"Aku dimana?"
Dia Azalea. Ntah bagaimana bisa ia terbagun di tubuh gadis asing. Dan yang lebih tidak masuk akal Adalah bagaimana bisa ia berada di dunia novel? Sebuah novel yang baru saja ia baca.
Tokoh-tokoh yang menyebalkan, perebutan hak waris dan tahta, penuh kontraversi. Itulah yang dihadapai Azalea. Belum lagi tokoh yang dimasukinya adalah seorang gadis yang dikenal antagonis oleh keluarganya.
"Kesialan macam apa ini?!"
Mampukah Azalea melangsungkan kehidupannya? Terlebih ia terjebak pernikahan kontrak dengan seorang tokoh yang namanya jarang disebut di dalam novel. Dimana ternyata tokoh itu adalah uncle sang protagonis pria.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queen_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OMB! (13)
selamat Membaca
*****
Sudah terhitung hampir satu bulan Auris menjadi sekretaris Aldrick. Selama itu pula ia dan keluarganya tetap berselisih paham. Akibat siapa? Tentu saja Caramel sepupunya, gadis yang katanya baik si kesayangan semua orang.
Selama hampir sebulan juga Auris selalu berusaha mengumpulkan bukti kejahatan Caramel dibantu oleh Marshall, salah satu orang kepercayaan Aldrick yang kini bergerak di bawah perintah Auris.
Malam ini kediaman Dirgantara tengah sibuk menyiapkan proses pernikahan antara Caramel dan Reynold. Seminggu yang lalu Caramel di nyatakan hamil. Seluruh keluarga tampak kecewa namun juga bahagia, terutama Ariana dan Sofia. Ariana begitu menyanjung Caramel karena tengah mengandung cucunya, pewaris keluarganya.
"Hamil diluar nikah kok bangga," gumam Auris melihat Caramel yang di sanjung oleh Ariana dari lantai 2.
"Auris."
Auris menoleh, itu Gracella. Gadis merangkul Auris dengan senyum manisnya. "Sedang apa?"
Auris menunjukkan menggunakan bibirnya, "Melihat Ratu yang sedang dilayani kedua dayangnya."
Gracella seketika tertawa kecil, "Tante Ari tidak sebaik yang kau pikirkan Au."
Auris menoleh dengan dahi yang berkerut bingung. "Maksudnya?"
"Tante Ari baik karena Caramel sedang hamil. Tapi lihatlah jika dia sudah melahirkan, jangankan dilayani pembantu, untuk makan pun Caramel harus memasak sendiri."
"Tunggu Grace, aku masih tidak mengerti."
Gracella berdecak kesal, "Kau tahu kenapa tante Ari menyukai Caramel?"
Auris menggeleng.
"Itu karena Caramel sesuai kriterianya. Dia melihat Caramel bisa melakukan hal-hal atau pekerjaan rumah tangga." Grace tersenyum, "Memang tidak salah, tapi bisa dibilang pemikiran tante Ari sedikit kolot. Tante Ari juga menomorsatukan anak laki-laki Au, makanya dia sangat menyayangi Reynold."
"Lalu kenapa?"
"Kita lihat nanti Au, bagaimana Caramel yang manja itu menghadapi mertua tersayangnya."
Auris hanya tersenyum. "Ya..yaa kita lihat bagaimana nasibnya nanti."
"Papa menyuruhmu ke mansion besok pagi."
"Untuk apa? Kan sedang libur," tanya Auris bingung.
"Ntah, aku juga tidak tahu."
"Marshall dimana Au?"
Auris menatap Gracella memicing curiga. "Ada apa kau mencarinya?"
"Aku cuma bertanya. Jangan menatapku seperti itu!" Gracella mengalihkan pandangannya tidak berani menatap Auris. Hal itu membuat Auris terkekeh kecil.
"Dia sedang menjalankan tugas dari ku."
*****
Aldrick tengah duduk di pinggir kasur sambil memegang hpnya. Bolak-balik ia menatap layar hp berharap Auris menghubungi atau memberi kabar. Tapi nihil, sudah 1 satu jam ia menunggu tidak ada pesan dari Auris.
"Sial, aku merindukannya!" Aldrick berdecak frustasi.
Sehari tidak bertemu Auris membuatnya hampir gila. Wajah auris yang tersenyum bahkan menggodanya terus muncul di pikirannya. Tidak, Aldrick tidak bisa menunggu besok. Ia benar-benar tidak sanggup.
Aldrick bangkit dan mengambil kunci mobilnya. Ia langsung bergegas keluar drai kediamannya dna menuju mobil miliknya. Mobil itu melaju kencang menjauhi kediaman Alessandro. Waktu yang sudah malam, membuat jalanan cukup sepi.
Tidak butuh waktu lama, Aldrick pun sampai di kediaman Dirgantara. Ia segera turun dari mobilnya dan masuk ke dalam.
