Tidak pernah Alana menyangka, pria yang sengaja dihindari selama lima tahun ternyata adalah atasannya.
Karena rasa benci jika pria tersebut menikah lima tahun yang lalu membuat Alana merasa kecewa dan berniat pergi. Tapi, semua itu sia-sia karena Silas menjadi Atasannya.
Silas yang memang masih mencari Alana karena rasa cinta tentu saja suka melihat wanita itu berada disekitarnya. Tanpa sengaja mereka melakukan malam panas bersama disaat Alana sedang dikuasai oleh pengaruh alkohol.
Lalu, bagaimana dengan kisah mereka selanjutnya? apakah Alana akan tetap bekerja di bawah Silas atau malah tetap menjadi simpanan pria yang sudah menikah lagi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 35
Lama Alana membersihkan diri sepanjang waktu itu tidak ada sama sekali suara Silas untuk merayu lagi. Dengan memakai jubah mandinya Alana melangkah menuju ruang ganti, tidak ada Silas diseluruh area ruangan kamar. Kamar yang luas sangat sepi hanya ada Alana seorang diri disana. Alana mengira jika Silas benar-benar menemui Kiara dan lagi dan lagi tidak mendengarkan apa yang Alana katakan.
"Cinta? Aku baru tahu seperti inilah bentuk cinta dari seorang Silas?" Alana kecewa sekali, akibatnya ia menjadi kesal sendiri.
Tangan Alana terburu-buru membuka pintu kamar utama untuk melihat keadaan luar kamar. Disaat itulah ketepatan pintu juga dipaksa dibuka dari luar, Alana terkejut bahkan hampir saja terjatuh karena tidak menjaga keseimbangan tubuh dengan baik.
"Aaaaaaaaaaa!" Alana sedikit menjerit karena hampir saja terjatuh untung saja Silas menangkap tubuhnya.
Keduanya saling tatap satu sama lain, Silas yang sepertinya khawatir sementara Alana masih terlihat kesal sekali. Alana langsung melepaskan diri dari Silas, menatap tidak suka pria yang sok baik itu.
"Kau mandi atau bangun candi? Lama sekali, aku khawatir." Ucap Silas, terlihat jelas tangan pria itu memegang kunci cadangan bathroom.
Membuktikan jika Silas benar-benar khawatir karena Alana tidak kunjung keluar dari bathroom. Sebenarnya Alana berendam saja tadi murni karna ingin rileks merasakan tubuhnya yang sepertinya remuk redam.
"Kau marah padaku, Sayang?" Tanya Silas karena Alana tidak menjawab pertanyaannya malah kembali masuk kedalam kamar.
Silas tidak menyalahkan kemarahan Alana semua itu ia wajarkan, memang sikap Alana egois dan realistis wajar saja jika marah seperti itu. Jadinya Silas menunggu saja Alana yang tengah mengganti pakaiannya.
Tidak berapa lama Alana keluar dari ruang ganti dengan memakai piyama tidur. Ia merangkak menaiki kasur berukuran king size tersebut, menarik selimut lalu tertidur dengan posisi membelakangi Silas.
"Kau sudah mau tidur?" Tanya Silas disaat hening sekali tidak ada suara apapun kecuali suara jam dinding yang berdetak.
Alana belum tertidur tapi masih membuka matanya mendengarkan apa yang ingin Silas katakan. "Maafkan aku, kau selalu marah setiap aku peduli dengan orang lain. Bisa katakan alasannya apa, mengapa kau selalu saja tidak suka setiap aku melindungi orang lain?"
Terdengar Alana menghela napas berat, ia kembali duduk hingga saling tatap lagi dengan Silas. "Karna kau menghancurkan hidupmu hanya demi mereka, Silas. Aku tidak suka kau dimanfaatkan oleh orang orang jahat itu!" Alana murka sendiri jadinya.
"Sama halnya seperti saat kau melindungi Nadia, apa yang terjadi? Apa yang kau dapatkan dari melindungi wanita itu?"
"Semua orang didunia ini hanya menuntut perlakuan baikmu tanpa mereka ingin mengingat atau bahkan membalas semua perbuatan mu!"
"Jika kau masih ingin melindungi Kiara Kiara itu maka pergilah! Jangan harap aku mau menjadi istrimu lagi, lebih baik aku bunuh diri saja dari pada hidup dengan pria yang selalu saja_"
"Alana!" Silas membentak Alana yang mulai berkata-kata tidak tidak, setiap omelannya cukup menyakiti hati Silas.
