Senja Anindita gadis cantik yang baru saja lulus SMA diharuskan menikah dengan Abyansyah sang kakak tiri yang merupakan seorang Dokter ahli Bedah berusia 33 tahun, bukan perbedaan usia dan status duda anak 1 yang membuat Senja ragu menjalani pernikahan ini, namun rasa benci Abyansyah yang selalu menganggapnya sebagai anak dari perusak rumah tangga kedua orang tuanya.
Bagaimana Aby dan Senja menjalani kehidupan pernikahan ini??
C
e
k
i
d
o
t
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deodoran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Jika saja Senja tidak mengingat kewajibannya sebagai seorang istri untuk menyiapkan sarapan sebelum Aby berangkat kerumah sakit maka ia pasti masih mengurung diri didalam kamar dan meratapi nasibnya sudah kehilangan ciuman pertamanya kepada orang yang ingin menjadikannya seorang Janda.
Jangan ditanya perasaan Senja saat ini, ia marah dan kecewa sehingga masih tergambar jelas diwajah putihnya yang kemerah merahan.
"Mas nasi gorengnya"
"Heem" jawab Aby, ia lalu mengambil sendok dan mulai menikmati sarapannya sambil mengecek jadwal operasinya melalui ponsel.
"Sepertinya malam ini aku akan pulang telat, temani Kaila tidur"titah Aby, ini bukan yang pertama Aby meminta Senja menemani Kaila saat ia tiba tiba ada jadwal operasi malam
"Iya Mas" Jawab Senja tak bersemamgat.
Aby sadar, senja malu dengan kejadian semalam namun ia sama sekali tak menyesalinya toh itu hanya sekedar ciuman tidak lebih, Senja juga masih suci.
Seperti biasa Senja mengantar Aby sampai depan pintu, namun kali ini ada yang berbeda Aby memberikan punggung tangannya untuk disalim Senja, biasanya menolehpun ia enggan.
"Kenapa Mas?" Senja mengerjapkan mata bingung tiba tiba Aby mengangkat tangannya didepan wajahnya.
"Selama menjalani Rumah tangga ini bukankah kau harus belajar menjadi seorang istri yang baik" Sekali lagi Aby menggerakkan tangannya.
Meski polos namun senja tak Bodoh, ia segera paham dan mengambil tangan Aby lalu mencium nya takzim.
Sekali lagi rasa hangat itu menjalar keseluruh aliran darah Aby.
Aby lalu memegang belakang kepala Senja dan membenamkan sebuah kecupan di kening Senja.
"Ma-mas"
"Jangan salah paham anggap ini latihan" Aby masih berusaha menampilkan wajah datarnya. Namun setelah hilang dibalik pintu ia justru tertawa bahagia, ia berhasil mengelabui istri polosnya itu.
Sepertinya tinggal bersama gadis muda berusia 18 tahun akan membuatnya awet muda !Pikir Aby.
Aby langsung turun ke basemen untuk mengambil Pajero Sport keluaran terbarunya, namun alih alih kerumah sakit ia malah pergi kesebuah toko Kue yang biasa menjual kue kue berkualitas, yah kawasan tempat Aby tinggal memang kawasan elite maka tak heran semua pusat pertokoan disana menyediakan barang terbaik dengan harga cukup tinggi.
"Permisi Pak" Sapa Aby yang kembali lagi ke lobby Apartemennya, ia menyodorkan 3 kotak brownies berbagai rasa kepada Security yang semalam mengembalikan tuperwarenya.
"Eh Pak Aby..., Wah makanan nih pak, terima kasih banyak" Ujar petugas keamanan tersebut gembira.
"Iya saya senang bapak memuji panecake buatan istri saya saya kemarin, ini sebagai tanda terima kasih" Aby sengaja menekankan kata Istri pada sang petugas jaga. Ia tak ingin kesalah pahaman ini berlarut larut terus.
"Oh...Nona muda itu Istri bapak? Maaf pak saya pikir Adik bapak soalnya masih muda Hehe" Security itu merasa bersalah." Tapi bapak dan Nona nya sangat serasi satu tampan satu cantik" lanjut sang security.
Aby tertawa lebar "Haha makasih pak saya pergi dulu kalau begitu"Aby berlalu sambil menepuk pundak pria berbadan kekar yang bertugas menjaga keamanan gedung itu.
Sepanjang Perjalanan hati aby berasa dipenuhi bunga bunga, entah apa penyebabnya iapun bingung, di Rumah Sakit ia bahkan menyapa semua dokter Residen yang ditemuinya dengan sebuah senyuman, tidak seperti biasanya Aby sangat Dingin dengan Dokter muda itu terutama Dokter wanita yang terang terangan menunjukkan ketertarikannya pada Aby Dokter Duda keren yang kaya. Tapi tidak lagi, Aby kini bukanlah seorang Duda.
