Shiza, murid pindahan yang langsung mencuri perhatian warga sekolah baru. Selain cantik, ia juga cerdas. Karena itu Shiza menjadi objek taruhan beberapa cowok most wanted di sekolah. Selain ketampanan di atas rata-rata para cowok itu juga terlahir kaya. Identitas Shiza yang tidak mereka ketahui dengan benar menjadikan mereka menganggapnya remeh. Tapi bagaimana jika Shiza sengaja terlibat dalam permainan itu dan pada akhirnya memberikan efek sesal yang begitu hebat untuk salah satu cowok most wanted itu. Akankah mereka bertemu lagi setelah perpisahan SMA. Lalu bagaimana perjuangan di masa depan untuk mendapatkan Shiza kembali ?
“Sorry, aku nggak punya perasaan apapun sama kamu. Kita nggak cocok dari segi apapun.” Ryuga Kai Malverick.
“Bermain di atas permainan orang lain itu ternyata menyenangkan.” Shiza Hafla Elshanum
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn rira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Di tinggalkan
Menonton, itu sebutan buat Ryuga dan Fira. Mereka duduk berdampingan dan kali ini Shiza kembali mengalah karena sahabat Ryuga itu tidak berani menonton horor. Shiza bersikap biasa saja sambil memakan popcorn. Namun sesekali ia melihat interaksi Ryuga dan Fira dari sudut matanya.
Hampir dua jam penayangan film yang mereka tonton akhirnya selesai. Shiza menahan diri di menit terakhir untuk pergi ke toilet. AC full di nyalakan di dalam sana membuat kantung kemihnya terisi belum lagi suasana horor dalam film meng sugesti.
"Aku ke toilet dulu ya." Pamit Shiza setelah keluar.
Ryuga mengangguk. "Iya, kita tunggu di depan sana kita makan dulu baru pulang."
Shiza membawa langkah ke arah toilet. Sementara Ryuga menatap punggungnya lekat. Sejauh ini Shiza tidak protes tentang Fira yang menempelnya. Apakah kekasihnya itu memang memiliki pengertian yang begitu besar ? Ryuga tidak bisa menolak permintaan Fira karena gadis itu bernasib sama sepertinya. Fira bisa bermanja padanya atau pada Dariel. Tapi tidak dengan Chio sebab pemudah berwajah cantik itu sering cemburu apabila Ryuga atau Dariel terlalu memanjakan Fira.
Di toilet, Shiza mencuci tangannya sebelum keluar. Setelah mengosongkan kantung kemihnya. Shiza melangkah keluar dari toilet. manik matanya melebarkan pandang mencari keberadaan Ryuga dan Fira. Sayangnya tidak tertangkap netra, Shiza melangkah semakin jauh meninggalkan tempat yang di tunjuk Ryuga untuk menunggu. Tapi dua orang itu tidak terlihat batang hidungnya. Shiza meraih ponsel dari dalam sling bag menekan nama Ryuga di layarnya. Panggilan tersambung tapi belum kunjung di jawab. Shiza masih mengayun langkah tetap mencari, benda pipih miliknya tertempel di telinga melakukan panggilan kedua.
Hallo
Kalian dimana
Shiza bicara sambil melihat ke segala arah.
Maaf Za kami pulang duluan oleh Fira tiba-tiba kembung sekarang kami sudah di jalan. Kamu bisa pulang sendiri 'kan naik taksi.
Shiza tertegun merasakan gumpalan lembut di dadanya teremas. Sesak menjalar naik ke rongga dada seakan mencekik membuat dia tidak bisa berkata-kata. Bola matanya terasa memanas menggiring emosi yang membatu. Bukan karena Ryuga kekasihnya sudah mengantar gadis lain yang menjadi kesimpulannya. Tapi di tinggalkan sendirian di tempat yang belum ia hafal sepenuhnya membuat Shiza merasa kecewa. Seandainya itu bukan Ryuga ia tetap merasakan sakitnya.
"Shiza."
Suara seseorang menyapa ceria menarik Shiza dari keterpakuan nya. Ia mencari sumber suara ternyata dari arah belakangnya.
"Dimas."
"Kamu sendirian ? Dimana Ryu sama Fira"
"Kamu liat aku sama mereka?" Tanya di balas pertanyaan dari Shiza. Gestur tubuhnya sedikit gelisah dan hilang ketenangannya.
"Iya kita masuk barengan tadi. Kenalin ini sepupu aku, Jeana" Dimas membiarkan gadis di sampingnya mengulurkan tangan.
"Shiza."
"Jeana, kamu bisa panggil Jea. Kalian satu sekolah?" Gadis bertubuh semampai itu ternyata cukup ramah.
"Satu kelas malahan." Sahut Dimas terkekeh. "Jadi kemana pacar kamu sama cewek itu." Kembali kepada pertanyaan awal.
"Mereka sudah pulang duluan oleh Fira kembung saat aku di toilet tadi pas aku keluar mereka sudah nggak ada."
