NovelToon NovelToon
SALAHKAH AKU TURUN RANJANG

SALAHKAH AKU TURUN RANJANG

Status: tamat
Genre:Tamat / Ibu Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Penyesalan Suami
Popularitas:6.5M
Nilai: 4.7
Nama Author: mama reni

Aksa harus menelan pil pahit saat istrinya, Grace meninggal setelah melahirkan putri mereka. Beberapa tahun telah berlalu, tetapi Aksa masih tidak bisa melupakan sosok Grace.

Ketika Alice semakin bertumbuh, Aksa menyadari bahwa sang anak membutuhkan sosok ibu. Pada saat yang sama, kedua keluarga juga menuntut Aksa mencarikan ibu bagi Alice.

Hal ini membuat dia kebingungan. Sampai akhirnya, Aksa hanya memiliki satu pilihan, yaitu menikahi Gendhis, adik dari Grace yang membuatnya turun ranjang.

"Aku Menikahimu demi Alice. Jangan berharap lebih, Gendhis."~ Aksa

HARAP BACA SETIAP UPDATE. JANGAN MENUMPUK BAB. TERIMA KASIH.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab Dua Puluh Sembilan

"Aku ingin kita berpisah ...," ucap Ghendis.

Hampir saja piring di tangan Aksa terjatuh saat mendengar ucapan Ghendis. Tak pernah terlintas jika gadis itu akan minta pisah, apa lagi di saat seperti ini.

"Itu bukan permintaan yang aku maksud, Ghendis!"

"Bukankah Mas pernah berkata jika apa pun yang aku minta akan dikabulkan. Sekarang aku minta kita pisah," ucap Ghendis mengulangi permintaannya.

"Aku tak bisa kabulkan yang satu itu. Kamu bisa minta berupa barang tapi bukan berpisah," balas Aksa.

Dia tak ingin berpisah dengan gadis itu. Aksa telah berjanji pada dirinya sendiri dan juga pada mama Reni jika dia akan merubah segala sikapnya. Dan memulai dari awal lagi.

"Kenapa tak bisa, Mas? Bukankah itu hal yang paling gampang dan murah yang aku minta," ucap Ghendis dengan suara yang datar.

Pandangan matanya masih tertuju pada luar bangunan. Tak bergeming akan kehadiran sang suami yang duduk di dekat dirinya.

"Ghendis, aku tahu kamu pasti marah dan benci padaku. Kamu bisa lakukan apa saja yang akan membuat hatimu lega. Kamu boleh memukulku dan mencaciku, tapi jangan minta perpisahan. Kita bisa memulai lagi dari awal."

"Semua telah berakhir, kenapa harus memulainya dari awal lagi. Aku ingin Mas katakan satu saja alasan bagiku untuk tetap mempertahankan rumah tangga ini," balas Ghendis.

"Ghendis, aku akan mencoba merubah semuanya. Apa yang kamu tidak suka dariku, bisa kamu katakan agar aku bisa merubahnya. Lagi pula ada Alice, apakah kamu tak kasihan jika pergi meninggalkan anak itu?" tanya Aksa.

"Aku akan tetap menjadi miminya. Aku pastikan akan tetap menyayanginya."

Aksa menarik napas dalam. Apakah yang harus dia katakan lagi agar Ghendis tak meminta perpisahan ini.

"Ghendis, aku mohon bersabarlah sedikit. Kau akan buktikan jika aku berubah. Jika dalam beberapa bulan ini kamu anggap aku tak berubah juga, baru kita bicarakan lagi perpisahan ini. Aku harap kamu sabar dan ikhlas menerima semua cobaan ini. Jangan kamu jadikan ini sebagai alasan untuk berpisah," ucap Aksa.

"Tak usah ajari aku tentang sabar dan ikhlas. Aku pernah kehilangan orang yang sangat aku sayangi. Di saat dia menghembuskan napas terakhirnya aku tidak ada di sampingnya. Sabar yang bagaimana lagi yang kamu inginkan, Mas," balas Ghendis dengan suara serak karena menahan tangis.

"Sebaiknya aku pergi. Kamu istirahat saja dulu. Kamu pasti lelah," ucap Aksa.

Dia memutuskan untuk pergi, dari pada mendengar Ghendis meminta pisah. Ingin memberikan waktu pada gadis itu untuk memikirkan ucapannya tadi.

Setelah kepergian suaminya, tangis Ghendis pecah. Dia memukul dadanya yang terasa sesak dan sakit.

Saat ini mentalku sudah berantakan. Jadi mau bahagia, atau pun sedih, bagiku sama saja. Aku sudah tak bisa merasakan apa-apa. Bahkan aku sendiri tak tahu, apakah aku lagi senang atau sedih. Semuanya seperti hampa bagiku. Rasanya setiap hari capek, seperti sudah lelah dengan keadaan ini. Kenapa ya ujian dalam hidupku tak habis-habisnya. Mana datangnya keroyokan lagi. Kenapa sih? Capek ya Allah.