Sementara Alana sangat kecewa Silas membentak seperti itu, padahal hanya karna Alana ingin Silas menjadi orang lebih tegas saja. Bisa dikatakan semua omelan Alana ini murni karna ingin Silas lebih disegani oleh orang-orang jahat itu. Tatapan mata Alana berkaca-kaca menahan tangis, ia paling tidak bisa dibentak seperti ini.
"Aku benci padamu!" Teriak Alana, ia turun dari tempat tidur dengan sedikit terburu-buru. Mau melangkah pergi malah Silas menarik tangannya untuk tetap disana jangan pergi kemanapun. "Lepaskan aku!" Teriak Alana lebih kencang lagi.
Air mata Alana jatuh begitu saja padahal sudah susah payah ditahan. Ia menatap Silas penuh kekecewaan, bentakan tadi benar-benar menghancurkan hatinya.
"Kau mau kemana? Tetap tidur dikamar ini, jangan pergi kemanapun." Kali ini lebih ke perintah yang Silas katakan.
Alana tetap bersikukuh pergi, ia melepaskan paksa tangannya yang Silas genggam. Alana berlari pergi secepatnya meskipun Silas mengejarnya. Langkah Alana menuju sofa yang tidak jauh dari pintu kamar, ia merebahkan tubuhnya disana sembari menangis sesenggukan.
"Bahkan aku dibentak hanya karna menasehati untuk kebaikannya?" Alana kecewa sekali, hatinya sakit sekali mendapatkan suara lantang dan nyalang dari Silas tadi.
Ternyata Silas mengikuti Alana, ia menarik tangan Alana untuk berpindah tempat. "Tidur dikamar, Alana. Jangan disini.. ayo.." Silas tetap merayu dengan penuh kelembutan meskipun berulang-ulang kali Alana menolak dirinya.
"No!" Alana tetap menolak dengan kekuatan penuh hingga Silas sendiri kewalahan sendiri. Dengan tangan berkacak pinggang menatap Alana yang tengah terlentang diatas sofa sembari menangis sesenggukan.
"Apa kau memang sekeras kepala ini?" Tanya Silas, tapi tidak dipungkiri ia juga menyesal tanpa sengaja membentak Alana tadi. Silas memiliki ide, ia juga tidak tenang berjauhan dari Alana apa lagi dalam posisi tengah marahan seperti ini.
Silas pergi menuju kamar utama sepertinya ada yang mau diambil, sementara Alana disaat Silas pergi langsung lega. Tapi, sebenarnya hati Alana sedikit sedih karna hanya sampai situ saja Silas merayu dirinya.
"Dasar pria tidak berguna!" Alana sebal sekali rasanya, ia memaksa matanya untuk segera tertidur saja dari pada memikirkan pria seperti Silas.
Tapi, tidak berapa lama Silas kembali dengan membawa bantal dan juga selimut. Silas merebahkan tubuhnya tepat di bawah Alana yang diatas sofa, lalu menarik tangan Alana hingga wanita cantik itu jatuh tepat diatas tubuhnya. Alana terkejut setengah mati, ia terus memberontak sekuat tenaga hingga seperti orang yang kerasukan.
"Lepaskan aku, jangan sentuh aku Aku benci padamu!" Alana terus mengatakan itu pada setiap pemberontakannya, tapi Silas tetap memeluknya sangat erat hingga perlahan Alana mulai tenang.
Terkadang Alana juga menangis sedih tapi Silas terus membisikan kata maaf dan terus mengelus punggung belakang Alana hingga lama-lama pemberontakan Alana mulai hilang. Tergantikan dengan Alana yang mulai mengantuk, ia merasakan sedikit ketenangan didalam pelukan tersebut.
"Maafkan aku, maafkan aku yang ternyata masih memiliki kebodohan yang sama. Aku berjanji, setelah ini hanya kau wanita dan manusia yang aku perdulikan." Bisik Silas meskipun tidak tahu apakah Alana mendengarnya atau tidak.
Satu hal yang sangat membuat Alana tenang adalah ketenangan dari Silas sendiri. Disaat dia tantrum seperti ini pasti Silas selalu menjadi obatnya. Menghadapi Alana dengan penuh kesabaran, sikap seperti ini tidak pernah Alana dapatkan dari pria lain.
"Tidurlah.." Ucap Silas karna sedikit melihat mata Alana masih terbuka sempurna, ia juga tidak mau muncul hasrat aneh-aneh disaat Alana berada diatas tubuhnya begitu.
Tapi, sepertinya pertahanan Silas tidak akan lama karena Alana terus menggesekkan area intim mereka.
ada sih di novel hahahaha...