Berawal dari kesalahan yang Faiz Narendra lakukan di masa lalu, membuat hidup Keluarga Narendra terancam bahaya.
Berbagai teror, dan rentetan penyerangan dilakukan secara diam-diam, oleh pelaku misterius yang menaruh dendam kepadanya.
Namun bukan hanya pelaku misterius yang berusaha menghancurkan Keluarga Narendra.
Konflik perebutan pewaris keluarga, yang dilakukan oleh putra sulungnya, Devan Faiz Narendra, yang ingin menjadikan dia satu-satunya pewaris, meski ia harus membunuh Elvano Faiz Narendra, adik kandungnya sendiri.
Sedangkan Elvano yang mulai diam-diam menyelidiki siapa orang yang meneror keluarganya. Tidak sengaja dipertemukan, dengan gadis cantik bernama, Clarisa Zahra Amanda yang berasal dari keluarga sederhana, dan kurang kasih sayang dari ayahnya selama hidupnya.
Ayah Clarisa, Ferdi tidak pernah menyukai Clarisa sejak kecil, hanya karena Clarisa terlahir sebagai anak perempuan. Ferdi lebih menginginkan bayi laki-laki untuk meneruskan keturunannya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Laksamana_Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
Devan terbangun dari tidurnya dengan sekujur badan yang terasa kaku. Dia menggosok-gosok matanya yang masih terasa mengantuk.
Namun, begitu Devan membuka mata, ia terkejut ketika menyadari, bahwa dia tidak berada di tempat tidurnya di rumah, melainkan di sebuah bangku taman kota yang dingin dan lembab.
"Kok Om tidur di sini sih? terdengar suara anak kecil yang membuat Devan menoleh, dan mendapati dua anak kecil yang sedang mendekatinya.
"Om nggak punya kerjaan ya? ejek salah satu dari mereka sambil menunjuk-nunjuk Devan.
Devan merasa kesal mendengar ejekan dari dua anak kecil tersebut. Bisa-bisanya tuh bocah ngatain dia gak punya kerjaan.
Namun, melihat wajah polos kedua anak kecil itu, ia memutuskan untuk tidak terpancing emosi.
"Ngapain tidur di sini sih, Om? Cari kerjaanlah biar nggak jadi pengangguran," tambah anak kedua sambil tertawa terbahak-bahak
Devan menarik nafas dalam-dalam, mencoba untuk tetap tenang meskipun hatinya berdesir kesal.
"Kalian tahu nggak sih, sebenarnya saya punya perusahaan sendiri." ucap Devan tersenyum lebar
Dua anak kecil itu saling menatap satu sama lain, kemudian terkekeh keras, mendengar perkataan Devan.
"Hahahaha" tawa dua anak kecil itu
Mereka menganggap Devan gila, dan tidak percaya dengan omongannya. Mana ada orang yang punya perusahaan tapi tidur di bangku taman.
"Haha, lihat tuh, Om ini mau bikin kita tertawa dengan ceritanya yang nggak masuk akal," ujar anak pertama sambil menepuk-nepuk bahu temannya
"Sapa yang bercanda, saya serius kok" balas Devan yang mulai terpancing emosi
"Dan saya bisa buktikan kalau saya memang memiliki perusahaan sendiri. Nama perusahaannya adalah Perusahaan Narendra Grup." lanjutnya dengan tersenyum percaya diri.
Namun bukannya percaya dengan perkataan Devan, anak-anak itu semakin tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Devan.
"Terserah deh, Om. Kita mau pergi main ke taman yang lebih seru. Bye-bye, Om!" seru anak kedua sambil berlari pergi bersama temannya. Mereka memilih untuk pergi bermain dan mengabaikan omongan Devan.
Devan dibuat melongo, seolah tidak percaya dengan perlakuan kedua anak itu. Ekspresinya berubah menjadi kesal, namun dia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Dasar, bocah semprul," ucap Devan kesal melihat dua bocah itu kabur setelah mengejeknya.
Sejenak Devan menghela nafas mencoba mengatur emosinya, dan mulai beranjak pergi. Namun, tiba-tiba saja, kepala Devan terasa berat, dan pusing yang hebat menyergap dirinya.
Dia hampir jatuh kembali ke bangku taman, namun dengan susah payah ia berhasil menjaga keseimbangan tubuhnya.
"Argh," gumam Devan sambil memegangi kepala yang terasa seperti dipukul.
