Hamil tanpa seorang suami karena diperk0sa, itu AKU!
Tidak tahu siapa Ayah dari anakku, itu AKU!
Seorang anak kecil selalu dipanggil ANAK HARAM itu PUTRAKU!
Apa aku akan diam saja saat anakku dihina?! Oh tidak! Jangan panggil aku seorang IBU jika membiarkan anakku dihina!
Jangan panggil Putraku ANAK HARAM!
Lantas, akankah suatu hari wanita itu bisa bertemu dengan Ayah kandung dari putranya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Kemarahan Menguasai Akal dan Hatinya.
Arya membuka kedua matanya yang berat, semalam setelah kemarahan menguasai akal dan hatinya ia pergi dari Mansion.
Ia mendatangi klub malam dimana hingar bingar dunia malam selalu menjanjikan kenikmatan duniawi, baik dari m3nikmati para wanita ataupun rasa mabuk yang bisa membuat pikiran melayang sejenak menyingkirkan rasa sesak di dada.
Pria itu mencoba mengingat kejadian semalam, ia mengutuk dirinya karena terbawa emosi dan malah berakhir dengan mabuk-mabukan.
“Sial!“
Tok
Tok
Sebuah ketukan di pintu menyadarkan Arya dari bayangan semalam, dia bahkan baru tersadar dirinya berada di kamar asing.
“Dimana aku?"
“Apa Anda sudah bangun, Tuan Arya. Boleh saya masuk?"
Wanita? Apa aku berada di kamarnya?
Arya mengedarkan pandangan, tapi kamar itu tampak biasa saja malah terlihat seperti kamar kosong.
"Siapa kamu?" Arya menurunkan kakinya dari atas ranjang, ia memegang kepalanya yang masih terasa pusing.
"Saya Felicia."
"Felicia, kenapa aku berada di rumah nya? Apa semalam kami...??? Tidak! Tidak! Aku nggak mungkin mengkhianati Alsya! Aku hanya mencintai dia! Hanya dia satu-satunya bagiku!"
"Tuan Arya?"
Arya berjalan ke arah pintu kamar dan membukanya, ia memicingkan mata. "Apa semalam kau membawaku kesini dari club? Kau ingin menjebak ku dengan tidur dengan mu?! Katakan! Apa motif mu?!"
Mata Felicia melongo bahkan mulutnya terbuka lebar, wanita cantik itu benar-benar terperangah dituduh macam-macam sebelum ia membuka suara untuk menjelaskan.
"Kenapa Anda menuduh saya, Tuan Arya? Bahkan kita belum bicara dan saya belum menjelaskan tentang kejadian yang terjadi pada Anda semalam di club karena Anda sangat mabuk! Apa saya yang membuat Anda mabuk? Tidak, bukan?!“ jawab Felicia dengan suara meninggi karena kesal.
Arya kemudian mengingat kejadian semalam, ia bertengkar dengan salah satu pengunjung club, sampai matanya tiba-tiba menggelap dan kemungkinan ia langsung kehilangan kesadaran.
"Anda sudah ingat apa yang terjadi pada Anda, Tuan Arya terhormat?" sindir Felicia melihat wajah garang Arya padanya berubah menjadi wajah bersalah.
"Kamu yang membawaku saat aku pingsan?"
"Ya, demi rasa kemanusiaan dan karena kita adalah relasi bisnis. Saya tidak ingin pekerjaan kita hancur... karena Anda dikabarkan meninggal disebabkan 0verd0sis alkoh0l!" Felicia kembali menyindir.
Arya salah tingkah, harusnya dia tidak langsung menuduh macam-macam tapi karena ia sering bertemu wanita-wanita malam yang berusaha menjebaknya jadi dia langsung bicara lancang begitu saja.
"Tega sekali kamu bilang saya akan mati, ck! Untuk tuduhan tadi, sorry. Saya mau pulang, terima kasih karena sudah menolong ku. Tapi, kenapa nggak bawa aku pulang ke rumahku sendiri dan malah membawaku kesini?"
"Saya mendengar racauan Anda saat Anda bertengkar dengan salah satu pengunjung club, Anda bilang Anda tak punya rumah untuk pulang. Semua orang adalah pengkhianat, anda bahkan mengutuk mereka semua. Anda banyak mengutuk ... Papa kejam, saudara lucnutttt dan banyak lainnya."
Arya merasa malu, ia kehilangan kendali lagi. Beberapa bulan lalu ia pun berbuat keonaran dan berakhir dengan di tahan di kantor polisi sampai akhirnya Ayahnya membebaskan namun ia malah berakhir diusir dari Mansion. Kini, ia melakukan nya lagi.
"Makasih tidak membawaku pulang, kalau sampai aku pulang dalam keadaan kacau seperti semalam... akan ada masalah. Aku berhutang padamu, lain kali aku akan mentraktir mu makan. Ini rumah mu?"
"Apartemen ku, kamu tidur di kamar tamu."
Arya mengangguk, setelahnya ia keluar dari kamar masih dengan pakaian kusut yang semalaman ia pakai. "Sebaiknya saya pergi sekarang."
