Jianying adalah seorang permaisuri dari dinasti Han yang sangat dibenci oleh suaminya sendiri, yaitu Kaisar Han.
Semua itu karena Jianying adalah putri dari kaum kafir, kaum yang dari dulu selalu menentang kedaulatan Kerajaan.
Jianying yang cinta mati pada Kaisar melajukan segala cara untuk menarik perhatian Kaisar sampai harus berbuat hal kejam dengan mencelakai selir kesayangan Kaisar yaitu Limei.
Kaisar yang marah besar lantas menghukum mati Jianying dan seluruh keluarganya.
Tapi bagaimana jika Jianying yang telah di penggal kepalanya oleh Kaisar ternyata di beri kesempatan hidup ke dua?
Apa yang akan dilakukan oleh Jianying untuk merubah nasibnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tunggu aku kembali
Tubuh Jian Ying luruh di atas rerumputan. Kedua tangannya mencengkeram rumput yang tak bersalah itu dengan kuat. Tangisnya pecah diiringi dengan punggungnya yang bergetar hebat.
"Hiks..hiks.." Jian Ying berharap tidak akan ada yang mendengar tangisannya di malam hari yang sunyi itu.
JEDERRR....
Ternyata langit begitu pengertian. Rintik-rintik air hujan mulai turun membasahi bumi. Suara tangis dan air mata Jian Ying telah tersamarkan dengan air hujan yang perlahan mulai turun dengan deras.
"Aku membencimu Shun Yuan!! Aku membencimu!!" Jian Ying memukul tanah yang di tumbuhi rerumputan dengan begitu keras sampai tangannya memerah.
Cukup lama Jian Ying menumpahkan tangisnya di bawah langit yang seakan ikut menangis. Jian Ying tiba-tiba merasa jika tak ada lagi air hujan yang menghujam punggungnya padahal di depannya hujan masih sangat deras.
Jian Ying mendongak, melihat siapa yang tengah melindunginya dari tikaman air hujan.
"Panglima Weisheng?" Batin Jian Ying ketika melihat Weisheng sedang memayunginya dengan sebuah jubah hitam.
"Masuklah Permaisuri. Hujannya semakin deras dan hari sudah semakin larut. Permaisuri bisa sakit kalau terus berada di sini"
Jian Ying seolah tidak mempedulikan ucapan Weisheng. Menurut Jian Ying, kenapa pula pria itu sampai memayunginya dan memintanya kembali. Mereka tak pernah sedekat itu sampai Weisheng bertindak seperti itu.
Jian Ying masih duduk di atas rerumputan yang basah tanpa berniat beranjak dari sana sedikitpun. Tak juga mempedulikan permintaan Weisheng.
Weisheng pun sama. Dia tak beranjak sama sekali meski dia kehujanan dan basah kuyup, dia tetap melindungi Permaisuri dengan jubah hitamnya.
Tanpa mereka berdua sadari, ternyata sejak tadi Shun Yuan memperhatikan mereka dari kejauhan. Bahkan Shun Yuan sudah berada di sana sebelum Wisheng datang.
Dia melihat sendiri bagaimana Jian Ying menangis pilu di bawah guyuran hujan. Dia juga melihat bagaimana Weisheng memayungi istrinya di sana.
Shun Yuan meletakkan kembali payung yang telah ia bawa sejak tadi. Nampaknya payung yang dia bawa itu sudah tak ada gunanya lagi.
"Kita kembali Kasim Bao"
"Baik Kaisar"
Kasim Bao mengikuti Shun Yuan yang berjalan dengan cepat untuk kembali ke kamarnya. Meninggalkan Jian Ying dengan perasaan yang gundah.
"Cinta yang rumit" Gumam Shuwan yang ternyata sejak tadi melihat bagaimana drama di depan matanya itu terjadi.
Shuwan merasa kalau ada api kecemburuan dari tatapan mata Shun Yuan saat melihat Weisheng menunjukkan perhatian pada Permaisuri.
"Maaf Panglima, biarkan saya membawa Permaisuri masuk. Sepertinya Permaisuri sudah kedinginan"
"Silahkan" Weisheng memberi kesempatan Suwen untuk memayungi Jian Ying.
Shuwen juga meraih lengan Jian Ying dan membawanya pergi dari sana. Shuwen lekas membawa Jian Ying ke kamar karena tak ingin Jian Ying sakit atau sampai besok pagi wajah Jian Ying pucat atau bahkan sembab karena tangisannya tadi. Pasalnya besok adalah hari yang cukup penting bagi Kerajaan.
Keesokan harinya...
Semua orang telah berkumpul di halaman Istana. Mereka semua akan mengadakan upacara untuk melepas kepergian Kaisar ke medan perang.
