Setelah bereinkarnasi ke dunia lain, Klein memutuskan untuk merubah hidupnya. Sebagai seorang yang bekerja keras dalam belajar dan akhirnya menjadi pekerja kerah putih yang terus-terusan bekerja lembur sampai kematiannya, di kehidupan ini dia memutuskan-
Tidak akan bekerja dan hidup dengan santai!
Untungnya, Klein bereinkarnasi sebagai pangeran pertama dengan keluarga yang menyayanginya. Belum lagi, dia juga menunjukkan bakat sihir yang sangat luar biasa, langka di antara umat manusia.
Latar belakang hebat dan bakat super, bukankah itu cocok sebagai pahlawan atau semacamnya?
Bahkan jika itu benar, Klein tidak peduli. Dalam hatinya, hanya ada satu tekad yang selalu dia jaga.
‘Di kehidupan ini-‘
‘Aku hanya ingin bermalas-malasan!’
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kei L Wanderer, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Situasi Masing-masing
Tiga hari kemudian, di perbatasan Pyrenight Forest dan Snowdale Mountains.
Terlihat dua puluh lima sosok berjubah hitam dengan lambang sama di punggung mereka. Lambang itu adalah tiga pedang berwarna merah membentuk segitiga dan simbol ‘+’ di tengahnya.
Di antara mereka, ada lima orang yang berkumpul di tengah.
Pria jangkung kurus dengan mata cekung dan penampilan agak mengerikan menatap sekitar. Rambut panjang berwarna hitam acak-acakan membuatnya terlihat lebih suram.
“Kalian berempat, ingat untuk melakukan tugas ini dengan baik. Ini adalah tugas yang sangat penting,” ucap pria itu.
“Tenang saja, Bodoh. Bahkan jika anak-anak itu berbakat, paling banter mereka baru menembus level 4 kan? Kita sudah cukup untuk mengurus mereka. Selain itu, ada juga beberapa trik lainnya, bukan?”
Seorang pria berambut pirang seperti landak berkata dengan nada meremehkan. Penampilannya cukup ganas, khususnya bekas luka bakar di bagian kiri wajahnya.
“Yang perlu kita khawatirkan adalah para pengawas ujian. Ada beberapa orang kuat di antara mereka, jangan meremehkan mereka hanya karena levelmu cukup tinggi dan kamu seorang Mage, Elliott.” Pria sebelumnya menatap si pirang Elliott dengan ekspresi muram.
“Baiklah, Tuan Verner. Kali ini kamulah yang bertugas memimpin, jadi aku tidak akan protes,” balas Elliott dengan ekspresi meremehkan.
“Selain itu, ini juga merupakan kesempatan bagimu, Bell.” Verner menoleh ke arah sosok berjubah hitam yang agak pendek di antara lima orang itu. “Para petinggi sangat optimis dengan bakatmu. Jangan mengecewakan mereka.”
“Dimengerti.” Suara gadis yang dingin dan agak membosankan terdengar.
Mendengar itu, Verner mengangguk.
“Kalau begitu, bubar!”
Mendengar itu, orang-orang berjubah hitam segera menyebar ke segala arah.
...***
...
Sementara itu, di wilayah lingkaran dalam Pyrenight Forest.
Sosok berambut merah yang terlihat begitu mencolok melesat dengan kecepatan luar biasa, di tangan kanannya ada pedang yang dilapisi oleh api.
Sementara di tangan kirinya ada tongkat sihir tetapi ukurannya jauh lebih pendek daripada tongkat sihir normal, bahkan bagian bawahnya cukup runcing dan dapat digunakan untuk menusuk.
Ya. Dia adalah Arthur.
Pemuda itu bergegas ke arah beruang setinggi tiga meter dengan bulu tebal dan tanduk melengkung di kepalanya. Tubuh beruang itu sudah dipenuhi dengan luka, meraung murka ke arah para penyerangnya.
Cakar beruang itu berayun cepat, tetapi pemuda itu menghindarinya lalu menebas dua kali berbentuk silang. Sesaat kemudian, bekas luka muncul di bagian depan tubuh makhluk itu.
“Sekarang, Barbara!” teriak Arthur yang melompat ke belakang tubuh beruang itu.
“Frost Lance!”
Teriakan seorang gadis terdengar, disusul dengan suara membelah udara.
SWOOSH!
Tombak es langsung menembus tubuh beruang tersebut, bekas luka yang dibuat oleh Arthur langsung membeku. Sesaat kemudian, tubuh setinggi tiga meter jatuh ke tanah dengan keras.
Menepuk tubuh beruang yang telah kehilangan nyawanya, Arthur menatap ke arah teman-temannya yang terlihat kelelahan.
“Kerja bagus, Teman-teman.”
Mendengar itu, orang-orang saling memandang dan menyeringai. Tampaknya mereka cukup puas dengan perkembangan yang mereka dapatkan setelah bertarung bersama selama tiga hari.
Melihat anggota timnya, Arthur juga tersenyum.
‘Rekan-rekan ku jelas tidak lebih buruk darimu, Klein. Lihat saja!’
...***
...
Sementara itu, di sisi lain wilayah lingkaran dalam Pyrenight Forest.
BOOM!!