"Tunggu! Saya sudah membelikan Anda pakaian baru, saya juga sudah menyiapkan sarapan. Saya harus pergi bekerja takut dipecat Bos, silahkan Anda menikmati waktu Anda... sebelum Anda pergi dari sini."
Arya semakin merasa tidak enak hati, karena sejak awal Felicia hanya ingin berbuat baik padanya.
"Saya akan mengganti uang mu untuk pakaian nya, kamu kirim no rekening kamu nanti. Untuk sarapan, saya juga berterimakasih. Tidak apa-apa kan, saya pergi setelah menghabiskan sarapan dan berganti pakaian?"
Felicia mengangguk, "Tentu saja, saya harus duluan dan tidak menunggu Anda. Saya ingin memberikan Anda ruang untuk sendirian, lagipula kita bukan siapa-siapa... jadi tak baik kita tinggal berdua saja. Saya merasa tidak nyaman sejak semalam, karena baru pertama kali memasukan laki-laki ke dalam Apartemen pribadi saya."
"Sekali lagi sorry, saya merepotkan kamu."
"It's okay! Saya pergi!"
Arya pun ditinggalkan sendirian di dalam unit Apartemen milik Felicia, wanita yang sebenarnya di jodohkan oleh orang tua mereka tanpa diketahui oleh Arya maupun Felicia sendiri.
.
.
Sementara di Mansion, berita besar tersebar jika Alsya akan segera dinikahi oleh Keindra meski kabar itu belum sampai di telinga Alsya.
Alsya sudah dipanggil untuk menghadap Tuan besar, kini dia sedang duduk dengan menundukkan wajahnya karena ia belum mengetahui apa yang akan dikatakan Tuan besar Adiguna padanya. Ia mengira kericuhan di dapur dengan Gina berdampak buruk, dan mungkin ia akan dipecat.
"Sebelum datang kesini, kamu pernah mengenal Keindra?"
Keindra tidak pergi bekerja untuk menyelesaikan urusan dengan Alsya. Pria itu mencuri-curi pandang pada wanita yang telah ia j4mah dan n1kmati tubuhnya 8 tahun lalu.
Wajah cantik Alsya tanpa polesan make up berlebihan, rambut hitam kecoklatan mungkin karena dulunya sering berjualan kue dengan berkeliling panas-panasan. Meski begitu, wajah Alsya tetap mempesona meski tidak secantik Gina. Ia akui... kecantikan Gina diatas rata-rata melebihi cantiknya para model, hingga ia begitu bucin pada mantan istrinya itu. Namun kini ia mengerti, apalah arti dari sebuah kecantikan wajah akan tetapi busuk hatinya?
"Saya tidak mengenal Tuan muda Keindra, Tuan besar." Alsya menggeleng.
"Kalau Arya, benarkan kamu mengenalnya sejak beberapa bulan lalu? Bisakah kamu menceritakan pertemuan kalian berdua pada saya."
"Papa! Kita bukan ingin membahas tentang Arya dan Alsya! Tapi tentang Alsya dan aku!" Keindra takut Alsya berubah pikiran dan tiba-tiba mencintai adiknya.
"Jika saya ceritakan akan membutuhkan waktu lama, Tuan besar. Tapi saya akan mengatakan dengan singkat... jika saat saya menemukan Tuan muda Arya tergeletak di emperan toko dengan terbaring merintih kesakitan karena kelaparan, saya merasa iba padanya. Saya menolongnya, memberi minum serta memberikan dagangan kue saya padanya. Saat itu, ia makan dengan lahap... seperti tidak makan berhari-hari. Saya lalu bilang padanya, pria segagah dia harusnya bisa bekerja sebagai apa saja untuk mencari uang dan tidak menjadi seorang gelandangan menyedihkan. Apa Anda tau jawaban dari Tuan muda Arya?"
Tuan besar Adiguna memejamkan mata sejenak, ia memang sangat marah ketika mengusir Arya dan melarang siapapun untuk membantu Arya termasuk Brian. Bahkan setiap Arya mencoba untuk mencari pekerjaan, Tuan besar lah yang menjagal langkah Arya dengan membayar sejumlah uang agar Arya selalu ditolak bekerja dimana pun Arya melamar pekerjaan. Hingga akhirnya Arya terluntang lantung di jalanan, Tuan besar ingin memberikan efek jera saat itu. Saat kini ia mendengar cerita Alsya, rasa bersalah begitu menyesakkan hatinya.
Maafin Papa, Arya! Papa ternyata sangat tega sekali padamu!
___
Sabar sabar, silahkan yang ingin protes 🤭
Ayo tebak-tebakan, akankah Alsya menerima permintaan Tuan besar untuk menikah dengan Keindra? Secara dalam ilmu psikologi, korban pemerk0saan akan selalu merasakan trauma dan ada suatu ketakutan pada orang yang telah memperk0sanya...
sebentar LG kekacauan di mulai 😡
pengen ngelus rahangnya akohhhhhh😩😩