Shiza Gadis Taruhan
Gemericik air di kamar mandi menandakan jika penghuni kamar sudah bangun. Seorang gadis mengguyur tubuhnya dengan air shower sambil memainkan busa sabun di lengan mulusnya. Tidak lupa bibir ranum kemerahan itu bersenandung senang. Setelah sekian purnama akhirnya merasakan air tanah kelahiran. Bertahun lamanya tinggal di negara orang tetap saja rasa rindu ingin kembali itu ada. Semuanya terkabul sudah dua minggu ini. Selesai dengan ritual kamar mandi, gadis itu keluar meraih seragam untuk di pakai hari ini. Semua tampak sempurna di tubuh sintalnya, rambut lurus sepinggang hitam cantik dan lembut. Meraih sunscreen, mengaplikasikan ke wajah lalu mengoles lip balm di bibir agar tidak kering. Sebotol parfum non alkohol menambah kepercayaan dirinya sebelum keluar kamar. Dari jarak beberapa langkah wanginya sudah tercium dan tinggal di belakang apabila dia berlalu.
“Mama.” Gadis itu terlonjak kaget ketika menarik pintu.
“Shiza, mama kira kamu belum bangun sudah ditungguin sarapan loh.”
“Hari pertama masa terlambat sih Ma.” Gadis bernama lengkap Shiza Hafla Elshanum itu menarik gagang pintu menutup kembali kamarnya.
“Seragam baru kamu cocok.” Mama Adina Zahra meneliti penampilan putri semata wayangnya.
“Sejak kapan putri mama yang cantik ini tidak bagus memakai sesuatu.” Shiza membalas sambil melangkah menuruni anak tangga.
Mama Adina merotasikan mata mendengar kepercayaan diri putrinya. “Buruan, Papa sudah menunggu dari tadi.”
Shiza berlari kecil menghampiri sang ayah. “Pagi, Pa.” Satu kecupan mendarat di pipi pria itu.
“Pagi, sayang. Bagaimana sudah siap di sekolah baru?” Papa Rajendra Alvarazka tersenyum hangat menatap penuh kasih pada gadis cantiknya.
“Siap dong.” Shiza penuh semangat memakan sarapannya. Gadis itu berwajah mungil mewarisi wajah Mama Adina tapi mengambil bagian anggota wajah Papa Rajendra.
Hari ini Shiza turun ke sekolah barunya, ia menduduki kelas sebelas semester dua. Mengikuti orang tua itu lah alasan Shiza ada disini. Sudah dua minggu ia menetap di tanah air dan mengurus kepindahan keluarganya. Shiza diantar Papa Rajendra karena belum hafal jalan menuju ke sekolahnya. Roda empat itu melaju membelah jalan, Shiza sengaja membuka kaca jendela membiarkan wajahnya di terpa udara pagi.
“Apa perlu papa antar ke dalam langsung laporan ke ruang guru.”
“Nggak usah Pa, aku sendiri aja. Papa hati-hati di jalan.” Shiza mencium punggung tangan Papa Rajendra.
“Belajar yang bener.” Senyum hangat tercetak sebelum melaju kendaraan.
Shiza melambaikan tangan lalu memutar tumit untuk masuk. Baru selangkah melewati gerbang. Gadis itu jadi pusat perhatian beberapa orang yang masih di parkiran. Kecantikan seorang Shiza langsung jadi magnet untuk mata memandang.
Anak baru
Cantik banget
Bodinya cuy
Spek bidadari ini sih
Dia real kan bukan bayangan ?
Jodoh masa depan aku sudah kelihatan hilalnya.
Ngarep banget si upik abu
Kenapa, kamu nggak suka aku muji cewek lain ?
Iiih apaan !
Celetukan-celetukan itu menggiring langkah Shiza sepanjang koridor. Namun ia tergolong orang yang cuek dengan segala hal. Shiza membaca papan nama yang tergantung di tiap ruangan. Bel berbunyi menandakan sebentar lagi akan masuk kelas. Anak-anak berkumpul di tengah lapangan. Guru piket memberi pengarahan sebentar lalu meminta mereka masuk ke kelas.
Ruang guru
Shiza mengetuk pintu sebelum masuk. “Permisi.”
“Silahkan masuk.” Seorang guru menyahut. “Kamu murid pindahan itu?” Tanyanya sambil melihat dokumen diatas meja.
“Iya Bu, saya Shiza Hafla Elshanum.”
“Baiklah tunggu disini nanti ketua osis yang antar kamu ke kelas.”