"Bahagia Nih" Tegur Risya mereka berdua lagi lagi berpapasan di Lift menuju lantai 12 tempat ruangan para Dokter Ahli bedah.
"Biasa Aja" jawab Aby santai.
"Cih....sok!! wajahmu tidak bisa bohong pak Dokter" Risya tersenyum mencibir, namun ia bahagia sang sahabat terlihat berbinar. Risya yakin ini kuat kaitannya dengan pernikahan Aby dengan gadis Ranum yang baru lulus SMA itu.
"Ehemm ehemmm" Aby berdehem kuat, agar Risya menghentikan ocehannya karena ada beberapa perawat yang masuk dari lantai 5.
"Oh iya Dok bukankah hari ini adalah jadwalmu di Poly?" Risya mulai membahas masalah pekerjaan.
"Heem"
Sebagai sesama Dokter Ahli bedah umum Risya dan Aby memang diberi poly khusus untuk mereka gunakan bergantian sesuai jadwal.
"Ada pasien yang kujadwalkan berkunjung hari ini, aku harap kau bisa membujuknya melakukan operasi sebelum terlambat"
Kini kedua dokter seangkatan itu sudah berjalan menyusuri koridor lantai 12 bersiap melakukan pemeriksaan pagi kepada para pasien rawat inap yang sudah menjalani operasi.
"Siapa?"
"Kalau tidak salah namaya Nata, usianya baru 24 tahun, sepertinya lingkungan buruk yang menyebabkan ia mengidap kanker Lambung, aku berusaha membujuknya sayang ia seperti tak memiliki semangat untuk melanjutkan hidup" Ucap Risya Sendu.
"Hah" Aby menghela nafas panjang, ia sudah menghadapai berbagai macam karakteristik pasien sejak masih sebagai Dokter Koas, dan pasien dengan prinsip hidup pasrah adalah yang tersulit, diingatkanpun mereka pasti lalai.
.
.
.
Laras memijat bahunya yang kelelahan saat berjalan menuju kantin rumah sakit, ia lelah setelah menjadi asisten dokter obgyn di ruangan Operasi. Laras memang tidak begitu akrab dengan dokter Residen lainnya karena usianya yang sudah 30 tahun ketika melanjutkan program spesialisnya, sementara dokter lainnya masih pertengahan 20an sehingga ia lebih banyak terlihat sendiri, atau bergabung dengan dokter yang seumuran dengannya seperti Risya dan kawan kawannya, yah meski tak menyukai Laras namun Risya tak pernah menunjukkannya langsung didepan wajah Laras.
Laras menghampiri Risya yang tengah menikmati santap siangnya.
"Aby mana?" Tanya Laras, ia berani menyebut nama Aby tanpa embel embel karena hanya ada mereka berdua dimeja itu.
Laras lalu memanggil pelayan dan memesan menu kesukaannya.
"Dia ada Operasi usus buntu" Jawab Risya cuek.
Tak lama kemudian makanan laras datang, dua orang berjas putih itu larut dalam hidangan sehat yang memang disediakan pihak kantin.
"Ah senangnya kalau Dokter Aby lagi mode mod baik" ujar salah seorang Dokter Residen dari departemen bedah.
"Iya...kalau kayak biasanya seram kayak macam" timpal yang lainnya.
"Biasanya ia menyiksa dokter Residen hari ini ia baik pakek banget semoga bertahan selamanya"
Dua orang dokter muda yang duduk tepat disamping meja Risya dan Laras tidak sadar dilerhatikan oleh dua wanita itu.
Risya tersenyum sementara Laras nampak mengerutkan alis.
"Aku juga melihat perubahan Aby, apa menurutmu itu karena pernikahannya" Risya sedikit berbisik
"Tidak Mungkin!!" Sentak Laras.
"Kenapa? siapa tau saja sebelum berpisah mereka memutuskan untuk saling menikmati dulu, dan Aby ketagihan" Yah Risya sudah tahu mengenai perjanjian Peenikahan Aby dari Laras, dan ia geram ketika mengingat hal tersebut.
"Dokter Risya, bahasa anda tidak memcerminkan seorang Dokter"
"Loh...kenapa Dokter Laras? Kan kita para Dokter juga manusia biasa" Risya nampak acuh dan kembali menikmati makanannya.
'Prilakumu itu yang tidak mencerminkan seorang dokter! Pelakor!!" Umpat Risya dalam hati.