Shiza, murid pindahan yang langsung mencuri perhatian warga sekolah baru. Selain cantik, ia juga cerdas. Karena itu Shiza menjadi objek taruhan beberapa cowok most wanted di sekolah. Selain ketampanan di atas rata-rata para cowok itu juga terlahir kaya. Identitas Shiza yang tidak mereka ketahui dengan benar menjadikan mereka menganggapnya remeh. Tapi bagaimana jika Shiza sengaja terlibat dalam permainan itu dan pada akhirnya memberikan efek sesal yang begitu hebat untuk salah satu cowok most wanted itu. Akankah mereka bertemu lagi setelah perpisahan SMA. Lalu bagaimana perjuangan di masa depan untuk mendapatkan Shiza kembali ?
“Sorry, aku nggak punya perasaan apapun sama kamu. Kita nggak cocok dari segi apapun.” Ryuga Kai Malverick.
“Bermain di atas permainan orang lain itu ternyata menyenangkan.” Shiza Hafla Elshanum
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ririn rira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jujurnya Fira
Sudah satu minggu sejak putusnya Shiza dan Ryuga. Pemberitaan di base sekolah juga menyurut. Selama itu pula mereka seperti orang asing. Shiza bisa bersikap biasa saja maka beda lagi dengan Ryuga. Pemuda itu seperti orang yang sedang sakit bertahun-tahun. Tidak selera makan, tidak bersemangat melakukan apapun termasuk main game. Bahkan ia malas melihat perangkat game dan sepeda baru yang di berikan dua sahabatnya.
"Ryu, makan dulu." Fira mengarahkan sendok ke mulut pemuda itu.
"Aku nggak lapar." Wajah Ryuga layu melihat pemandangan tidak jauh dari mejanya. Di sana Shiza sedang makan, tersenyum hangat bersama teman-temannya. "Kenapa pake senyum segala sih." Gerutunya pelan tidak suka. Di dalam dada menjalar hangat perasaan marah.
Fira mengikuti arah mata Ryuga memandang. Kedua tangannya mengepal erat melihat Shiza tertawa lebar. Sudah putus masih saja menjadi perhatian Ryuga.
"Kenapa, Fir?" Adel yang memutuskan pertemanan waktu itu kini bergabung di meja Fira dan para most wanted. Ia senang berada di circle ini. "Shiza memang kaya gitu suka cari perhatian."
Fira memandangi dengan tajam ingin rasanya mencakar wajah yang sok cantik menurutnya itu. "Cantik, buat apa kalau cuma di jadikan taruhan." Bibirnya terangkat tipis berucap sinis.
"Bisa nggak jangan ungkit itu lagi." Chio melihat Fira dengan perasaan dongkol. "Sebenarnya disini yang harus malu itu Ryuga."
"Berisik." Ryuga bangkit dari tempatnya duduk lalu meninggalkan tempat.
"Ryu, mau kemana?" Fira menahan lengan pemuda itu. "Kamu belum makan loh."
"Aku mau ke kelas, kamu makan aja dulu." Ryuga tersenyum tipis berucap sangat lembut.
Fira mengalah dan melanjutkan makan jangan sampai citra lemah lembutnya hilang dengan emosi. Meskipun dalam hatinya tidak suka sama tindakan Ryuga.
Sementara Adel ingin sekali berada di posisi Fira. Matanya berbinar penuh obsesi memandang pada wajah Ryuga. "Ryu, mau aku bawain makanannya ke kelas?"
Ryuga tidak menjawab melanjutkan langkah. Di belakangnya ada Daniel tidak bersuara mengikuti dan Chio merasa tidak suka duduk semeja dengan kedua gadis disana. Mereka meninggalkan kantin dan melewati meja Shiza dan kawan-kawan. Ryuga sengaja berhenti di salah satu meja agar mendengar pembicaraan mereka.
"Besok-besok ajak kita dong Candra naik kapal ikan." Rengek Violet.
"Jangan." Sergah Dimas. "Nanti senja bakalan kalah sama warna kamu." Dimana pun dalam kondisi apa saja pemuda itu selalu menggombal.
"Apaan sih?" Violet memasang wajah cemberut. "Kata Shiza ikan nya banyak."
"Banyak, ada udang juga. Udah berapa kali sama Candra kesana aku selalu beli." Shiza menambah ceritanya.
"Nanti ya kalau misalkan bapak repot aku yang gantiin kesana. Ada aja aku kabari tapi jangan ngeluh kalau sampai sana." Akhirnya Candra mengabulkan keinginan Violet yang sudah lama ingin ikut.
"Aku mau mancing." Celetuk Aysela meletak gelas kosong di atas meja.
"Ide bagus, kapan kita pergi." Shiza sepertinya tertarik.
"Libur sebentar lagi, ayo kita atur jadwal." Dimas juga terlihat bersemangat.
"Di atur aja, tapi nggak ada yang mabuk laut, 'kan?" Candra menatap satu persatu teman-temannya.
"Aku." Violet mengangkat tangan.
"Terus gimana dong prewed kita, rencananya aku ngajak kamu prewed disana." Seru Dimas menatap serius.
"Kemarin Shiza di ajak prewed sekarang aku gimana sih kamu?" Violet mengimbangi guyonan Dimas.
