"Syifa saya bilang turun sekarang"
"nggak mau Gus gue belum puas makan mangganya, kan kata Gus nggak boleh buang-buang makanan ntar mubazir "ucapnya tak peduli dengan tatapan seorang pria di bawah sana .
"mau turun atau saya cium "
para santri mendengar itu langsung kaget mereka tak menyangka gusnya ternyata sangat so sweet ini terhadap istrinya.
"hah" mata gadis itu melotot tajam
"bugh"
"auwsshhh "ringis gadis itu saat melompat dari pohon akibat mendengar ancaman gusnya syifa syeena queenza Abimanagadis cantik dan super duper bar-bar Dia terpaksa harus menikah dengan seorang gus tampan
akankah suaminya dapat merubah sifat keberbaran istrinya dan dapat meluluhkan hatinya
kalau mau lanjutannya yuk! langsung join 🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ALFI MARTIS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Kini mereka berdua sedang berjalan di bawah gelapnya malam. Gus Alwi sejak tadi hanya diam, Syifa sejak tadi berceloteh tak jelas.
"Eh Gus, Assalamualaikum." salam Ning Syafa. Yang melihat Syifa dan Gus Alwi.
"Waalaikumsalam." jawab Gus Alwi.
"Idih, ucap salam cuman sama Pria, sama gue nggak tuh." sindir Syifa, Menatap langit.
"Assalamualaikum Syifa." salam Ning Syafa ulang, Syifa tidak menjawab dan terus menatap indahnya tembulan.
"Syifa jawab."
"Terlambat 3 menit gus." ujar Syifa sungguh Gus Alwi di buat frustasi dengan tingkah istrinya ini.
"Nggak papa kok Gus." ucap Ning Syafa lembut.
"Caperrr banget." sindir Syifa, Gus Alwi dan Ning Syafa langsung menatapnya.
"Syifa." tegur Gus Alwi.
"Kenapa Gus tampan ku." ucap Syifa tersenyum manis. Kemudian melirik wajah Ning Syafa yang berubah sedikit masam.
Gus Alwi pun memilih diam, kalau di ladenin pasti Syifa bakal ngelunjak.
"Ngg....
"Nggak papa kok Gus." potong Syifa karena sudah tau Ning syafa ingin berbicara apa.
"Kenapa Syifa harus jadi istrinya Gus Alwi sih. Sangat tidak cocok. "batin Ning Syafa.
"Gus masih mau ngomong sama ustadzah Syafa kan? Kalau gitu aku tunggu di situ ya, Panas soalnya di sini." ucap Syifa. Dan berniat pergi.
"Kamu tetap di sini." ucap Gus Alwi memegang tangannya Syifa dan itu di lihat oleh Ning Syafa.
"Gus bukan mahram." tegur Ning Syafa.
"Halal juga." celetuk Syifa mata Ning syafa melebar. Nih anak sangat ceplas ceplos.
"Gus nggak papa kok, gue tunggu di sana." ucapnya lagi.
"Tidak Syifa nggak baik saya berduaan dengan ustadza syafa di sini. Nanti akan menimbulkan fitnah." ujar Gus Alwi.
"Terus tadi gue sama Gus Alwi
Berduaan. Apa akan menimbulkan fitnah juga?"
"Tidak kami berbeda." ujar Gus Alwi. Ning Syafa langsung tidak suka mendengar perkataan Gus Alwi. Sedangkan Syifa sok sokan tersipu malu.
"Gus Sosweet banget deh." ujarnya Gus Alwi tidak menanggapinya lagi.
"Jadi apa ada sesuatu yang mau di omongin Ning?" tanya Gus Alwi.
"Tidak ada kok Gus, cuman sapa aja tadi." jawab Ning Syafa.
"Cuman itu, buang buang waktu saja." gerutu Syifa dan langsung menarik tangannya Gus Alwi dan melanjutkan perjalanan.
Gus Alwi sampai hampir terjungkal akibat tarikan istrinya ini. Sedangkan Ning Syafa menatap mereka dengan miris, dia bahkan ingin menyentuh sendalnya Gus Alwi saja tidak bisa. Tapi Syifa bahkan bisa memegang tangannya Gus Alwi.
"Syifa saya hampir jatuh tadi. Saya bingung badan kecil tapi tenaga sangat kuat." ujar Gus Alwi yang tangannya masih di tarik Syifa.
"Ohh jadi Gus bilang gue kecil gitu, iya? Ingat Gis kecil kecil gini gue cabe rawit loh. Dan gue juga istrinya Gus, jadi jangan macam macam ya. Buat dekatin calon pellakoorr itu." celetuk Syifa. Lagi dan lagi Gus Alwi menghela nafas pelan. Entah kenapa Syifa selalu mengatakan Ning syafa calon pelakor, Pikir Gus Alwi.
"Kalau gitu Gus balik sana. Nggak usah dekat dekat sama Gue, dan besok gue nggak bakal pulang ke rumah. Gue bakal di asrama terus. " ancam Syifa, Gus Alwi bingung apa salahnya.
