NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Jendral

Mengejar Cinta Jendral

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Beda Usia / Diam-Diam Cinta / Harem / Bad Boy / Pengawal
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ni Luh putu Sri rahayu

Dominict Seorang jendral kerajaan yang diam-diam jatuh cinta pada tuan putri namun gengsi untuk menyatakan perasaanya hal hasil Dominict jadi sering menggoda Tuan Putri. Dominict akan melakukan apapun untuk Tuan Putri_nya, pencemburu akut. Tegas dan kejam Dominict hanya lembut pada gadis yang ia cintai. Akan murka ketika sang Putri gadis pujaannya melakukan hal yang berbahaya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni Luh putu Sri rahayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Sejak hari itu, Putri Ana sering menjenguk Dominict yang masih dalam masa pemulihan. Mereka menghabiskan banyak waktu bersama, meskipun kerap diwarnai pertengkaran kecil dan saling menggoda.

Dengan lembut, Putri Ana membersihkan tubuh Dominict menggunakan handuk hangat. Gerakannya perlahan saat ia mengusap lengan Dominict, matanya sesekali tertuju pada otot-otot yang terlihat kokoh. Tak bisa dipungkiri, tubuh Dominict yang gagah dan atletis membuatnya terpesona, meski ia berusaha tetap tenang dan fokus.

"Sepertinya Anda sangat menikmati ini, Yang Mulia," ucap Dominict tiba-tiba, memecah keheningan saat Putri Ana dengan telaten membantunya membersihkan tubuhnya.

"A... Apa maksudmu?" tanya Putri Ana, balik bertanya dengan gugup.

Dominict menyunggingkan senyuman menggoda.

"Apa tubuhku begitu menggoda anda? Sampai membuat anda tidak bisa fokus, Yang Mulia?" Lanjut, Dominict tersenyum nakal.

"Eh?! Tidak begitu kok." Putri Ana, memalingkan wajahnya dengan cepat berusaha menyembunyikan wajahnya yang merah padam dari Dominict.

Tiba-tiba, Dominict meraih tangan Putri Ana, menariknya lebih dekat hingga wajah mereka hampir bersentuhan.

Untuk beberapa saat, mata mereka saling bertemu, menatap dalam diam. Jantung Putri Ana berdegup kencang, tak terkontrol, sementara rona merah perlahan menjalar di wajahnya hingga ke telinga.

"Sayangnya... wajah Anda yang memerah justru mengkhianati kata-kata Anda, Yang Mulia," ujar Dominict, menyeringai penuh godaan, suaranya terdengar lembut namun menggoda.

Dengan senyuman nakal, Dominict perlahan menuntun tangan Sang Putri mendekat ke tubuhnya, lalu meletakkannya di perutnya yang berotot sambil berkata, "Coba deh, keras, kan? Bagaimana? Lumayan, kan?" Godanya.

Sontak, Putri Ana tak mampu menyembunyikan rasa malu dan gugupnya yang semakin menguasai dirinya. Wajahnya memerah hebat, seperti buah tomat matang, saat tangannya menyentuh perut Dominict. Sentuhan itu terasa panas, seakan membakar kulitnya sendiri, dan membuat jantungnya berdegup begitu kencang hingga ia merasa akan meledak.

"Aku tahu... Anda memperhatikanku dari tadi, Yang Mulia" Kata, Dominict dengan tatapan penuh godaan.

Putri Ana, memalingkan wajahnya dengan cepat dari Dominict sambil menutup wajahnya dengan tangan yang lain, berusaha menyembunyikan rasa malu dan gugupnya dan wajahnya yang memerah seperti buah tomat.

"Ti...tidak... Siapa yang memperhatikanmu." Putri Ana berusaha mengelak.

"Hoo..." Gumam Dominict, menahan tangan Putri Ana di perutnya yang berotot, tatapannya penuh dengan gairah yang terpendam. "Benarkah begitu?" Bisiknya, suaranya terdengar rendah dan menggoda. Perlahan ia menarik tangan Sang Putri kebawah dan lebih rendah, melewati batas pusarnya, membiarkan kehangatan tubuhnya berbicara lebih dari kata-kata.

Mata Putri Ana membesar, terperangah oleh apa yang dilakukan Dominict. Jantungnya berdegup kencang, tak lagi mampu ia kendalikan, sementara kehangatan yang memuncak di wajahnya menyebar hingga ke telinga. Ada perasaan tak menentu—antara malu, terkejut, dan rasa yang membuat sudut bibirnya hampir tersenyum kecil. Tatapannya terkunci pada Dominict, dan meski lidahnya kelu, matanya berbicara lebih banyak dari yang berani ia ucapkan.