"Sebagai raja, wajar memiliki selir yang banyak."
🌷🌷🌷🌷🌷
Ryuga melanjutkan langkah setelah menguping. Seberapa banyak Shiza menghabiskan waktu bersama Candra semenjak mereka putus. Apakah Shiza benar-benar tidak merasakan apapun? Suka, misalnya. Ah, memikirkannya saja membuat Ryuga merasakan kembali perasaan aneh yang singgah di hatinya.
"Cuma ada kita berdua disini, ayo jujur sama aku." Dariel membawa sahabatnya itu ke atas rooftop. Sementara Chio langsung pergi ke kelasnya. "Kamu suka sama Shiza, 'kan? Semenjak kalian putus kamu uring-uringan."
Ryuga menunduk sejenak menarik nafas panjang. "Aku nggak tahu, Riel. Aku ngerasa ada yang hilang dan kurang. Anehnya lagi aku nggak suka liat dia tersenyum oleh cowok lain. Aku ngerasa marah kalau Shiza deket sama cowok lain. Aku juga ngerasa nggak puas sama permainanku."
Dariel tersenyum seperti biasa. Pemuda soft itu bisa menarik kesimpulan. "Menurut aku, kamu sebenarnya sudah suka sama Shiza dari awal cuma karena sejak pertama kamu meng sugesti ini permainan jadi sampai akhir tetap jadi permainan."
"Terus aku gimana?"
"Minta maaf."
Ryuga tercengang tidak menyangka kalau kalimat itu keluar dari bibir Dariel. Bahkan kata maaf belum terpikir olehnya. "Minta maaf?"
"Iya, setelah aku pikir ada baiknya kita maaf sama Shiza dan Dimas. Baik kesalahan saat ini atau pun di masa lalu. Kita ajak Chio dan Fira. Masalah kemarin sepertinya bersangkutan. Kita mulai dari awal minta maaf sama Dimas terus sama Shiza setelah nya terserah kamu mau mengejar Shiza atau enggak."
"Apa mereka mau memaafkan kita?" Ryuga sanksi.
"Kita coba aja dulu, sekarang aku tanya posisi Fira buat kamu apa? Sejak kita SMP kamu selalu memprioritaskan dia. Jangan sampai dia salah paham sama perhatian kamu kalau kamu nggak punya rasa sama Fira maka pertegas posisinya."
"Aku menganggapnya sebagai adik, orang yang bernasib sama dengan aku. Kalau bukan aku siapa yang mengerti posisinya." Ryuga menjawab tanpa keraguan.
"Kalau misalkan nanti kamu memutuskan untuk mengejar Shiza lagi, maka nomor duakan Fira. Nggak ada cewek yang mau cowoknya menomor satukan cewek lain apalagi orang itu nggak ada kaitan keluarga. Jangan sampai rasa perduli kamu menghancurkan kebahagiaan sendiri. Shiza pantas di perjuangkan."
Ryuga terdiam mendengarkan saran dari Dariel. Ini yang di butuhkan nya, pencerahan. Ryuga akhir-akhir ini mengalami buta arah dan buntu tidak tahu memulai dari mana, kini ia mendapat titik terangnya. Sekarang kecemasan bertahta di hati adalah, Apakah Shiza dan Dimas memaafkan nya ? Ryuga memahami perasaannya sendiri, bahwa ia menyukai Shiza.
"Menurut kamu kejadian di toilet. Apa Shiza, benar melakukannya?" Hal itu masih menjadi tanda tanya besar di benak Ryuga.
"Kalau menilai dari sikap Shiza nggak melakukannya. Shiza tahu ini permainan jadi buat apa dia buang-buang tenaga mengusir Fira dari hidup kamu. Fira pernah melakukan ini sama Dimas. Jujur aku nggak percaya sama cewek itu hanya karena rasa kemanusiaan aja aku menerima dia di tengah-tengah kita."
Ryuga membeku dan menyadari. Dia sudah salah sejak awal mencari pembelaan pun percuma karena nyatanya dia langsung marah pada Shiza waktu itu.
🌷🌷🌷🌷🌷
"Minta maaf?" Fira menatap tidak percaya. "Kamu serius kita minta maaf sama mereka, dia dorong aku loh, Ryu !"
"Yakin, Shiza dorong kamu?" Chio bertanya tanpa menatap. "Kamu lupa apa terjadi sama Dimas ?"
Fira terdiam di kuasai amarah dan kebingungan. Bersusah payah membuat mereka putus kini dengan gampangnya Ryuga mengajaknya minta maaf.
"Tapi aku lihat Fira jatuh kelantai waktu itu." Ujar Adel ikut jengkel mendengar permintaan Ryuga. Sudah sejauh ini kenapa pemuda itu malah bersikap lunak, apa mungkin Ryuga menyukai Shiza?
"Sekarang kamu jujur sama kami tenang aja kami nggak bakal marah kok, kami lebih suka Fira yang manis dan baik." Rayu Ryuga lembut. "Shiza dorong kamu apa enggak ?"
Fira tertegun ada kaca-kaca kristal membingkai matanya. Tidak ada orang yang bicara lembut selain Ryuga padanya. Kepalanya menggeleng sambil menunduk menyembunyikan air mata yang menganak sungai. "Shiza, nggak dorong aku."