Revisi
Ada beberapa hal yang dirasa kurang memuaskan, jadi diputuskan untuk merevisi bagian awal cerita.
Petugas kepolisian Sektor K menemukan mayat di sebuah villa terpencil. Di samping mayat ada sosok perempuan cantik misterius. Kasus penemuan mayat itu nyatanya hanya sebuah awal dari rentetan kejadian aneh dan membingungkan di wilayah kepolisian resort kota T.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bung Kus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ingatan Melati
Aroma bunga Melati samar-samar tercium. Langkah kaki kecil dan terlihat penuh keraguan menapaki lantai granit. Tidak terdengar tapak kaki, mungkin karena tubuhnya yang ringan. Cara berjalan yang tidak meninggalkan jejak itulah yang diperhatikan oleh Andre.
Melati melangkah di samping Andre, menyusuri lorong kantor kepolisian. Saat ini jam sepuluh pagi tepat. Tidak kurang dan tidak lebih, barang sedetikpun. Mereka berdua berjalan hingga akhirnya berhenti di taman belakang. Memperhatikan kolam kecil yang berisi beberapa ekor ikan nila slayer berwarna pink yang pudar.
"Menggelikan," ucap Melati tiba-tiba. Andre menelengkan kepala. Memperhatikan apa yang membuat perempuan asing itu tersenyum.
"Apanya?" tanya Andre tidak bisa menahan rasa penasaran.
"Lihatlah ikan ini. Hidup tanpa tujuan. Ujung-ujungnya bakalan mati. Tidak memiliki akal, tidak memiliki budi. Kehidupan yang sia-sia," jelas Melati.
"Tidak ada yang sia-sia dalam kehidupan. Semua hal ada dengan fungsinya," sergah Andre menghela napas. Dia berpikir ada yang salah dengan otak Melati.
"Apa fungsinya ikan seperti ini? Dimakan pun tak enak. Dikatakan sebagai hiasan nyatanya masih banyak jenis lain yang lebih indah," balas Melati tidak mau kalah.
Andre sedikit kesal. Dia bertanya-tanya dalam hati, apa dirinya harus mendengarkan ocehan Melati tentang ikan hari ini? Ada yang lebih penting yang perlu dia tanyakan. Andre berdehem.
"Aku tahu, kamu pasti ingin bertanya soal mayat yang ada di villa kan?" tanya Melati kemudian. Ekspresinya berubah kaku. Tergambar jelas ekspresi takut dari bola mata yang tampak bergetar.
"Ya tentu saja. Kamu sudah terlihat lebih bugar dan siap bercerita Melati. Kenapa tidak mau berbicara pada petugas kepolisian? Kamu tahu jika terus-menerus bersikap seperti ini kamu bisa dijadikan tersangka? Karena pada kenyataannya kamulah yang ada disana, di lokasi tempat kejahatan terjadi," cecar Andre sedikit mengancam. Kenyataan jika kasus akan di ambil alih oleh kepolisian daerah siang ini membebaninya.
"Aku tidak ingat dengan jelas apa yang sudah terjadi Mas Andre," sambung Melati lirih. Andre mengernyit.
"Yang ada di ingatanku pertama kali adalah saat bertemu denganmu. Aku menyadari namaku Melati saat tidur malam setelah kamu menempatkanku di kantor ini."
Andre ternganga. Bibirnya yang tipis itu terbuka. Namun kemudian dia teringat penjelasan Lilis soal Melati yang mengalami syok berat menurut dokter. Mungkin kejadian mengerikan telah terjadi di hadapan Melati dam akhirnya membuat dia syok berat hingga kehilangan memory otaknya.
"Aku seperti bermimpi, seorang perempuan memanggilku Melati," lanjut Melati.
"Lalu soal perempuan yang katamu menakutkan?" desak Andre penasaran.
"Itu, aku juga melihatnya dalam mimpi," jawab Melati ragu.
"Seperti apa sosoknya? Pakaian yang dia kenakan?" tanya Andre lagi. Jika dugaannya benar, sosok yang dimaksud Melati dan Pak Dhe Tabah adalah sama.
"Pakaian?" Melati menelengkan kepala.
"Iya. Apakah dia memakai semacam kebaya?"
"Jika ditanya begitu, gambaran yang terlihat di benakku jadi semakin jelas. Perempuan itu memang memakai kebaya," jawab Melati selepas berpikir sejenak.
"Apa warna kebayanya?" desak Andre.
"Putih," jawab Melati singkat dan penuh keyakinan.
Untuk sesaat Andre melotot. Kemudian mengalihkan pandangan pada kolam ikan. Jelas laki-laki itu sedang gusar dan takut. Dia merogoh handphone di saku celana. Memeriksa apakah ada pesan masuk? Nyatanya tidak.