Dominict yang menyadari reaksi Putri Ana hanya tersenyum tipis, penuh kenakalan. "Bagaimana? Apakah Yang Mulia ingin mencobanya?" bisiknya dengan nada suara rendah, menggoda, seolah sengaja menguji batas keberanian sang putri.

"Kenapa? Mengapa Anda diam, Yang Mulia? Atau... apakah Anda sebenarnya ingin saya melanjutkannya?" Ujar Dominict dengan nada lembut namun penuh tantangan, matanya memancarkan keberanian yang menggoda.

Putri Ana hanya mampu terdiam, kata-kata seolah tersangkut di tenggorokannya, memaksanya menelan ludah dengan gugup. Keringat dingin mulai membasahi dahinya, menambah ketegangan yang terasa di udara.

Melihat reaksi itu, Dominict tiba-tiba saja tertawa lepas.

"Hahaha... Anda benar-benar menghibur, Yang Mulia," katanya sambil terbahak, suaranya menggema di ruangan. Dengan santai, ia melepaskan tangan Putri Ana dari genggamannya, meninggalkan sang putri dalam kebingungan bercampur perasaan yang sulit ia jelaskan.

Putri Ana, yang merasa dipermainkan oleh Dominict, mengepalkan tangannya erat, lalu melayangkan pukulan ke arahnya. Namun, dengan mudah Dominict menangkap serangan itu, senyum santai tak pernah hilang dari wajahnya. Tak terima, Putri Ana kembali menyerang, melepaskan pukulan demi pukulan ke arah pria itu, yang masih duduk santai di tempat tidur ruang perawatan. Tetapi setiap pukulannya berhasil ditangkis dengan mudah oleh Dominict.

"Berhenti tersenyum seperti itu!" geram Putri Ana, semakin geram melihat Dominict yang tak berhenti tertawa ringan, seolah menikmati kekacauan kecil ini.

Namun, setelah beberapa saat, tubuhnya mulai kehilangan tenaga. Napasnya memburu, dan keringat menetes dari pelipisnya. Tangannya yang semula penuh amarah kini terkulai, kelelahan karena sia-sia mencoba menyentuh Dominict.

Dominict, yang menyaksikan usaha sang putri, hanya tersenyum jahil sambil menggeleng pelan. "Anda sungguh sangat manis, Yang Mulia," ujarnya dengan nada menggoda, matanya berbinar penuh keusilan.

"Huh! Kau benar-benar membuatku kesal!" gerutu Putri Ana dengan nada tajam, ekspresinya penuh amarah yang sulit disembunyikan.

Dominict, yang melihat Putri Ana marah bukannya meminta maaf, ia malah menikmati amarah Sang Putri dengan penuh kepuasan.

"Anda sungguh sangat imut saat marah-marah, Yang Mulia," ujar Dominict dengan nada penuh godaan, tatapannya tak lepas dari wajah merah Putri Ana.

"Diam! Aku tidak akan menjengukmu lagi!" balas Putri Ana dengan teriakan kesal, suaranya menggema di ruangan. Dengan wajah merah padam dan emosi yang memuncak, ia berbalik dan melangkah cepat menuju pintu.

Namun, saat membuka pintu untuk keluar, tubuhnya bertabrakan dengan Elara, yang baru saja tiba membawa obat untuk Dominict.

"Ah! Maafkan saya, Yang Mulia!" ujar Elara panik, mencoba menyeimbangkan nampan obat yang hampir jatuh dari tangannya. Putri Ana hanya mendengus kesal sambil berusaha menenangkan dirinya, lalu melanjutkan langkahnya tanpa menoleh, meninggalkan ruangan dengan perasaan bercampur aduk.

Melihat Putri Ana pergi dengan raut kesal, Elara masuk ke dalam ruangan untuk memeriksa kesehatan Dominict.

Saat itu, ia melihat senyum kebahagiaan di wajah Dominict—sesuatu yang berbeda dibandingkan saat Dominict bersamanya.

"Jenderal... Tidak seharusnya Anda bersikap seperti itu kepada Tuan Putri," ujar Elara sambil menyiapkan obat untuk Dominict.

"Kenapa?" balas Dominict dengan nada bertanya.

Elara terdiam sejenak, mencoba merangkai kata-kata yang tepat.

"Apa Anda mencintai Tuan Putri?" tanyanya tiba-tiba. Ia berusaha menjaga sikapnya tetap biasa, meski hatinya bergejolak, menyembunyikan rasa cemburu yang perlahan menyelimuti dirinya.

"Kenapa? Aku hanya senang menggodanya, tak ada maksud lebih dari itu," jawab Dominict dengan santai.