Prosesi ini akan di pimpin langsung oleh Permaisuri, dimana dia akan memakaikan perisai ke badan sang Kaisar.
Jian Ying baru berjalan keluar dari kamarnya. Wajahnya yang pucat karena kehujanan semalam, serta matanya yang membengkak sudah berusaha Shuwen tutupi dengan polesan bedak.
Untuk kali ini Jian Ying tak protes karena dia sendiri sadar kalau wajahnya tampak berantakan hari ini. Dia tak mau tatapan semua orang tertuju kepadanya karena wajah sembabnya itu.
Kedatangan Jian Ying ke depan semua orang membuat suasana yang tadi di penuhi gemerisik saling berbisik sekarang mulai tenang seiring dengan langkah Jian Ying yang tegas namun terlihat anggun dengan hanfunya yang berwarna merah ketika dalam acara resmi.
Tatapan matanya pun lurus sama sekali tak gentar meski langsung bertabrakan dengan mata Shun Yuan yang telah menunggunya di depan sana. Padahal Shun Yuan adalah manusia satu-satunya yang paling dia hindari. Di sana juga sudah ada Li Mei, Selir yang kini ikut menatap ke arah kedatangannya.
Kali ini singgasananya tampak kosong, hanya ada Shun Yuan yang duduk di sana dan sebelahnya adalah miliknya. Dia terus berjalan mendekati Shun Yuan yang masih menatapnya dengan lekat.
Meski begitu, tak ada sedikitpun bagi Jian Ying untuk menyapa atau menunjukkan senyumnya pada Shun Yuan. Saat ini Jian Ying justru berusaha menghindari tatapan Shun Yuan yang terus tertuju kepadanya. Dia hanya duduk diam menatap lurus ke depan di samping Shun Yuan.
Acara pun telah di mulai dengan serangkaian upacara hingga telah tiba saatnya Jian Ying memakaikan baju perang yang di lapisi dengan besi di tubuh tegap sang Kaisar.
Kini mereka berdua telah berdiri saling berhadapan. Bukan hanya sekali Jian Ying melakukan hal yang sama seperti ini. Sudah ketiga kalinya ini Jian Ying akan melepas kepergian Kaisarnya untuk berperang.
Dulu Jian Ying selalu tak bisa menahan air matanya karena tak ingin berpisah terlalu lama dengan Shun Yuan. Dia juga takut jika Shun Yuan tak akan kembali dengan selamat. Dia pasti akan menangis sambil memeluk Kaisar tanpa peduli orang-orang me atapnya dengan risih. Tapi saat ini, dia tak bereaksi apapun. Dia tetap diam dengan tatapannya yang datar.
"Silahkan Permaisuri" Seorang dayang membawakan baju perang untuk Shun Yuan.
Jian Ying pun mulai memasangkannya di tubuh Kaisar. Dia sebenarnya tau kalau Shun Yuan terus menatapnya dengan lekat, tapi dia berusaha untuk tetap abai.
"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Shun Yuan dengan suara yang hanya bisa di dengar oleh mereka berdua.
"Tentu saja Kaisar"
Shun Yuan hanya menelan ludahnya dengan kasar saat mendapat sahutan yang begitu dingin dari Jian Ying. Padahal dia bisa melihat wajah Jian Ying yang sedikit pucat dengan mata yang sembab meski sudah di tutup dengan riasan. Meski begitu, menurutnya Jian Ying masih terlihat begitu cantik saat ini.
Shun Yuan juga tau kalau sejak tadi Jian Ying terus menghindari tatapannya.
Semalaman dia juga tidak bisa tidur karena terus memikirkan ucapan Jian Ying kepadanya.
"Apa kau begitu membenciku!"
Kali ini Jian Ying berani mengangkat kepalanya untuk menatap Shun Yuan.
"Iya"
Deg...
Rasanya perisai yang terpasang di badannya tak mampu menahan hantaman jawaban dari Jian Ying di dada Shun Yuan hingga menembus ke hati. Entah kenapa Shun Yuan merasa begitu sakit mengetahui fakta bahwa perasaan Jian Ying kepadanya telah berubah menjadi benci.
"Tunggu aku kembali, ada yang harus kita bicarakan setelah ini"
"Pasti Kaisar, aku akan menunggumu kembali. Menunggu mu untuk membebaskanku dan seluruh keluarga ku"
Deg....
Lagi-lagi Shun Yuan tak bisa menahan rasa sakit atas ucapan Jian Ying tang ingin segera lepas darinya.
tapi apapun itu, terimakasih untuk cerita yg indah dan sangat sarat makna..
bahagia mmg hrs diciptakan bukan diangankan saja
kayaknya bakal mirip bara bere nggak ya...???
hayo Lo... bakal dihajar lagi nggak tuh...udah hamilin anak kesayangannya...