Arrayan menikahi Bella, seorang gadis cacat, karena dendam. Kecelakaan tragis yang menewaskan kedua orang tuanya membuat Arrayan yakin Bella adalah penyebabnya.
Namun, Bella hanyalah korban tak bersalah, sedangkan pelakunya adalah Stella, adik angkatnya yang penuh ambisi. Ketika Stella melihat wajah tampan Arrayan, dia menyesal menolaknya dulu dan bertekad merebutnya kembali. Di tengah rahasia yang semakin terungkap, cinta dan kebencian menjadi taruhan.
Akankah Arrayan menemukan kebenaran sebelum semuanya terlambat? Apa pilihan Arrayan saat cinta dan balas dendam saling beradu?
Happy reading 😘🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Nawa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 ( Rencana jahat part 2 )
Tiga hari berlalu belum genap seminggu Arrayan memutuskan untuk membawa kembali Bella untuk control ke rumah sakit dan membuat janji dengan dokter Maya karena Bella sudah mengeluh sakit di bagian perutnya serta pinggangnya terasa panas. Setelah sarapan mereka pun bergegas menuju mobil. Namun, baru saja menggenggam handle pintu seseorang berteriak memanggil dirinya.
“Arrayan … tunggu!” pekik Sean yang berjalan cepat menghampiri pasutri itu yang menoleh ke arah Sean.
“Ada apa Sean?” tanya Bella.
“Maaf, aku lupa memberitahu mu semalam, kalau kau hari ini harus menemui Tuan Yahiko,” jawab Sean.
Mendengar namanya Arrayan memutar bola matanya malas lalu ia mengatakan pada Sean kalau sekarang ia dan Bella ingin ke rumah sakit,”Kau saja lah yang temui dia,” ujar Arrayan dan Bella menatap wajah Arrayan yang sepertinya kesal pada pria yang bernama Yahiko.
“Toni bilang harus elu, karena …” ucap nya terpotong Sean beralih menatap Bella dan gadis itu pun bingung.
“karena adiknya mau bertemu dengan suamiku, begitu?” sambung Bella.
Sean tersenyum kikuk dan menggaruk ceruk lehernya yang tidak gatal. Bella beralih ke arah suaminya dan memberi izin padanya karena ia tahu kalau Yahiko klien penting di perusahaan keluarga Mahendra. Arrayan justru merengek tidak mau bertemu dengan Azumi yang sangat bar-bar padanya.
“Kau tidak cemburu, Bella. Yang aku tau dari Toni kalau gadis itu sangat bar-bar terlebih lagi dengan suamimu karena dia sepertinya menyukai Arrayan,”
Plak
“Arrgghh … sakit b0d0h!” pekik Sean meringis karena Arrayan memukul kepalnya. Bisa-bisanya Sean blak-blakan berkata seperti itu di depan Bella tanpa memikirkan perasaan istrinya. Sedangkan yang dikhawatirkan malah terkekeh melihat Sean yang sangat kesal dengan kelakuan suaminya.
“Terserah kau saja mau menemuinya atau tidak. Sekalipun kau tidak bisa menemui Yahiko aku juga tidak bisa karena hari ini ada acara di kampus Jesicca dan aku mewakilkan Paman Wiliam untuk menghadiri acara itu,” lanjut Sean lalu melangkah pergi.
“Mas, aku pergi naik taksi saja, kau temui lah klien mu kalau nanti sudah selesai bisa menjemput ku aku tunggu di rumah sakit. Kalau lama dan tidak bisa jemput aku akan pulang naik taksi juga,” ujar Bella.
“Tapi, sayang. Mana mungkin aku membiarkanmu ke rumah sakit sendirian dengan keadaan mu yang sudah hamil besar begini. Aku minta mba Ani untuk menemanimu,” seru Arrayan.
“Mba Ani sedang kurang sehat dan mba Ana juga tidak bisa meninggalkannya hanya untuk menemaniku, Mas,” balas Bella.
Arrayan menarik napas nya dalam dan menghembuskannya dengan kasar,”Baiklah aku akan mengantarmu dulu lalu ke kantor. Pulangnya baru naik taksi, aku akan mengirim pesan pada Toni,” Arrayan meraih ponselnya dan Bella menganggukkan kepalanya pelan dan bergegas masuk ke dalam. Arrayan memutari mobilnya dan langsung masuk di kursi pengendara. Tidak lama mobil pun melaju perlahan hingga pintu gerbang yang menjulang tinggi itu terbuka.
“Bagus, itu akan mempermudah rencana ku,” ujar seseorang yang sedari tadi menguping tanpa sepengetahuan pasutri itu.