Tubuh ular sepanjang belasan meter jatuh ke tanah dengan keras. Di sekitarnya, terlihat bekas air serta beberapa percikan aliran listrik biru. Terlihat kalau ini adalah kombinasi dua sihir elemen air dan petir yang digunakan untuk membunuh makhluk itu.
Tidak jauh dari sana, tampak tiga Warrior yang memegang perisai dan pedang dengan ekspresi lelah. Meski begitu, mereka juga terlihat sangat puas.
Jauh di belakang, tampak pemuda dan gadis memegang tongkat. Mereka menyeka keringat, saling memandang lalu tersenyum.
“Kerja sama kita semakin membaik, Shane,” ucap gadis itu.
Mendengar itu, Shane tertawa. Dia mengangguk penuh semangat.
“Sudah aku katakan sebelumnya. Kita pasti akan membuktikan kalau warga sipil tidak akan kalah dengan bangsawan seperti mereka!” ucap Shane tegas.
Mendengar itu, ketiga Warrior juga mengangguk. Ekspresi mereka dipenuhi dengan tekad dan semangat juang.
Gadis cantik itu menatap ke arah Shane dengan mata coklat cerah miliknya, lalu tersenyum.
Awalnya Irene agak meragukan Shane, tetapi cukup terkesan dengan tekadnya untuk membuktikan bahwa warga sipil tidak kalah dengan bangsawan. Jadi dia bergabung dengan kelompok tetapi tidak banyak berharap.
Lagipula, rencana mereka mengumpulkan lima murid beasiswa gagal.
Hanya saja, siapa sangka mereka bisa mencapai sejauh ini meski anggota tim tidak selengkap yang seharusnya. Ini membuat Irene merasa kalau Shane mungkin benar.
Mereka bisa menunjukkan kalau warga sipil juga memilik bakat yang layak untuk diperhatikan!
...***
...
Sementara itu, di lapisan luar Pyrenight Forest.
“Yah, apa boleh buat. Aku setuju dengan ide itu,” ucap Klein enggan.
Awalnya Klein berencana untuk terus tinggal di lapisan luar hutan. Namun idenya sepertinya tidak cocok. Bukan hanya makhluk di sekitar telah mereka buru, tetapi tim lain sudah berpindah setidaknya ke lapisan tengah.
Sama sekali tidak ada yang tinggal di lapisan luar hutan seperti mereka!
“Kalau begitu segera kemas barang bawaan kalian,” ucap Rachel.
Gadis itu merasa lega. Jika Klein tidak setuju, mereka tidak bisa pindah karena tiga orang lainnya mendukung pemuda itu. Dia jelas kalah jumlah suara.
Luna dan Vlad mendukung karena mereka adalah pengikut Klein dan mengormatinya (meski Vlad belum menjadi pengikut resmi). Sedangkan Arianna jelas kagum dengan bakat aneh Klein dalam meningkatkan sihir, jadi juga mendukung segala ucapannya tanpa banyak berpikir.
Itu membuat Rachel sakit kepala!
Untung saja mereka juga memiliki hasil baik dalam tiga hari ini. Selain pertempuran pertama yang begitu memalukan, kerja sama tim jelas sangat meningkat dalam tiga hari ini.
Meski begitu, Rachel merasa agak disayangkan karena musuh di wilayah ini sangat lemah dan tidak bisa digunakan untuk mengukur batas mereka. Jadi perkembangannya terbatas.
Menurut ide Rachel, mereka akan menyusul ke lingkaran tengah hutan dan tinggal di sana selama tiga hari untuk berlatih, lalu hari terakhir menuju ke lingkaran dalam. Tentu saja, dia tidak mengatakannya kepada Klein.
Lagipula, Klein hanya mau pindah ke lingkaran tengah hutan karena tidak ada tim lain di lingkaran luar. Tidak hanya itu, selain menujukkan satu atau dua trik di malam pertama, pemuda itu benar-benar memainkan peran ‘pendukung’ selama tiga hari ini.
Rachel menjadi marah setiap kali memikirkannya.
Orang itu jelas-jelas memiliki bakat bagus dan pencapaian tinggi, tetapi benar-benar tidak ingin bekerja keras dan menjadi pemandu sorak di belakang sambil bermalas-malasan!
“Kita berangkat!” ucap Rachel.
“Baik!” Empat orang lainnya mengangguk.
Selesai mengemas semua barang bawaan mereka, Tim Klein bergegas menuju ke lingkaran tengah hutan.
Setelah berjalan cukup lama, mereka akhirnya mencapai lingkaran tengah hutan dengan aman. Mereka juga menemukan tempat cocok untuk mendirikan tenda.
Melihat sudah sore, mereka membagi tugas untuk mengumpulkan kayu bakar dan berburu. Ada juga dua orang berjaga di tenda untuk memastikan keamanan. Itu karena lingkaran tengah lebih berbahaya dari lingkaran luar, lebih baik tetap waspada.
Ketika senja tiba dan setiap anggota ingin memasak makan malam mereka, terjadi kejadian yang sama sekali tidak mereka duga.
Boom! Boom! Boom!
Melihat satu per satu, suar demi suar ditembakkan ke langit dalam jeda yang tidak begitu lama, kelima orang itu langsung merubah ekspresi mereka.
Klein sendiri mengerutkan kening, tidak bisa menahan diri untuk bergumam.
“Apa yang sebenarnya terjadi?”
>> Bersambung.