Dia memejamkan mata, dan berusaha menenangkan diri. Pikirannya melayang kembali ke peristiwa semalam, mencoba apa yang terjadi.
Flashback on
Devan yang sudah mabuk berat berjalan sempoyongan di tengah jalan yang sepi. Langkahnya terhuyung-huyung, dan pandangan mata yang sayup membuatnya sulit untuk fokus.
Dia merasa pusing, dan hampir tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Namun, tiba-tiba, sesuatu menarik perhatiannya.
Dari arah, ia melihat samar-samar wajah seseorang yang ia kenal. Wajah yang terlihat seperti Keysha, gadis yang selalu menggangu pikirannya sejak pertama kali mereka bertemu
"Keysha," gumam Devan dengan suara pelan.
Tanpa ragu, Devan memutuskan untuk mendekatinya. Langkahnya semakin cepat, meskipun tubuhnya masih terasa lunglai akibat efek alkohol yang merasuk ke dalam tubuhnya.
Semakin ia mendekat, semakin jelas jika orang itu adalah Keysha. Matanya yang sayup mulai bisa melihat dengan jelas sosok gadis yang selalu mengisi pikirannya. Tanpa pikir panjang, Devan langsung mendekat dan memeluk Keysha.
"Eh" kaget Keysha yang merasakan ada tangan seseorang yang memeluk pinggangnya dengan erat.
Dengan cepat, Keysha langsung berusaha melepaskan diri dari pelukan tersebut, dan mendorong orang yang tak dikenal itu.
Bruak
"Argh" rintih Devan jatuh tersungkur ke tanah
"Tuan Devan" kaget Keysha melihat ternyata orang itu adalah Devan, orang yang dulu pernah berniat untuk mengusur paksa lahan tanah warga.
Devan hanya terbaring di tanah, merasakan tubuhnya yang sedikit kesakitan. Keysha menatapnya dengan tatapan heran dan kesal.
"Kenapa gue harus ketemu lagi sih, sama ni orang?" tanya Keysha dengan nada kesal dan tidak suka jika harus bertemu dengan Tuan Muda yang arogan ini.
Sementara Devan yang masih mabuk berat mulai meracau tidak jelas, mulutnya terus mengeluarkan suara-suara yang tidak dapat dimengerti.
"Kenapa gue yang selalu dibanding-bandingkan dengan adik gue? keluh Devan membuat Keysha mengerutkan dahinya.
"Ni orang mabuk ya?" gumam Keysha merasa heran melihat Devan yang seperti setengah sadar.
Devan yang masih dalam keadaan mabuk berat terus meracau, "Orang tua gue lebih menyayangi Elvano daripada gue, kenapa gue selalu dianggap tidak sebanding dengan adik gue?" ucapnya dengan suara tertahan,dan tidak jelas.
"Kan beneran mabuk ni orang" ucap Keysha merasa kesal.
"Heran deh sama kelakuan orang kaya, hobi banget mabuk. Gak sayang badan apa?. Udah tau racun, masih aja diminum," ucap Keysha jengkel dengan perasaan jengkel
"Mereka selalu memuji Elvano, dan gak pernah liat usaha gue" ucap Devan yang terus meracau, mengeluarkan rasa frustrasinya yang selama ini ia pendam.
Sedangkan Keysha merasa bingung, ia tidak tau harus berbuat apa. Dia ingin meninggalkan Devan sendirian disini. Namun mendengar perkataan Devan, entah mengapa ia merasa prihatin.
"Van, sadar," ucap Keysha mencoba menyadarkan Devan, namun karena pengaruh alkohol yang masih kuat, membuat Devan hilang kendali
"Ayah, Mama. Memangnya hidup Devan hanya untuk memuaskan ekspetasi kalian berdua hah!" ucap Devan yang tiba-tiba menjadi emosi, membuat Keysha terkejut.
"Devan capek terus-terusan menjadi seperti apa yang kalian minta" ucap Devan yang terus meracau
"Meski aku sudah sesuai apa yang kalian mau, justru kalian malah lebih membanggakan Elvano dari pada aku" lanjutnya yang tiba-tiba mulai menangis.
"Kenapa, Yah. Kenapa, Ma!!" teriak Devan marah
Keysha yang melihat Devan saat ini merasa tidak percaya. Namun hatinya terasa sakit, melihat ekspresi wajah Devan yang penuh dengan kekesalan dan kesedihan.