Sepanjang perjalanan Arrayan terdiam dan raut wajahnya terlihat asam, tangan Bella selalu di genggamnya membuat gadis itu hanya menggeleng heran dengan sang suami yang sudah di peringati untuk melepas genggaman tangannya karena berbahaya menyetir dengan satu tangan,”Mas, kamu ini kenapa, sih. Lepasin dan fokus menyetir bahaya loh!” peringat Bella.
“Enggak mau,” singkat Arrayan.
Bella hanya pasrah karena ia tahu suaminya itu sangat keras kepala dan tidak bisa dibantah, tetapi jauh di dalam lubuk hatinya ia merasakan bahagia karena perlakuan hangat sang suami yang ia dapat kan kembali. Bella menyandarkan tubuhnya di bahu Arrayan mungkin saja dengan begitu suaminya akan melepaskan genggaman tangannya.
Benar saja Arrayan tersenyum bahagia dan melepaskan genggaman tangannya seraya mengelus pipi sang istri yang semakin berisi lalu kembali fokus menyetir dengan kedua tangannya,”Mas, kenapa kamu terlihat tidak suka pada klien mu Yahiko? Bukan kah kamu kesal dengan adiknya saja?” tanya Bella.
“Memangnya kamu tidak ingat saat aku marah ketika kamu pulang malam-malam dan mengatakan habis membeli obat untuk Paman,” ujar Arrayan.
Bella berpikir sejenak ia ingat ketika Arrayan marah dan untuk pertama kalinya ia meminta hak nya sebagai suami, walaupun terkesan memaksa dan membuatnya tersakiti,”Iya, aku ingat. Lalu apa yang membuat kamu marah? Sampai ….” Bella enggan melanjutkannya karena ia malu membicarakan kejadian yang membuatnya hamil.
Arrayan tahu kenapa Bella tidak melanjutkan omongannya, ia hanya tersenyum dan berkata,”Aku marah padamu karena memergoki mu dengan Yahiko sangat akrab waktu di supermarket,” terang Arrayan.
“Apa?! Kamu ada di supermarket itu juga, Mas. Jadi, karena itu kamu mara? Apa … kamu cemburu melihat aku dengan Yahiko?” tanya Bella dengan wajah polos.
“Iya, lah! Mana ada seorang suami gak marah melihat istrinya bersama pria lain?” seru Arrayan.
“Oh jadi selama ini kamu selalu menganggap aku istrimu, Mas. Walaupun kamu selalu bersikap kasar dan acuh padaku?” pertanyaan Bella membuat Arrayan menginjak rem secara mendadak.
“Mas, kira-kira dong kalau mau berhenti! nanti kalau … emppp,”
Kedua mata Bella membulat sempurna karena Arrayan secara tiba-tiba melumat b1b1r nya. Entah mengapa Bella merasakan hal yang berbeda dari setiap kecu*** yang diberikan suaminya itu. Padahal hal itu sudah menjadi kebiasaan Arrayan dan membuat Bella kesal dengan sikapnya itu.
Berbeda dengan saat ini Bella sama sekali tidak merasa kesal dan ia malah memeluk tubuh Arrayan,”Sayang, aku menginginkan kan mu, boleh ya, sebentar saja,” lirih Arrayan dengan wajah sedang memendam hasrat,
“Tapi, ini di jalanan, Mas. Apa kita akan melakukannya di mobil?” Arrayan mengangguk ia tidak peduli mereka ada di mana karena memang jalanan terasa sepi dan sangat sunyi. Arrayan benar benar melakukannya di dalam mobil entah apa yang sedang merasuki pikirannya saat ini hatinya terasa gelisah. Arrayan membelai rambut Bella yang kini berada di atasnya ia melumat kembali Bella dan melonggarkan ikat pinggang nya setelah itu dengan cepat ia memulai aksinya hingga membuat Bella terbuai di setiap sentuhannya dan mereka benar-benar lepas kendali melakukannya saat itu juga di dalam mobil dan jalanan yang sangat sepi.
Tidak lama keduanya mencapai gelombang asmara Arrayan enggan melepaskan penyatuan mereka ia masih memeluk erat Bella yang sudah sangat kelelahan dan menahan perutnya yang sangat mengganjal,”Bella, kenapa saat ini rasanya sangat berbeda, ada apa dengan ku meminta ini sekarang dan kenapa juga aku seperti akan kehilangan dirinya?” batin Arrayan menatap sendu wajah Bella yang masih berada di atasnya.