Shiza mengangguk lalu duduk di kursi. Tidak lama dari pengeras suara terdengar panggilan untuk ketua osis. Menunggu beberapa menit seorang anak laki-laki masuk. Wajahnya tampan berkulit putih, bibir mungil mirip bibir perempuan. Andai dia wanita mungkin paling cantik.
“Selamat pagi.” Suaranya lembut menenangkan. Iris matanya melirik ke samping dimana tempat Shiza duduk. Cantik ia berdehem menetralkan diri.
“Chio, antar dia ke ruangan mu. Ah, kalian kenalan dulu.”
“Iya, bu.” Pemuda itu langsung mengulurkan tangannya ke arah Shiza yang berdiri. “Hai kenalin aku Archio Davion Geovano. Aku ketua osis sekolah ini. Kalau kamu perlu sesuatu bisa tanya ke aku.” Chio tersenyum manis.
“Aku, Shiza.”
“Ayo ke kelas. Kayanya Bu Emma sudah masuk.” Chio menoleh ke meja guru matematika itu.
“Iya.” Shiza masih canggung lalu mengekori langkah ketua osisnya.
Chio sesekali melirik, benar berita yang didengarnya pagi tadi. Anak baru ini sangat cantik. Hari pertama masuk saja bisa langsung famous. Wajar sih, siapa coba yang gak terpesona selain cantik, putih, tinggi tubuhnya juga ideal. Chio tersenyum tipis setelah bersuara di dalam hati. “Selamat pagi Bu, maaf saya terlambat.”
“Silahkan masuk Chio.”
“Terima kasih, saya bawa murid Bu.” Chio menoleh ke samping di mana Shiza berdiri. “Ayo masuk.” Pintanya tersenyum tipis.
“Perkenalkan diri kamu.” Ujar Ibu Emma
Shiza mengayunkan kaki masuk. Tatapan kagum, serta decakan kaum adam paling mendominasi. “Hai, perkenalkan nama saya. Shiza Hafla Elshanum. Kalian bisa panggil Shiza. Semoga kita bisa berteman dengan baik. Senyum gadis itu tertarik lebar ketika mendapati teman SMP nya ada di kelas yang sama.
“Ada yang mau ditanyakan?” Ibu Emma memberi waktu.
“Nomor hp berapa, Shiza?”
“Ngarep banget.” Ledek yang lain.
“Kenapa sih, aku lagi usaha.” Pemuda bername tag Dimas mendelik kesal.
“Kelas punya grup kan, nanti lihat disana aja.” Shiza tersenyum manis.
“Jangan tersenyum Neng Shiza.” Celetuk seorang pemuda lagi.
“Kenapa?” Dimas melempar tanya pada kawan sekelasnya itu.
“Karena terlalu manis, aku nggak rela berbagi dengan yang lain. Apa lagi sama kamu rambut sarang tawon !” Pemuda bername tag Candra itu melirik sengit ke arah Dimas.
Uuuuuu
Sorakan sekelas membuat Shiza terkekeh. Dimas mencibir tidak bersuara, namun senyum nya kembali berkembang saat melihat ke depan. Sungguh objek di depan sana sangat menarik.
“Chio, kamu boleh duduk.” Sela ibu guru dalam riuhnya sorakan untuk Dimas dan juga Candra.
“Iya Bu, Shiza aku duluan ya.” Si ketua osis melangkah menuju bangku nya.
“Shiza kamu duduk sama Aysela.”
“Iya bu terimakasih.” Shiza dengan riang melangkahkan kaki nya menuju kursi yang dimaksud. Disana gadis teman sebangkunya sudah merentangkan tangan. “Akhirnya kita satu sekolah, satu meja juga.”
“Aku kangen banget, Shiza.” Aysela memeluk erat sahabatnya itu.
Semua mata mengarah ke mereka. Rupanya kedua perempuan itu adalah teman dekat yang baru mereka ketahui. Pelukan terlerai ketika ibu guru memberi instruksi melanjutkan pelajaran. Shiza mengikuti dengan baik saat pemindahan sekolah papa Rajendra sudah membeli buku yang diperlukan untuk belajar hari ini. Gadis berparas cantik itu masih jadi objek pembicaraan di kelas. Selain cantik ia juga cerdas. Chio mencuri pandang lagi pada gadis itu. Haruskah ia mengabari teman-temannya tentang Shiza ? Chio menggeleng pelan mengenyahkan pikirannya, biarkan saja dulu nanti mereka juga tahu ada gadis cantik di sekolah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Ayuwidia
Awal yang manis, terbayangkan gambaran wajah Shiza yang teramat cantik😍
2024-11-04
1
Tini Uje
awal yg menarik..😁
2024-11-04
1
Ayuwidia
namanya bagus banget 🥰
2024-11-04
0