Amara Calista seorang gadis berbadan bongsor, yang mempunyai hobi main basket, jatuh cinta pada seniornya yang bernama Altaf Alfarizi. Altaf yang mempunyai banyak fans, awalnya hanya memandang sebelah mata pada Amara. Amara berusaha sungguh-sungguh untuk merubah penampilannya demi mendapatkan hati Altaf. Dan dengan kekuasaan sang papa Amara bisa mendapatkan Altaf melalui sebuah perjodohan. Namun sebuah musibah membuat Amara pupus harapan dan memilih berpisah dengan sang suami tercinta. Bagaimana kisah cinta Amara dan Altaf? Ikuti kisah lengkapnya dalam "Asmara Ke Dua".
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marsia Niqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Jawabannya
Leo mengantarkan Altaf sampai apartemennya. Sampai di sana Altaf mengajak Leo mampir dulu ke apartemennya. Setelah turun dari mobil Leo, Altaf kaget motornya sudah terparkir cantik di parkiran apartemen. Dan satpam apartemen datang pada mereka memberikan kunci motor Altaf.
"Al, apa Ara ada di unit lo?" Tanya Leo heran.
"Ya nggak mungkin lah, kalau dia ada nggak mungkin kunci motor gua dia titipkan ke satpam! Tapi masa iya sih?" Altaf merasa bingung, dengan tindakan Ara yang di luar dugaan.
"Le, ikut naik sebentar ya!" Kata Altaf yang ingin diskusi sesuatu dengan Leo. Walaupun sahabatnya ini random tapi kadang omongannya ada benarnya.
"Ngapain lagi, ini udah malam, gua harus balik ke kost an!"
"Bentar doang Le, ada yang mau gua omongin." Pujuk Altaf dan Leo tak bisa menolak. Saat sampai di apartemen Altaf, keduanya heran karena nampak sepi, dan terkunci seperti saat Altaf tinggal.
"Nggak ada Al, Ara datang cuma mau balikin motor lo doang. Emang otak Ara tok cer Al, encer banget. Kalah jauh lo sama dia. Bayangin lo di bawanya masuk tol tanpa dompet dan ponsel, lo bisa dikira orgil yang kleleran tau nggak!" Kata Leo mengejek sahabatnya.
"Udah Le, jagan bikin gua tambah puyeng, nih ambil!" Kata Altaf sambil menyodorkan satu minuman kaleng pada Leo.
"Al coba lo cek sekarang, ada apa di kamar, yang bikin Ara marah besar sama lo!" Kata Leo mengingatkan Altaf.
"Yok ikut gua!" Kata Altaf malah mengajak Leo. Sampai di dalam kamar mereka memindai isi kamar tak ada yang aneh. Kamar nampak bersih, di kamar mandi juga nampak bersih.
"Nggak ada apa-apa Le, kenapa Rara bisa ngamuk ya!" Altaf semakin bingung. Lalu Leo berjalan ke depan almari pakaian, diraihnya pintu almari pakaian itu lalu dibukanya.
"Allahuakbar.....Al, gila lo ya, lo simpan pakaian cewek, apa sama ceweknya sekalian lo simpan?!" Kata Leo membuat Altaf mendekat dengan langkah lebar.
"Lo yang gila, ya nggak mungkin lah gua simpan cewek, ngaco lo!"
"Lah ini apa, banyak pakaian cewek, baju sexi lagi!" Kata Leo ngegas.
"Tunggu...tunggu Le! Apa mungkin Rara buka almari ini lalu dia lihat baju-baju ini, trus dia kira gua bawa masuk cewek kesini?" Tanya Altaf kebingungan.
"Bisa jadi, lo sih, sembarangan aja!" Kata Leo kesal.
"Sembarangan gimana, ini baju-baju Rena, dia sama mas Alfin tinggal disini dulu, seminggu yang lalu pindah ke rumah mama tukar tempat sama gua. Mungkin belum sempat dibawa semua. Mereka pindahnya mendadak, karna barang si kembar juga banyak!" Kata Altaf sambil mengacak rambutnya sendiri.
"Ya udah lo jelasin ke Ara, dia pasti salah faham, telepon sekarang dari pada lo nggak bisa tidur malam ini!" Kata Leo memberi saran. Dan Altaf mengikuti saran Leo.
"Pinjem ponsel lo Le!" Kata Altaf sambil menyodorkan tangannya. Dan dengan wajah kesal Leo memberikannya.
"Hallo Ra, ini kakak.......Tuttttttttt
Baru saja telepon dari Altaf diangkat tapi langsung dimatikan sepihak oleh Ara saat Altaf menyebutkan dirinya.
"Diputus Le!" Kata Altaf frustasi.
"Nah lo, mumet kan lo, lebih mudah mecahin soal matematika yang rumit daripada mecahin urusan cewek kan? Emang ribet urusan sama cewek, ngambeknya susah dipahami. Sekarang lo pikir sendiri deh, kagak ngerti lagi gua, gua kagak bisa bantu lo lagi, nggak mau ikut puyeng. Gua mau balik dulu!" Kata Leo sambil melangkah menuju pintu keluar.
"Le tunggu!" Kata Altaf membuntuti Leo.
"Apa lagi!" Kata Leo kesal.
"Pinjem duit sejuta!" Kata Altaf sambil menyodorkan tangannya.
"Hah, masak lo nggak ada duit sama sekali?!"