“Mas, sudah? Aku lelah,” lirih Bella. Bukannya menjawab ia membalikan tubuh Bella melepaskan penyatuan mereka dan memeluk erat Bella dari belakang.
“I love u, Bella,” bisik Arrayan dengan suara beratnya seraya mengecup pipi sang istri sangat lama.
*
*
Setelah pemeriksaan selesai Bella langsung menghubungi suaminya memastikan dirinya bisa menjemput atau tidak? Ternyata Arrayan tidak bisa menjemput Bella karena masih ada pertemuan dengan klien lainnya dan Sean pun belum selesai menemani Jesicca di kampusnya. Bella mengerti ia langsung menutup teleponnya dan perlahan berjalan melewati lorong rumah sakit menuju keluar. Kali ini Bella tidak menggunakan kursi roda melainkan tongkat sikunya.
Tidak lama ia menaiki taksi tidak ada yang aneh sepanjang perjalanan, hingga ia menyadari kalau taksi yang ia tumpangi belok ke arah yang bukan menuju rumahnya,”Pak, kenapa ke sini? Harusnya belok ke arah kanan,” ujar Bella, tetapi sang supir hanya diam membuat ia curiga.
“Berhenti, pak. Sepertinya anda …”
Taksi berhenti supir itu berbalik ke belakang menatap Bella dengan senyum seringai membuat gadis itu takut, tetapi saat Bella ingin membuka pintu tidak bisa karena sang supir menguncinya secara otomatis,”Buka pintunya! Aku mau turun!” pekik Bella yang sudah sangat ketakutan.
“Diam dan ikut denganku, Nona! Ada yang ingin bertemu denganmu,” tekan sang supir.
“Si-siapa! Aku tidak mau bertemu dengannya! Aku mau pulang, turun kan aku di sini,” teriak Bella, pria itu tidak menjawab ia melajukan kembali mobilnya.
Dengan tangan gemetar Bella meraih ponselnya di dalam tas dengan cepat ia mecari nomor Arrayan, tetapi saat ingin menekan tombol panggilan seseorang menodongkan senjata dari kursi belakang.
Seketika ponsel Bella terjatuh tubuhnya mematung ia menatap kosong ke bawah di mana ponselnya terjatuh tidak berani menoleh ke belakang.
Brukk
Seorang pria langsung berpindah tempat dan duduk di samping Bella tanpa melepaskan senjatanya,”Jangan coba-coba menelepon suami mu! Diam dan menurut lah!” bisik pria itu Bella pun terpaksa menurut. Sedangkan sang supir hanya tersenyum devil menatap wajah Bella yang sudah sangat ketakutan melalui spion depan.
Bella memejamkan kedua matanya, air matanya seketika jatuh membasahi pipinya dalam hatinya berkata,”Mas, tolong aku,” lirih Bella.
Sampailah mereka di tempat lokasi, dengan kasar kedua pria itu menarik lengan Bella tidak peduli jika gadis itu sedang hamil besar. Sambil memegangi perutnya yang terasa sakit Bella keluar di tuntun kedua pria itu karena mereka tidak membiarkan Bella memakai tongkat sikunya.
“Dia cantik dan mulus juga, Bang tapi sayang gadis ini c4c4t,” ucap salah satu pria itu.
“Iya, lu bener tapi sayang juga nasibnya tidak secantik dan semulus hidupnya,” jawabnya.
“Kalian mau apa? Aku mohon lepaskan aku … hiks!” pinta Bella menangis terisak.
“Diam?!” pekik kedua pria itu secara bersamaan.
Bella tidak dibiarkan duduk tubuhnya terasa lemas dan tidak kuat apalagi tempat yang ia berada saat ini sangat menyeramkan di mana ia berada di pinggir jalan yang sangat sepi dengan cuacanya yang sangat panas lebih paranya lagi pinggir jalan tersebut terlihat jurang yang sangat curam.
Salah satu pria itu tengah sibuk menghubungi seseorang, tidak sampai menunggu lama sebuah mobil berwarna pink dengan plat nomor yang sangat Bella kenal itu sampai, tetapi hatinya menolak percaya mungkin saja ia salah orang.
“Haus … apa boleh aku minta minum?” pinta Bella dengan suara lirih.
Byurrr
“Seseorang menyiram sebotol air ke wajahnya membuat Bella mendongak tidak percaya melihat seorang wanita yang ada di hadapannya,”Stella …” gumam Bella.
Gadis itu tertawa puas dan langsung mencengkram wajahnya dengan sangat kuat, tangan Bella berusaha menahan memegangi tangan Stella karena ia merasakan kesakitan.