Perlahan, ia menghela napas panjang dan mendongakkan kepala, bersandar pada sandaran tempat tidur. Namun, di balik sikap santainya, matanya memancarkan keraguan. Kata-kata yang keluar dari mulutnya tak sepenuhnya mencerminkan isi hatinya.

Elara, yang mengamatinya dengan cermat, sepertinya memahami apa yang sesungguhnya dirasakan Dominict. Diam-diam, ia menyadari bahwa Dominict memiliki perasaan terhadap Putri Ana. Saat itu juga, Elara semakin yakin akan hubungan tersembunyi antara mereka berdua.

"Kenapa tiba-tiba kau berkata seperti itu? Apa kau cemburu pada Ana?" tanya Dominict datar, menatap Elara.

Elara terdiam, tak mampu menjawab.

Dominict tersenyum pahit sebelum melanjutkan, "Kau sudah tahu jawabanku, Elara. Jangan pernah mengharapkan sesuatu yang tak mungkin terjadi di antara kita." Nada suaranya terdengar dingin, seperti pisau yang menusuk hati Elara.

"Saya mengerti, Jenderal," jawab Elara lirih, menundukkan kepala untuk menyembunyikan kesedihannya.

"Kalau kau sudah selesai, pergilah," ujar Dominict sekali lagi, dengan nada dingin yang sama.

Berikut versi yang telah disempurnakan:

Setelah selesai memeriksa luka Dominict dan memberinya obat, Elara meninggalkan ruangan perawatan dengan langkah tergesa-gesa. Hatinya dipenuhi rasa kesal dan marah yang sulit ia kendalikan. Kecemburuannya terhadap Putri Ana semakin membakar emosi di dalam dirinya.

Saat tiba di ruang farmasi istana, Elara meletakkan nampan yang ia bawa dengan kasar di atas meja. Namun, kemarahan yang menggelegak di dadanya membuatnya kehilangan kontrol, dan nampan itu akhirnya dibanting dengan keras, menggemakan suara dentingan di ruangan kosong.

"Dasar! Hanya karena kau seorang Putri Kerajaan, kau pikir bisa melakukan apa pun yang kau mau!" serunya penuh emosi, suaranya bergetar oleh kemarahan yang tak lagi bisa ia sembunyikan.

Berikut versi yang telah disempurnakan:

"Wah... wah... Kau benar-benar terbakar emosi," terdengar suara seorang pria yang sangat familiar di telinga Elara.

Dengan cepat, ia menoleh ke arah pintu untuk melihat siapa yang berbicara.

"Hah?!"

Elara terkejut mendapati sosok yang berdiri di sana, menatapnya dengan ekspresi tenang namun penuh arti.

Bersambung......

1
Little Fox🦊_wdyrskwt
suuuukaa aku
Alitha Fransisca
Perang dimulai!!!
Alitha Fransisca
Ya spesial dong 🤣
Alitha Fransisca
Lanjut dong Mas Jendral
Alitha Fransisca
romantis banget 😍
Alitha Fransisca
Pilih mana ya? 🤔
Pangeran Benedict juga ok 🫨 bingung
Myra Myra
kasihan putri Ana...elara bahaya...
Myra Myra
mesti akan jadi slhphm surat x sampai
Alitha Fransisca
Cemburu ni yee
Alitha Fransisca
Untung ada Mas Jendral 🤣
Alitha Fransisca
Waduh 🙈 mau dong
Alitha Fransisca
Bacanya bikin deg-degan teruss 😂
Alitha Fransisca
Jendral Dominict menang banyak 😂
Alitha Fransisca
Ya ampun 🙈 dapat rezeki nomplok 🤣
Alitha Fransisca
Hayoo, siapa yang masuk ke kamar Putri Ana?
Tanzo
😊
sarah
cemburu buta dia....
ARIES ♈: nantikan kelanjutan kisahnya ya .. a
total 1 replies
sarah
kenapa sih gengsi terus 😭
sarah
hmm, ini udah jadian apa belum sih?, jadi heran kak😅
ARIES ♈: kaget? kenapa? 🫠
sarah: habisnya agak kaget sama kejadiannya 😅
total 2 replies
sarah
Hai kak sri.......
sarah: yaaa, tapi aku tuh cuma pen tau kemampuanku.. klo emang jelek bilang klo bagus juga bilang, yang baca disuruh komen gak mau komen lagi paling "Hai " doang😭
sarah: iyaa, cuma jadi gak pernah tau kemampuanku.. 😭😭😭, karena yang baca juga jarang komen😭😭😭yang baru ini juga gak tau tanggal berapa bakal kuhapus 😅
(klo bener-beber gak yakin karya sendiri itu bagus biasanya kuhapus😅)
total 5 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!