"Nggak ada Le, cuma receh noh, dompet gua kan sama Rara, duit sama ATM nya ada di sana semua. Gimana gua makan sama beli bensin besok coba. Lo tenang aja nanti gua ganti kalau dompet gua udah dibalikin. Altaf mencoba membujuk Leo.
"Duh Ra, lo pikir-pikir deh kalau nerima cintanya Al, udah kere sekarang dia, ngutang mulu hobinya!" Kata Leo enteng tapi tetap mengeluarkan dompetnya dan mengambil uang sesuai permintaan Altaf.
"Nih, ingat nanti pas lo balikin traktir gua!" Ancam Leo lalu pamit pulang.
***
Di kamar Ara sendirian tak habis pikir dengan apa yang dilihat di apartemen Altaf. Kesal, kecewa dan sedih, menjadi satu. Orang yang sudah hampir empat tahun dikagumi menyimpan rahasia besar.
"Ara nggak habis pikir sama kamu kak, bisa-bisanya kakak seperti itu. Apa kak Al juga akan berbuat yang sama dengan Ara? Pantesan saat Ara bilang halangan kakak kaget gitu. Hih..... Jorok kali kakak ini, jijik Ara tahu nggak! Rasain Ara buang di tol. Eh tapi kok bisa nelpon pakai ponselnya kak Leo ya? Huh pasti kak Leo yang nolongin kak Al. Tapi jangan sebut nama Ara kalau nggak bisa bikin kak Al mati kutu!" Kata Ara dalam hati dan tangannya meraih ponsel Altaf dan memblokir nomor Altaf, agar Altaf tak bisa menghubunginya saat ponselnya dikembalikan.
***
Keesokan harinya Ara datang ke kampus lebih awal karena sudah membuat janji dengan Daffa akan bertemu. Kebetulan Daffa juga ada kelas pagi. Setelah memakirkan mobilnya Ara langsung menuju taman tempat yang ditentukan untuk bertemu Daffa. Ternyata Daffa sudah datang lebih awal dan duduk di bangku taman.
"Kak Daffa....udah lama nunggu?" Tanya Ara sambil mendekat dan duduk di samping Daffa.
"Belum, baru nyampek juga, ni baru mo ngubungi Ara." Kata Daffa yang langsung memasukkan ponselnya ke dalam saku celananya.
"Oh, kirain dah lama nuggu!" Kata Ara enteng.
"Ada apa Ara mau ketemu kakak, ada yang penting?" Tanya Daffa penasaran.
"Dibilang penting sih nggak juga, tapi dibilang nggak penting tapi ini barang orang berharga, gimana ya Ara ngomongnya!" Kata Ara bingung sendiri.
"Apa sih Ra, malah belibet sendiri." Kata Daffa sambil senyum.
"Gini kak, Ara mau nitip barang sama kakak, tolong kakak kasih ke yang punya!" Kata Ara yang langsung membuka tas ranselnya mengeluarkan ponsel dan dompet Altaf.
"Punya siapa Ra?" Tanya Daffa yang menerima barang itu.
"Kak Al, tolong kakak kasih ke kak Al ya!"
"Kok bisa ini ada sama kamu Ra, gimana ceritanya?" Tanya Daffa penasaran.
"Tadi malam kebawa sama Ara, udah kakak nggak usah heran gitu, nanti kasih aja sama kak Al, sebelumnya tanks ya kak!" Kata Ara yang bersiap untuk pergi.
"Gitu doang Ra, ngajak ketemu cuma mau nitip barang ini aja?" Tanya Daffa yang sepertinya mengharapkan sesuatu.
"Ha...trus mau apa lagi kak, sebentar lagi Ara ada kelas!"
"Ok deh kalau gitu, yuk ke kelas bareng!" Ajak Daffa dan mereka berjalan meninggalkan taman, berpisah menuju kelas masing-masing.
Tanpa mereka sadari ada orang yang memvideo pertemuan mereka dari awal sampai selesai.
***
Di parkiran Altaf melihat mobil ara sudah terparkir manis di tempatnya. Dengan langkah lebar tak sabar Altaf menuju kelas Ara. Sampai disana tak ditemukan Ara di kelas. Altaf menunggu beberapa saat namun yang ditunggu tak muncul-muncul juga. Dengan kecewa Altaf melangkah menuju kelasnya sendiri.
"Al, lo ke mana sih gua cari-cari kok nggak ketemu!" Tanya Daffa.
"Ngapain nyari gua?" Bukannya menjawab, Altaf malah balik bertanya dengan nada lesu.
"Ada yang mau gua kasih, nih barang-barang lo!" Kata Daffa sambil menyodorkan dompet dan ponsel Altaf.
"Kok bisa sama elo, gimana ceritanya?" Tanya Altaf heran.
"Harusnya gua yang nanya sama lo, lo ninggalin barang-barang lo ini dimana?" Tanya Daffa balik.
"Ah udah nggak usah dibahas, nggak penting!" Jawab Altaf yang langsung membuka sandi ponselnya.
"Tau ini nggak penting buat lo gua gadain Al!" Kata Daffa sambil pergi yang menbuat Altaf melotot kesal.
Altaf menekan nomor ponsel Ara bermaksud akan menelponnya. Namun nomornya sudah diblokir sama Ara. Dengan kesal Altaf mengacak rambutnya sendiri karena kesal.
"Rara, ngapain sih nomor kakak kamu blokir, kan jadi ribet mau ngejelasinnya!" Kata Altaf dalam hati.