Kedatangannya di sambut hangat orang-orang di sana. Apalagi Caramel, gadis itu tersenyum lebar melihat kedatangan Aldrick.
"Akhirnya om Aldrick datang, aku boleh meminta sesuatu?"
Aldrick tidak menghiraukan Caramel. Ia sibuk melirik ke sana ke mari mencari sosok perempuan yang dirindukannya. "Kemana dia?"
"Aldrick, tolonglah. Caramel sedang mengidam. Dia ingin perutnya di elus olehmu," ucap Ariana tersenyum lembut.
*****
Auris dan Gracella tengah sibuk di dapur. Menyiapkan beberapa cemilan membantu bi Asih dan pelayan lainnya. Alex menyuruhnya dengan dalih bahwa Caramel mengidam jika ia menginginkan Auris yang membuat dan membawa cemilan ke hadapan mereka. Karena hal itu, Gracella pun juga ikut melakukannya.
"Aku sudah selesai, aku duluan ke mereka ya?"
Gracella dan bi asih mengangguk. Auris berjalan membawa nampan berisi beberapa cemilan berupa kue-kue kering. Sesampainya di sana, Auris langsung meletakkan beberapa cemilan di atas meja.
Tepat saat Auris berbalik, dirinya dikejutkan dengan Aldrick yang berdiri tidak jauh darinya. "Mas Aldrick? Ngap-"
Auris terkejut mendapat pelukan tiba-tiba dari Aldrick. Nampan yang dipegangnya pun sampai terjatuh karena tiba-tibanya pelukan Aldrick. Hampir saja ia terjungkal ke belakang karena itu.
"Mas, apasih? Kamu kenapa? Lepas ih, malu diliatin mereka," ucap Auris pelan.
Aldrick yang sengaja menulikan pendengarannya. Ia semakin erat mendekap Auris tidak peduli dengan tanggapan orang-orang disana. Cukup lama mereka berpelukan dengan posisi berdiri, akhirnya Aldrick melepaskan pelukannya dan merangkul Auris.
"Apakah pelayan di mansion ini kurang sampai menyuruhnya seperti ini?"
Ucapan Aldrick tentu mengundang keheningan di antara mereka. Auris langsung mencubit perut pria itu sambil melotot.
"Apa perlu aku mengirim beberpa pelayan mansionku untuk bekerja di sini?"
Ariana bangkit dan mencoba tetap tersenyum, "Bukan begitu Al, Caramel sedang mengidam. Dia meminta Auris membuat cemilan dan membawanya ke sini."
Aldrick terkekeh sinis, "Mengidam atau memang sengaja ingin menindasnya, nona Caramel?"
Caramel yang di suguhkan tatapan tajam Aldrick seketika menunduk tidak berani menatap pria itu. Kedua tangannya mengepal erat menahan kesal melihat Auris yang tersenyum mengejeknya.
"Malam ini dia akan tidur di mansion ku."
"Tidak bisa, bagaimana jika kalian melakukan kesalahan karena Auris menggodamu?" tegas Ariana di angguki semua orang.
Bahkan Alex dan Zanna yang notabenenya orang tua Auris malah setuju dan tidak marah saat putri mereka di katai seperti itu.
"Auris, menggodaku?" Aldrick terkekeh kecil, "Bukan dia menggodaku, tapi aku yang menggodanya. Dan lagi," Aldrick menatap Reynold lalu Ariana, "Aku bukan putramu yang merusak dulu baru dinikahi, aaa atau si wanita lah yang menggoda lebih dulu? Atau sama-sama mau?" Aldrick tersenyum penuh kemenangan. "Lebih baik uruslah pernikahan putramu dengan benar kak."
Aldrick mengggenggam tangan Auris dan berjalan keluar. Gracella yang baru saja datang dan melihat papanya langsung meletakkan nampan berisi minuman itu asal. Sehingga minuman itu tumpah dan mengenai gaun Caramel.
"Ups,,sorry Car. Aku tidak sengaja." Gracella tersenyum kemudian pergi dari sana mengikuti Aldrick dan Auris. Senyum sinis terbit di wajahnya melihat wajah kesal Caramel. "Mampus,"
Gracella berjalan cepat menghampiri Auris dan Aldrick yang hendak masuk mobil. Sesegera mungkin ia langsung naik di kursi belakang mobil Aldrick.
"kalian jahat sekali mau meninggalkan ku!" kesal Gracella menatap dua manusia yang duduk di kursi depan secara bergantian.
Auris tertawa kecil, "Jangan salahkan aku, salahkan saja papamu yang tiba-tiba datang dan menarik ku pergi."
"Bukan salah papa, salahkan mereka yang berani menyuruh Auris."
Gracella tersenyum datar. Oke, tidak ada gunanya berdebat dengan mereka karena ujungnya yang kalah juga dia. "Terserah kalian saja, berdebat dengan kalian tidak ada gunanya."
*****
Terimakasih sudah membaca