dengan suara serak.
"Sebentar lagi, lima belas menit lagi" jawab Nia gugup.
Tangan Richard menyentuh dagu Nia, meraih dagu wanita itu dan semakin mendekat ke arah Nia.
Agnia yang jantungnya sudah berdebar dengan tidak terkendali. Akhirnya memejamkan matanya, ketika Richard kembali mencium bibirnya dan mempermainkan bibirnya dengan begitu mahir. Membuat bahu Nia semakin naik meninggi, karena memang apa yang di lakukan oh Richard membuat Nia merasakan seperti ada banyak capung, kupu-kupu bahkan lady bug yang menari-nari di bawah perutnya.
Nia masih memejamkan matanya, ketika ciuman yang begitu romantis dan penuh hasrat itu bahkan menurun ke lehernya yang putih dan jenjang itu.
Tangan Nia mencengkram kuat punggung Richard, ketika pria itu mulai menghisapp lebar Nia.
Mata Nia terbuka lebar, dia sadar kalau hal itu akan menimbulkan masalah baginya.
"Richard, hentikan!" pekik Nia kencang.
Dia tahu, Richard sedang dalam kondisi dimana dia tidak akan mendengarkan suara yang pelan.
Richard menghentikan itu, meski begitu leher Nia yang putih sudah sedikit memerah.
"Aku harus bekerja besok, jangan..."
"Di tempat yang tidak terlihat boleh kan?"
Nia tertegun, dia tidak tahu kenapa pria di depannya itu bahkan tak bisa dia tolak sama sekali.
Richard membuka kancing piyama Nia. Nia pun cukup tahu dan paham lah, dimana pria itu akan memberikan tanda di tubuh Nia.
Jantung Nia masih berdebar begitu kencang. Saat dia sendiri tak kuasa menolak Richard yang menundukkan kepalanya dan menghisap salah satu bagian dadanya.
"Agkhh" Nia mencengkeram kuat lengan Richard.
Richard bangkit, dia menggendong tubuh istrinya itu menuju ke tempat tidur.
"Richard, paket makanannya sebentar lagi datang..."
"Biar saja, biar di letakkan di luar"
"Katamu kamu lapar?" tanya Nia yang sebenarnya sangat gugup dan mencoba membuat Richard berubah pikiran.
"Iya, tapi aku lebih menginginkan mu"
Deg
***
Bersambung...
eeehhh malah Nia yang duain ini yaa wkwkwkw