Hanaya, wanita cantik yang harus rela menjual tubuhnya dengan pria yang sangat ia benci. Pria yang telah melukai hatinya dengan kata-kata yang tak pantas Hana dengarkan.
Mampukah Hana hidup setelah apa yang terjadi padanya?
Atau bagaimana kah nasib pria yang telah menghina Hana saat tahu kebenaran tentang Hana?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon momian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Ayah." Sapa Kana, sambil duduk di kursi yang berada di samping brangkar sang ayah.
"Kana, anakku." Ucap sang ayah lalu memeluk Kana. Ayah merasa sangat senang, karena untuk pertama kalinya sang anak mau keluar rumah dan langsung memanggil dirinya.
"Kenapa pria itu menunggumu di luar." Bisik Widia pada Hana, kala Kana dan ayahnya sedang sibuk berduaan.
"Maksudmu sih Roy?" Tanya balik Hana.
"Aku tidak tahu siapa namanya, yang jelas dia menunggumu di luar."
Hana menghelah nafas.
"Tunggu! Kau punya masalah dengannya? Apa dia sedang mengancam mu?"
"Tidak! Justru hidupnya lah yang terancam." Jawab Hana dengan santainya.
Toh memang benar kana Hana, jika saat ini hidup Roy sedang terancam. Karena jika ia tidak pulang ke rumah burung Elang, maka gaji Roy akan di potong.
"Apa maksdumu?" tanya Widia yang sama sekali belum tahu apa yang terjadi antara Hana dan juga pria yang bernama Roy yang saat ini sedang berada di depan pintu kamar ayahnya Hana.
"Biarkan saja dia tidak usah di fikirkan. Toh nanti kalau sore, dia juga akan pulang sendiri."
•••••••
Elang menjadi murkah karena hingga saat ini Hana tak kunjung juga menampakkan dirinya di hadapannya.
"Kenapa bisa seperti ini." Teriak Elang menggemah di seluruh ruangan.
"Tujuan ku untuk membuatnya menjadi mainanku, tapi kenapa justru seperti aku yang di permainkan." Elang melonggarkan dasinya, karena merasa kepanasan.
"Lihat saja, wanita itu akan ku berikan pelajaran." Ucapnya dengan mata yang menatap tajam ke arah pintu.
Hingga beberapa jam berlalu, dan tanpa terasa kini jam sudah menunjukkan pukul 4 sore. Elang yang sejak tadi berada di dalam kamar, menatal langsung ke arah pintu gerbang, kini bisa sedikit menyunggingkan senyum saat melihat orang yang sejak tadi pagi ia tunggu kini telah tiba.
"Nyonya." Panggil Atira saat melihat Hana yang sudah berada di halaman rumah.
"Atira, apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Hana saat melihat Atira yang berdiri di teras rumah.
"Sedang menunggu anda nyonya."
"Ya sudah ayo kita masuk." Ajak Hana.
"Tapi nona." Atira menunduk.
"Ada apa? Oh iya di mana burung Elang? Eh maksud ku tuan Elang"
"Tuan ada di kamarnya nyonya, dan saya di perintahkan untuk membawa anda ke halaman belakang."
"Untuk apa?"
"Tuan meminta nyonya membersihkan halaman belakang"
"Ohhh.." Jawab Hana dengan santainya. Toh pikir Hana hanya membersihkan, bagi Hana itu hal yang sangat mudah sekali.
Namun seketika Hana membulatkan mata saat melihat banyak sekali dedaunan kering yang berada di taman belakang. Belum lagi kolam renang yang penuh dengan daun yang entah dari mana datangnya, kenapa bisa daun itu berada banyak di dalam kolam.
"Sabar Hana, Sabar." Gumam Hana, sambil mengusap da-danya.
Hana sudah tahu, ini pasti ulah burung Elang yang ingin melihat Hana tersiksa di rumah ini. Tapi bagi Hana ini tidak apa-apa di bandingkan Hana tidur dengan Elang.
"Hanya setahun." Gumam Hana, sambil meraih sapu dan memulai pekerjaannya.
"Kasihan sekali kamu nyonya." Gumam Atira yang hanya bisa melihat namun tidak dapat membantu Hana, karena sudah mendapat ancaman dari tuan nya jika dirinya membantu Hana, maka Atira bersiap menerima konsekuensi untuk berhenti bekerja.
Elang duduk santai di balkon kamar sambil meminum alkohol. Menurutnya ini adalah tontonan yang sangat mengasikkan baginya.
"Baru awal, lihat saja nanti. Pasti lebih mengasikkan."
semangat terus thor
pediih tau
Karena bagi yang tidak mengetahui rasa sakitnya Hana, pasti akan mudah luluh dg perlakuan sepele Elang