"Saya tinggal jemput kamu." balas Gus Alwi santai.
"Gue bakal sembunyi di kamar asrama."
"Saya bakal masuk."
"Coba saja, kalau mau pernikahan ini terbongkar."
"Yang ingin pernikahan ini di rahasiain siapa him?" tanya Gus Alwi meledek. Syifa langsung terdiam.
"Okey deh, okey deh, gue nyerah. Tapi besok kan libur, gue mau keluar sama teman teman ke pasar. Nanti balik baru ke ndalem."
"Saya antar."
"Nggak usah, gue bisa sendiri sama teman teman gue." tolak Syifa.
"Nggak usah pergi." balas Gus Alwi.
"Gue bisa pergi tanpa izin dari Gus." jawab Syifa dan langsung berlari dengan cepat. Gus Alwi memijat dahinya. Sungguh bersama dengan istrinya beberapa menit saja. Bakal di buat pusing 7 keliling pikir Gus Alwi.
"Syifa bangun, udah waktunya shalat tahajud." ujar Yana membangunkan Syifa yang tidurnya macam kebo.
"Teman teman gimana nih, Syifa tidurnya sudah seperti mayatsaja." ucap Zelia yang melihat Syifa.
"Astagfirullah.. Istigfar ukhty.
"tegur Yana."
"Innalillahi wainnailaihi raji'
un." ucap Zelia sambil menatap Syifa.
"Astagfirullah Zelia." ujar Yana lagi.
"Eh, Astagfirullah." ralatnya.
"Jadi gimana nih, Ana takut Syifanya kenal hukuman lagi." ujar Aiffa.
"Minta tolong ambil air di gelas itu ya ukhty." ujar Yana pada Aiffa.
Setelah gelas berisikan air sudah berada di tangannya Yana. Dengan cepat dia mencipratkannya ke wajah Syifa.
"Astagfirullah... Ini tidur apa kenapa sih ukhty Syifa." ucap Zelia menahan tawa.
"Yaelah kalian mau mandiin gue? Ini main ciprat ciprat aja." ucap Syifa yang bangun dengan santainya. Dan langsung turung berajalan menuju tempat nya menggantung handuk, Serta mengambil gamisnya.
"Ayo! Kalian mau ikut apa tinggal di sini?" tegur Syifa pada ketiga temannya yang menatapnya bingung. Mereka bertiga tersadar dan langsung bergegas.
Mereka pun berjalan menuju kamar mandi yang pastinya bakal antri. Tapi mereka memilih bangun duluan agar menajadi yang pertama menggunakan kamar mandi.
Mereka pun memilih masuk ke kamar mandi masing masing, Karena belum ada orang. Beberapa menit kemudian mereka sudah selesai mandi serta mengganti pakaian. Tetapi berbeda dengan Syifa dia masih berada di kamar mandi.
"Syifanya belum kok belum ya ?" ucap Aiffa mereka menatap kamar mandi yang di pakai Syifa.
"Coba di ketuk pintunya." ujar Zelia, Yana pun mengetuknya.
"Ukhty, sudah selesai mandinya?" tanya Yana.
"Sebentar." teriak Syifa dari dalam. Ketiga teman itu memilih untuk menunggu Syifa.
Tetapi sudah beberapa menit terlewat Syifa balum saja keluar bahkan. Banyak santriwati yang sudah antri, dan ada yang antri di depan Wc yang di pakai Syifa.
"Siapa ya di dalam? Mandinya lama banget." gerutu seorang gadis yang waktu itu menatap Syifa sinis di dalam masjid waktu itu.
"Haaaah... Segeeeernya." ucap Syifa tersenyum mengejek ke arah gadis itu.
"Ukhty, kalauandi itu jangan lama lama, masih ada banyak yang antri." bentak gadis itu.
"B*cot." jawab Syifa dan langsung pergi.
Bersama teman temannya. Sedangkan Gadis itu menggerutu tak jelas.
Waktu pun berlalu dengan cepat. Kini mereka sudah selesai mengerjakan shalat tahajud dan subuh serta dhuha.
"Jadi gimana nih, kita bakal kemana dulu?" tanya Syifa.
"Ke pasar ty." jawab Zelia.
"Wih bagus tuh." ucap Syifa.
"Aku nggak ikut ya." ujar Yana
Tiba tiba mereka semua langsung menatap Yana.
"Loh kenapa? Nggak bisa gitu dong." tolak Syifa dia tau alasan Yana tidak mau ikut. Tapi dia tidak ingin mengatakannya kepasa siapa siapa.
"Tap..."
"Sudah semua ikut. Karena hari ini gue lagi banyak duit. Jadi gue bakal traktir kalian semua." ujar Syifa.
"Pokoknya nggak ada yang ngebantah, apalagi Yana." ujarnya mereka semua mengangguk dan berjalan keluar gerbang.
Beberapa saat kemudian.
"Beli apa dulu nih?" tanya Syifa.