“Iyaaa ini aku, Kak. Aku tidak akan basa-basi lagi denganmu dan dengarkan aku baik-baik,” pekik Stella ia melepaskan cengkeramannya dan mengambil sesuatu dari dalam tasnya.
Selembar kertas dan sebuah bolpoin ia berikan pada Bella dan memaksanya untuk tanda tangan. Bella menolaknya karena ia tidak tau kertas apa yang harus ia tanda tangani,”Stella, surat apa itu, aku tidak ingin menandatanganinya sebelum kau menjelaskan nya padaku,” tolak Bella.
“Kalau pun aku jelaskan kau juga tidak akan mau menandatangani surat ini! Karena ini adalah surat perpisahan mu dengan Arrayan. Setelah itu pergilah dan jangan kembali lagi di dalam hidup suamimu karena sebentar lagi aku dan Arrayan akan secepatnya menikah. Sebelum pergi kau harus membuat surat pernyataan jika kakak selama ini tidak mencintai Arrayan dan pergi bersama laki-laki lain agar Arrayan membencimu membuat dia akan cepat melupakan mu dan aku akan mengambil tempat mu di hatinya,” terang Bella.
Sreeeekkk
Tanpa di duga Bella merobek surat perceraian itu membuat Stella tidak percaya sang kakak bisa melakukan hal itu,” Hentikan semua ini, Stella! Selama ini aku selalu mengalah untuk mu tapi sekarang tidak lagi karena aku tidak mau anak ku lahir tanpa ada suamiku di sampingnya. Aku tidak akan membiarkan anak ku lahir tanpa orang tua yang lengkap karena aku sudah merasakannya. Kakak mohon mengertilah untuk kali ini jangan egois,” ujar Bella memegangi kedua tangan adiknya berharap sang adik luluh.
Brukkk
“Argghh … perutku!” pekik Bella meringis kesakitan karena Stella mendorongnya.
“Egois katamu! Harusnya aku yang mengatakan itu padamu! Kau telah mengambil papa dari ku, kasih sayangnya, perhatiannya dan tidak sedikitpun papa tidak mengingatmu padahal aku yang putri kandungnya bukan kau, Isabellaaa!” teriak Stella
“Papa juga menyayangimu, Stella begitu pun aku sangat menyayangimu walaupun kita bukan saudara kandung tapi …”
“Kalau begitu ceraikan Arrayan dan lepaskan dia untukku kalau kau benar-benar menyayangiku!” tekan Stella menatap tajam pada Bella. Namun, lagi-lagi Bella menggeleng seraya menangis terisak membuat Stella benar-benar muak lalu ia bangkit dan berkata.
“Jika itu mau mu, maaf kalau aku akan berbuat nekat! Hei … kalian berdua hancurkan taksi itu!” perintah Stella.
“Baik, Boss,” sahut keduanya.
Stella mengangkat tubuh Bella dan membawanya ke pinggir jurang yang sangat curam tentu saja gadis itu ketakutan,”Stella tolong jangan apa-apa kan aku. Apa kau tidak kasihan dengan anak yang ada di dalam kandunganku. Ia tidak bersalah jangan sampai dia tiada kalau Arrayan tau kau akan dalam masalah,” ujar Bella masih meyakinkan Stella agar tersadar.
“Aku tidak peduli dan bagus dong anak mu tiada. Jadi gak akan ada lagi yang mengikat kalian,”balas Stella santai.
“Bos mobilnya sudah hancur, apa yang harus saya lakukan lagi,” tanya pria suruhan Stella.
Stella tersenyum dan beralih menatap Bella dengan tatapan yang sulit diartikan. Ia tersenyum devil,”Selama hidup aku selalu mendapat kan apa yang aku ingin kan dan sekarang aku menginginkan kan Arrayan. Maaf, aku harus membuatmu tiada dengan begitu Arrayan bisa menjadi milikku selamanya. Pergilah kakak ku tersayang dan tenanglah di alam lain,” ujar Stella.
“Apa maksudmu, Stella. Aku mohon jangan lakukan itu, hiks! Kita bisa bicarakan ini baik-baik dan mencari jalan keluarnya bersama. Kakak mohon jangan lakukan itu,” tubuh Bella gemetar karena Stella terus saja berusaha mendorong tubuhnya dan Bella berusaha menahan tangan Stella menggenggamnya dengan erat.
“Terlambat, pergilah kau dan enyah lah dari dunia ini!”
“Arghhhh …”
“Kenapa d4d4ku tiba-tiba susah bernapas rasanya sakit sekali,” lirih Arrayan yang saat ini masih di restoran bersama Toni dan kliennya.
*
*
Bersambung.
😅