"Dan ninggalin kamu sendirian disini?" Intonasi Dimas sedikit meninggi. "Maaf aku kesal Za kenapa dia kaya nggak ada tanggung jawabnya, harusnya dia nungguin kamu sebentar Za." Pemuda itu menarik nafas panjang mengusir kesal. "Sekarang rencana kamu gimana ?"
"Pulang ini mau pesan taksi."
"Kami antar aja ya tapi kita cari makan dulu nggak apa-apa 'kan?" Tawar Dimas.
"Nggak usah Dim, aku naik taksi aja." Tolak Shiza tidak enak.
"Ikut aja Za, aku sama Dimas mau makan dulu nanti di bawah ada yang lain kok nunggu jadi rame-rame kita." Seru Jeana lagi.
"Kalian nggak cuma berdua?"
Jeana tersenyum. "Ada adek-adek aku yang ikut mereka di bawah biasa lah main-main dulu."
Shiza berpikir sejenak lalu mengiyakan. Dimas membawa dua gadis cantik itu ikut bersamanya. Ternyata sepupu Dimas itu cepat akrab sama Shiza. Jeana selalu bertanya bagaimana Shiza sangat cantik. Setiba di lantai bawah dua orang anak laki-laki menunggu. Wajah mereka nyaris tidak bisa di bedakan saking miripnya.
"Mereka kembar." Pekik Shiza takjub
"Iya mereka adek-adek aku." Ujar Jeana
Shiza kembali berkenalan setelah nya mereka mencari tempat makan. Usai percakapan di telpon tadi tidak ada lagi pesan dari Ryuga.
🌷🌷🌷🌷🌷
Fira berbaring di kasur. Setelah mengeluh kembung tadi ia langsung memaksa Ryuga untuk pulang. Meski pun melewati perdebatan tapi Ryuga tetap luluh dan menurut. Kini pemuda itu duduk di tepi kasur sambil merapikan selimut Fira.
"Kamu nggak pulang 'kan?" Fira menahan pergelangan Ryuga.
"Aku nggak pulang nunggu kamu mendingan dulu. Gimana rasanya ?"
Fira tersenyum tipis. "Sudah berkurang. Shiza udah pulang, besok aku minta maaf deh karena maksa kamu pulang duluan. Tadi beneran sakit banget perut aku."
"Nggak apa-apa, dia pasti paham kok. Besok di sekolah aku temuin dia." Ryuga menarik tubuhnya dari sisi kasur berpindah ke sofa. Melihat jam sudah pukul sembilan malam. Jauh dalam lubuk hatinya mengkhawatirkan Shiza. Apakah gadisnya sudah pulang ? Sejak tadi ia berdebat dengan perasaannya tapi juga tidak tega melihat Fira kesakitan. Rasa pedulinya lebih besar karena merasa mereka sama. "Kalau sudah berkurang aku pulang dulu ya ada bibi temenin kamu."
"Iya." Fira menjawab sambil berusaha duduk.
"Tiduran aja, aku pulang dulu." Ryuga menyeret langkahnya keluar dari sana. Pemuda itu gegas berpamitan langsung pulang.
Sambil menyetir ia mencari kontak Shiza di layar ponsel lalu menekannya. Panggilan berdering tapi tidak ada jawaban. Ryuga menarik nafas lelahnya lalu meletak ponselnya begitu saja.
🌷🌷🌷🌷🌷
Shiza sudah bersiap pergi ke sekolah, hari ini atau mungkin seterusnya akan di antar mama Adina karena Ryuga sudah tidak datang lagi menjemput. Di perjalanan suasana hening tidak ada percakapan, mama Adina cukup heran karena putrinya pulang tadi malam bukan di antar Ryuga tapi teman yang lain. Shiza sudah menjelaskan dengan baik sampai mama dan papanya bisa menerima alasan itu.
"Pulangnya mama jemput ya."
Shiza mengangguk. "Iya ma." Gadis itu turun dari mobil lalu melangkah masuk ke dalam sekolah. Di gerbang ia hanya melemparkan senyum pada Chio yang berjaga.
Langkahnya tenang menatap ke depan. Mengabaikan tatapan orang-orang padanya. Meski pun Shiza merasa sedikit aneh tapi nanti ia juga akan tahu kenapa hari ini kembali jadi sorotan.
"Shiza."
Langkah pemilik nama itu terhenti lalu menoleh. "Iya."
"Kamu pulang naik taksi 'kan tadi malam?" Ryuga menyamakan langkah karena baru tiba disekolah.
"Di antar Dimas."
Ryuga menoleh tatapannya berubah tajam. "Kamu sengaja janjian sama dia disana kok bisa ketemu." Curiga dan tuduhan di layangkan.
Shiza tersenyum tipis. "Apa yang ada di pikiran kamu mungkin itu kebenarannya." Tanpa repot menjelaskan ia melangkah lebar.
Ryuga tertegun menghentikan langkahnya menatap dalam kekasihnya itu. Sementara Dariel dan Fira yang ada di belakang mereka diam menyaksikan. Baru kali ini Shiza bersikap seperti itu.