Andre menunggu dihubungi oleh Tabah. Kini dia berharap Tabah segera kembali dan membawa paling tidak mantra dari Mbah Tejo yang bisa memperkuat tubuh mereka dari bahaya perempuan berkebaya putih. Meskipun Andre merasa tidak dibuntuti seperti halnya Tabah, tapi besar kemungkinan dirinya akan mendapatkan teror yang serupa. Semua karena villa, pikir Andre.
"Apa yang dilakukannya sehingga kamu ketakutan? Maksudku dalam mimpimu, apa yang sudah perempuan itu perbuat?" tanya Andre setelah diam beberapa saat. Melati tidak segera menjawab. Perempuan itu malah mengedarkan pandangan ke sekitar, kemudian mendekatkan mulutnya di telinga Andre. Melati berjinjit karena tinggi tubuh yang berbeda.
"Aku melihatnya. Perempuan berkebaya putih menancapkan kuku di dahi laki-laki, kemudian laki-laki itu gemetar sesaat hingga kaku dan dilempar ke lantai begitu saja," jelas Melati.
"Maksudmu laki-laki, Hendra? Ah mayat yang ada di villa kan?" Andre bertanya sembari mengusap pelipisnya yang mulai dialiri keringat.
"Aku tidak tahu," jawab Melati singkat. Perempuan itu kini berjongkok memandangi kolam ikan.
"Aku hanya ingin berbicara denganmu, karena kamu yang mengeluarkan ku dari tempat itu. Sedangkan orang-orang yang ada disini memandangku dengan tatapan seolah aku orang gila," gumam Melati. Raut wajah yang terpantul pada air kolam menunjukkan rasa sedih.
"Aku mempercayaimu. Bahkan jika orang lain mengatakan ceritamu aneh, aku yakin memang seperti itu kejadiannya. Di kehidupan ini memang ada hal-hal yang tidak bisa dijelaskan logika. Kamu boleh bercerita apapun padaku saat kamu sudah mengingatnya nanti. Untuk sementara tinggallah disini. Petugas bernama adalah Lilis rekanku, jadi bisa kamu percaya. Dia penanggungjawabmu Melati," jelas Andre.
"Terimakasih. Tapi aku tidak akan bercerita apapun kecuali padamu," balas Melati. Andre mengangguk mengiyakan.
Setelah mengantarkan Melati ke ruangannya, Andre menemui Lilis yang berdiri tidak jauh dari taman belakang. Perempuan itu sedari tadi mengawasi Andre.
"Dia mengaku mengalami gangguan di ingatannya," ucap Andre. Lilis terlihat kesal, tapi setelah menghela napas ekspresinya berubah seperti biasa.
"Pelan-pelan saja bertanya padanya. Yang penting dia nyaman bercerita," sahut Lilis datar.
"Apa tidak masalah? Bukankah nanti kepolisian daerah akan mengambil alih kasus ini?" tanya Andre gusar.
"Ya itu memang benar. Tapi Melati tetap menjadi tanggungjawabku. Maksudku kantor kepolisian resort kota," jawab Lilis meyakinkan. Andre mengernyit, Ekspresinya menunjukkan jika dia tidak puas dengan jawaban Lilis.
"Kepolisian Daerah akan lebih dulu memulai penyelidikan soal kematian BKTM Totok dan Priyo. Karena dua petugas meninggal secara tidak wajar, itu yang diprioritaskan. Sedangkan Melati, saat dua kejadian itu terjadi sudah berada di bawah pengawasan kita. Jadi dianggap tidak berhubungan," jelas Lilis menatap Andre lekat-lekat.
"Apa ada kemungkinan kepolisian daerah menganggap kasus kali ini tidak berhubungan? Maksudku kematian Hendra, Totok, ataupun Priyo apakah dianggap kasus yang terpisah?" desak Andre. Lilis menghela napas yang mengisyaratkan dia tidak puas.
"Kemungkinan itu besar. Sepertinya mereka tidak berpikir jika kasus ini memiliki satu orang penjahat."
"Bukan orang. Belum tentu orang. Kita menghadapi sesuatu yang tidak bisa kita sebut sebagai orang," sergah Andre jengkel.
"Ada satu informasi yang baru kudapatkan," sela Lilis menghentikan ungkapan kekesalan Andre.
"Istri dari Totok menghilang. Maksudku mantan istri," bisik Lilis.
"Bukankah katamu kemarin kepolisian sudah menemukan dimana dia tinggal?" tanya Andre meninggikan nada bicaranya. Lilis sedikit melotot, memberi isyarat agar Andre tidak berteriak-teriak.
"Tempat tinggalnya sudah ditemukan, tetapi perempuan itu tidak ada disana. Istri Totok belum diketahui keberadaannya hingga saat ini," pungkas Lilis.
lanjut bung...tetap semangat....
jngn jngn ini dukunn nya ntar lawannya Mbah Tejo.
ahh komentar ku jngn jngn mulu wkwkwkwk.
Aku curiga sama Lilis omm... bkn suudzon tapi ntahlah Lilis kek manipulatif.
hmmm,,, aq masih blm bisa terima bang Andre sama Lilis ....,,