Ia tidak pernah membayangkan bahwa pemuda kaya raya tersebut sebenarnya menyimpan beban yang begitu berat di dalam hatinya.
Ia pikir Devan hanya seorang pemuda kaya raya yang tidak mempunyai empati, dan suka menindas orang biasa
Namun ternyata di balik ini semua ada rasa sakit yang Devan simpan. Mungkin itu yang menyebabkan Devan menjadi pemuda arogan.
Keysha perlahan berjongkok dan mencoba membangunkan Devan yang masih terpengaruh minuman keras.
"Van, bangun" ucap Keysha menepuk pipi Devan.
Tap
Tangan Keysha di pegang Devan, dan membuat jantung Keysha berdegub.
Deg
Refleks Keysha melepaskan tangannya dari tangan Devan, namun Devan dengan erat menahannya.
"Jangan tinggalkan gue Key, gue suka sama lo" ucap Devan dengan pandangan sayu.
Plakk
"Argh" ringis Devan ketika Keysha menampar keras pipinya.
"Ni orang makin ngaco ya," kesal Keysha bergegas berdiri.
"Mending gue tinggalin aja ni orang, terserah lah. Paling juga nanti anak buah ni orang, nyariin dia" ucap Keysha memutuskan untuk pergi.
Namun tiba-tiba Devan menarik tangannya dengan kuat, hingga membuat Keysha hilang keseimbangan, dan terjatuh.
Bruak
Chup
Flashback off
"Aaaaaaaakkhhh" teriak Devan ketika ia sadar jika semalam, dia dan Keysha...
"Aaakkhh, kenapa semalem gue harus sebodoh itu sih" kesal Devan mengacak-acak rambutnya.
Perasaan kesal dan malu bercampur menjadi satu, membuatnya merasa kehilangan harga dirinya.
Seorang Devan Faiz Narendra melakukan hal seperti itu dalam kondisi mabuk?, terlebih itu adalah ciuman pertamanya.
*****************
Di sebuah ruangan yang gelap dan suram, seorang pria dengan tato di lengan kanannya sedang mengenggam sebuah foto keluarga.
Wajahnya dipenuhi dengan rasa kebencian yang tak terbendung ketika ia melihat foto tersebut. Foto di mana seorang pria sedang tersenyum ramah bersanding dengan istrinya, dan diapit kedua putranya.
Pria yang ada di foto itu adalah Faiz Narendra, seorang pria yang sangat dicintai oleh keluarganya dan dihormati oleh banyak orang di sekitarnya.
Namun, di matanya, Faiz adalah orang yang harus dilenyapkan. Dia telah merencanakan untuk menghancurkan kebahagiaan keluarga Narendra dengan cara apa pun yang dia bisa.
Pria itu mengambil sebatang korek api, dan membakar perlahan-lahan tepi foto keluarga Narendra.
Dia bisa merasakan bagaimana kehangatan membara dari api itu menyentuh tangannya, namun dia hanya bisa merasa dingin di dalam hatinya.
Api itu lambat laun mulai menyebar ke seluruh foto, mengaburkan wajah-wajah bahagia yang terpampang di dalamnya.
Sambil menatap api yang membara, pria itu teringat jeritan istrinya Calista Athaya Amaria, yang di lecehkan oleh Faiz di depan matanya sendiri.
Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa karena Arlo Mahesa menahan tubuhnya, dan memaksanya melihat istrinya yang menangis ketika Faiz mulai melucuti pakaiannya
"AAAAAARRGGHHH" teriak pria itu marah dan melemparkan foto yang mulai hangus ke dalam keranjang sampah.
Mata pria itu dipenuhi dengan rasa kebencian yang mendalam. Ia tidak terima jika istrinya di lecehkan, dan berakhir ia harus kehilangan istrinya, yang tewas terbakar setelah dilecehkan Faiz
Pria itu menghela nafas dalam-dalam, mencoba menetralkan emosinya. Dia tahu bahwa langkah selanjutnya adalah merencanakan serangan terhadap keluarga Narendra, agar mereka merasakan penderitaan yang dia rasakan.
Dia sudah menyiapkan segala sesuatunya dengan rinci, dan tidak ada yang bisa menghentikannya sekarang.
"Faiz Narendra, tunggu saja. Akan aku bikin kau menderita karena telah membunuh istri ku" ucap pria itu sambil mengepalkan kasar kedua tangannya.
gak bisa berkata kata banyak