Tuhan, aku benar-benar lelah. Ingin rasanya aku lari sejauh mungkin, teriak di sebuah tempat dan tak ada seorangpun tau. Menangis di bawah derasnya hujan, untuk melepaskan semua beban yang dalam diri ini. Tuhan, begitu sempurnanya Engkau mendewasakan aku. Tapi, mengapa harus aku yang Engkau pilih. Sampai kapan aku harus berusaha tegar di balik kesedihanku ini. Tuhan ... begitu rumit skenario yang Engkau berikan untukku. Jika ini hanya mimpi burukku, tolong bangunkan aku dari mimpi buruk ini.

Ghendis menghapus air matanya dengan kasar. Dia tampak terisak. Saat sedang melamun, Alice masuk dengan mama Reni. Aksa yang meminta mereka segera datang. Untuk menghibur Ghendis.

"Mimi ...," teriak Alice.

Ghendis membalikan kursi rodanya mendengar suara panggilan Alice. Berusaha memberikan senyuman dan menghapus jejak air matanya. Namun, matanya yang merah dan bengkak tak bisa disembunyikan.

"Mimi nangis ...?" tanya Alice dengan suara khas anak-anaknya.

"Iya, Mimi nangis. Mimi kangen Alice," jawab Ghendis.

Alice langsung memeluk tubuh Ghendis. Gadis yang duduk di kursi roda itu mengecup pucuk kepala ponakan dan sekaligus anak sambungnya itu. Kembali air mata jatuh membasahi pipinya. Mama Reni hingga tak bisa berkata apa-apa. Dia tahu apa yang sedang gadis itu pikirkan.

"Mama tak akan mengatakan sabar dan ikhlas, karena mama tahu itu sulit. Mama telah merasakan kehilangan orang yang mama cintai. Mama hanya ingin katakan, menangislah, jika itu dapat mengurangi beban dan sesak di dada," ucap mama Reni.

Alice mendekati Mimi-nya itu. Dia menghapus air mata gadis itu.

"Maafkan aku, Ma. Aku tak pernah bermaksud berkhianat. Dicky tak salah. Aku yang memaksa dia untuk mengantarku," ucap Ghendis. Dia tak mau orang berpikir jelek tentang pria itu. Dia terlalu baik.

"Mama tak pernah menyalahkan kamu atau Dicky. Mama sudah tahu semuanya," ucap Mama Reni.

Kembali tangis Ghendis pecah. Dia tak tahu harus berkata apa lagi. Kepalanya rasa mau pecah. Apa lagi jika teringat peristiwa hari itu. Dia yang memaksa Dicky untuk menerobos lampu merah. Secara tidak langsung dia penyebab kematian pria itu, selalu itu yang ada dalam pikirannya.

"Sayang, apa kamu butuh psikolog untuk berbagi cerita? Atau jika kamu percaya dengan mama, mama juga siap mendengar semua masalah yang kamu pendam selama ini. Percayalah, seberat apa pun masalahmu akan menjadi ringan jika engkau berbagi dengan orang yang tepat," ucap Mama Reni.

...----------------...

1
Ma Malikha
cantik amat Gendhiiiis... 😍😍😍😍
cantik gini ko di jahatin to Aksaa..
awas yoo.. nanti bucin looh
Ma Malikha
aduuh mama Reni niih.. jago banget bikin kata-kata romantis... 😫😭😭😭😭
Ma Malikha
ko jahat Aksa...
Ma Malikha
aduuuuh.. bawang mahal mama Reniiiiii... 😫😫😫😫😫
Ma Malikha
Aaaaah.. banyak bawang nyaaa...
handuk mana hajduuuk😫😩😩😩😩😩
Ma Malikha
ikutan baca ya mama Reniiiiii... 😍😍😍😍😍
Ing
Chapter ini bgian nyesek bgt. Dibalut rasa bersalah, mental makin hancur & hilang asa hidup. Kehilangan org karna meninggal adl tdk bisa bertatap muka lg dikala rindu tdk bisa mendgr suaranya lg & tdk ada lg yg menentramkan hati ketika gundah gulana.
Cahaya Pasaribu
Buruk
Cahaya Pasaribu
Luar biasa
Umi Mutmainah
Lumayan
Umi Mutmainah
Biasa
salsa 5758
di saat hujan turun dengan derasnya
baca cerita Gendist ...
terasa semakin sakit di hati
salsa 5758
Gendhis kau membuatku menangis 😭😭😭😭😭😭😭
hatiku ikut sakit
rahma dhani
knp nyesek bnget c Thor😭😭 baca ny,mna alur cerita ny hampir mirip pula dengan cerita khidupan masa lalu ak sndiri😪😁
Titik Martiyah
thor...seingat aku cara penulisan nama .= gendhis........bukan ghendis...maaf ya thor..
Titik Martiyah
jack hrs kecewa...ternyata alice bukan darah dagingnya walau berhubungan badan berkali kali....mungkin jack mandul...
Agus Setiawati
Luar biasa
Dewa Rana
kadang bapak kadang mas
Dewa Rana
ternyata Aksa bukan lelaki yg baik
Dewa Rana
kalau sendirian bukan bersanding namanya Thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!