Hasna Sandika Rayadinata mahasiswa 22 tahun tingkat akhir yang tengah berjuang menyelesaikan skripsinya harus dihadapkan dengan dosen pembimbing yang terkenal sulit dihadapi. Radian Nareen Dwilaga seorang dosen muda 29 tahun yang tampan namun terkenal killer lah yang menjadi pembimbing skripsi dari Hasna.
" Jangan harap kamu bisa menyelesaikan skripsi mu tepat waktu jika kau tidak melakukan dengan baik."
" Aku akan membuat mu jatuh hati padaku agar skripsi ku segera selesai."
Keinginan Hasna untuk segera menyelesaikan skripsi tepat waktu membuatnya menyusun rencana untuk mengambil hati sang dosen killer. Bukan tanpa alasan ia ingin segera lulus, semua itu karena dia ingin segera pergi dari rumah yang bukan lagi surga baginya dan lebih terasa seperti neraka.
Akankan Hasna berhasil menggambil hati sang dosen killer?
Atau malah Hansa yang terpaut hatinya terlebih dulu oleh sang dosen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MHDK 32. Satu Untuk Selamanya
H-1 menjelang pernikahan Radi sama sekali tidak diperbolehkan pulang oleh sang bunda. Oleh karena itu Andra lah yang dikirim oleh Sekar untuk menemani sang kakak.
" Woelaah kak mukanya gitu amat."
" Diem kamu. Kamu nggak tahu rasanya?"
Andra nyengir. Satu kalimat itu berhasil membungkam mulut jahil nya. Andra pun menghampiri kakak pertamanya itu lalu mengusap punggungnya pelan.
" Emang rasanya gimana kak? Bukannya kakak belum ada rasa ya sama Hasna."
Sreeet ... Radi langsung menolehkan kepalanya ke arah sang adik. Ia membuang nafasnya kasar.
" Entahlah, ini dinamakan sudah ada rasa atau belum tapi yang jelas menuju hari pernikahan ada rasa yang begitu gugup."
Andra mengangguk ia mengerti apa yang dikatakan oleh sang kakak.
Ting ... Tong ...
Suara bel apartemen berbunyi anda segera berlari menuju ke pintu dan membukanya.
" Wohooo my bro, di mana kakak ipar?"
" Di rumah buat nemenin Hasna."
Dika melenggang masuk. Ia membawa beberapa makanan untuk dimakan bersama kakak dan adik nya.
" Nah coba tanyakan kepada senior kita ini. Dia kan menikah lebih dulu pasti dia tahu bagaimana rasanya."
" Ada apa memang?"
Dika mendudukkan dirinya ke sofa. Ia meletakkan paper bag yang berisi makanan itu.
" Andra ambil piring dulu, eh Jangan ding ini makanan bawa ke dapur saja siapkan di piring."
Andra mengganggu Ia pun mengambil paper bag tersebut dan membawanya ke dapur. Dika melirik ke arah kakaknya sekilas, ia melihat raut wajah sang kakak yang begitu tegang.
" Kenapa kak, gugup."
Radi menghela nafasnya dengan sangat berat. Ia hanya menjawab pertanyaan Dika dengan anggukan kepala.
" Jangan gugup kak."
" Kamu dulu gimana Dik?"
" Hahahha kan kalian semua udah tahu ceritanya kalau aku digerebek sama warga."
" Iya tahu, setelah itu. Kalian kan sama sama baru mengenal. Bagaimana kalian menjalani pernikahan dari dasar tidak saling mencintai."
Dika membuang nafasnya dengan perlahan. Sepertinya ia sudah menjelaskan ini kepada sang kakak. Namun biarlah ia akan menjelaskan lagi ia tahu kakaknya ini benar-benar tengah merasa gugup.
" Kak, Aku punya prinsip bahwa aku hanya akan menikah satu kali jadi ketika aku menikahi Silvia aku sudah meyakinkan dalam diriku bahwa dia adalah istriku satu untuk selamanya."
Radi mengangguk mengerti. Ia mencoba untuk mencerna ucapan sang adik.
" jadi Apakah kalian belajar saling menerima?"
Dika mengangguk, dan itu sungguh tidak mudah. Terlebih dia tahu profesi Silvia sebelumnya adalah seorang mafia. Banyak ketakutan dalam diri Dika waktu itu. Tapi beruntung semuanya bisa diatasi dengan baik dan kini mereka berdua bisa hidup bersama tanpa sebuah ketakutan dan kekhawatiran.
" Baiklah aku mengerti sekarang mungkin aku dan Hasna juga harus belajar sama-sama saling menerima."
" Kak Kakak harus lebih banyak mengerti usia Kakak dan Hasna itu terpaut lumayan jauh 22 dan 29, hampir 7 tahun. Hasna masih tergolong sebagai remaja, gadis muda maka lonjakan emosinya pasti lebih tinggi. Nah di sini peran Kakak sangat dibutuhkan sebagai seorang suami jangan terlalu mendiktenya jangan terlalu banyak melarangnya cobalah menjadi temannya."
Radi kembali menghela nafasnya kasar. Selama ini dia sangat tidak tahu apa apa mengenai wanita. Kini tiba tiba dia akan menikah. Ia hanya takut dirinya akan menyakiti Hasna. Padahal dia sudah berjanji akan menjaga Hasna.
Dika tahu kekhawatiran yang ada di benak Radi.
" Kak, jalani saja. Jangan terlalu banyak berpikir. Kehidupan cinta dan rumah tangga itu bukan sebuah buku yang bisa dianalisa. Cinta itu adalah sebuah rasa yang perlu untuk diselami di pahami dan diungkapkan. Entah dengan perbuatan atau ucapan."
Radi tersenyum bicara dengan adik keduanya ini benar-benar membuka pikirannya.
" Woii para brother ayo makan dulu. Jangan diskusi mulu. Perut kosong tidak suka diajak mikir yang berat."
Dika dan Radi tersenyum melihat bontot tidak jadi itu. Laki laki di kediaman Dwilaga ya hanya Andra yang tidak sedingin kulkas.
🍀🍀🍀
Sedangkan di kediaman Dwilaga Hasna berada di kamar bersama dengan Jani dan Silvya. Bukannya membahas mengenai pernikahan, Hasna malah sibuk dengan laporan hasil kuisioner nya.
" Woaah beruntung kak Silvya ada di sini jadi aku bisa tanya tanya."
Silvya menggeleng pelan melihat tingkah calon kakak iparnya itu.
" Apa kah harus banget membahas ini sekarang Has, apa kamu tidak khawatir dengan pernikahanmu besok."
" Eh ... "
Hasna baru sadar besok dia akan berubah status. Dari single menjadi double dari gadis menjadi istri dan dari perawan menjadi tidak perawan.
Hasna menggelengkan kepalanya saat memikirkan hal tersebut.
" Oh ya Allaah, status di ktp ku pun aku berubah dari belum kawin menjadi kawin. Woaah apa apa ini perawan dan ... Tidak tidak. Apakah harus langsung itu ..."
Hasna bermonolog dalam hati dan menepuk nepuk keningnya sendiri membuat Jani dan Silvya bingung.
" Kak Hasna kenapa?"
" Eh Jan, nggak kok."
Hasna nyengir kuda. Ia ingin bertanya sesuatu kepada Silvya namun mengingat ada Jani di sini ia pun urung.
" Jan ... Bisa tolong bunda."
" Ya bund, sebentar ya kakak kakak ku aku keluar dulu memenuhi panggilan ibunda Ratu."
Jani melenggang keluar dan Hasna menghembuskan nafas kelegaan. Silvya terkekeh melihat ekspresi Hasna.
" Apa yang mau kamu tanyakan hmmm."
" Itu kak, ehmm anu. Apakah setelah menikah dengan dokter Dika kakak langsung itu ..."
Tawa Silvya seketika meledak saat mengerti apa yang jadi pertanyaan Hasna.
" Has kewajiban istri itu melayani suami. Baik urusan perut ataupun di bawah perut. Tapi saat aku menikah dengan Mas Dika kami juga belum saling mencintai jadi kami membiasakan diri untuk saling menerima satu sama lain hingga kami melakukan ibadah itu atas dasar keinginan bersama."
Hasna mengangguk mengerti. Mungkin benar apa yang dikatakan Silvya, mereka harus saling menerima satu sama lain dulu agar bisa menjalani rumah tangga dengan baik.
" Apakah ada yang ku lewatkan?"
Jani masuk melihat kedua kakak iparnya dengan sedikit curiga.
" Tidak ada apa apa Jan?"
" Benarkah itu?"
Jani tetap tidak percaya ucapan Silvya.
" Ini pembicaraan wanita dewasa yang akan menikah. Anak kecil belum cukup umur untuk ikut membicarakan ini."
Jani memanyunkan bibirnya. Kini ia tahu apa yang dibicarakan kedua kakak iparnya itu.
" Oh iya Has, apakah kelak aku harus memanggilmu kakak ipar?"
" No ... Big no. Nggak mau ya enak aja. Kak Silvya lebih tua dari pada aku."
" Tapi kan kamu akan jadi istri Kak Radi."
" No ... Aku tetep nggak mau. Aku akan tetap memanggil Kak Silvya kakak. No ... Aku nggak mai dipanggil kakak oleh Kak Silvya."
Semua wanita di kamar itu tertawa lepas. Malam lajang itu menjadi malam yang menyenangkan bagi Hasna yang selama ini selalu merasa sendiri.
Di sini Hasna benar benar menemukan keluarga yang sesungguhnya setelah kepergian sang mama. Dari luar kamar, Sekar tersenyum bahagia melihat kebersamaan anak dan menantunya.
TBC