NovelToon NovelToon
Sekedar Menjadi Ibu Sambung

Sekedar Menjadi Ibu Sambung

Status: tamat
Genre:Tamat / Anak Genius / Beda Usia / Cinta Seiring Waktu / Menikah Karena Anak
Popularitas:3.4M
Nilai: 4.8
Nama Author: Mommy Ghina

“Kamu harus bertanggungjawab atas semua kelakuan kamu yang telah menghilangkan nyawa istriku. Kita akan menikah, tapi bukan menjadi suami istri yang sesungguhnya! Aku akan menikahimu sekedar menjadi ibu sambung Ezra, hanya itu saja! Dan jangan berharap aku mencintai kamu atau menganggap kamu sebagai istriku sepenuhnya!” sentak Fathi, tatapannya menghunus tajam hingga mampu merasuki relung hati Jihan.

Jihan sama sekali tidak menginginkan pernikahan yang seperti ini, impiannya menikah karena saling mencintai dan mengasihi, dan saling ingin memiliki serta memiliki mimpi yang sama untuk membangun mahligai rumah tangga yang SAMAWA.

“Om sangat jahat! Selalu saja tidak menerima takdir atas kematian Kak Embun, dan hanya karena saat itu Kak Embun ingin menjemputku lalu aku yang disalahkan! Aku juga kehilangan Kak Embun sebagai Kakak, bukan Om saja yang kehilangan Kak Embun seorang!” jawab Jihan dengan rasa yang amat menyesakkan di hatinya, ingin rasanya menangis tapi air matanya sudah habis.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Ghina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kembalilah Jihan!

Wanita yang memiliki rambut pendek sebahu melangkahkan kakinya perlahan-lahan, sorot netranya tampak menyedihkan, sepertinya habis menangis. Jihan tertegun melihat wanita yang sudah lama tidak bertemu.

Rasa rindu yang selama ini menumpuk menguar hingga netranya berembun.

“Kak Embun ... Jihan kangen,” ucap Jihan ketika wanita itu kini berdiri di hadapannya.

Wanita itu tersenyum hambar melihat Jihan, lantas gadis itu memeluk dirinya. “Jihan kangen sama Kak Embun.” Kembali lagi Jihan berkata di saat mendekap kakaknya.

 “Kakak juga rindu sama kamu, Jihan,” jawab Embun dengan suaranya begitu lembut, lalu mengurai pelukan Jihan.

Dengan netranya yang basah Jihan menatap Embun, tangan wanita itu pun terulur mengusap wajah adiknya.

“Kak Embun mau ajak Jihan pergi'kan?” tanya Jihan begitu lirihnya.

Wanita itu menggelengkan kepalanya pelan. “Kakak tidak akan mengajakmu pergi Jihan, justru Kakak datang ingin menjengukmu dan ingin bilang kalau kamu harus cepat sembuh. Tolong kembalilah, jaga anak Kakak satu-satunya,” mohon Embun dengan tatapan yang begitu menyedihkan.

“Tapi Kak—“

“Mas Fathi sebenarnya pria yang baik,” Embun menyela ucapan Jihan, lalu menundukkan kepalanya. “Kakak mohon maafkanlah, dan kembalilah Jihan, jangan tinggalkan Ezra seorang diri, hanya padamu Kakak percaya menitipkan Ezra bukan pada wanita lain,” lanjut kata Embun.

Jihan memalingkan netranya, melihat Fathi yang kini sedang dihentikan untuk tidak lagi membenturkan kepalanya ke besi yang ada di ranjang, sementara itu Mama Erina sudah tidak sadarkan diri dalam pelukan Papa Gibran, lalu tak lama Papa Gibran dibantu oleh salah satu perawat membawa Mama Erina keluar dari ruang observasi.

“Pak Fathi, mohon hentikan Pak ... cukup kepala Bapak sudah terluka,” seru salah satu perawat sembari menahan lengan Fathi dan berusaha menjauhkan dari tepi ranjang.

“Bangunlah Jihan! Aku minta maaf ... Aku menyesal!” teriak Fathi dalam tangisnya.

Embun ikutan menatap ke arah yang saat ini Jihan tatap. “Kakak tidak meminta kamu kembali untuk Mas Fathi, Kakak hanya minta kamu kembali untuk Ezra, hanya Ezra saja. Tolong Jihan kembalilah Ezra sedang menangis mencarimu,” mohon Embun.

Jihan mendesah panjang, lalu wajahnya kembali menatap kakaknya. “Om Fathi sangat mencintaimu Kak, dan sangat membenci Jihan karena kematian Kak Embun.”

Embun hanya bisa tersenyum simpul dan tidak bisa membalas ucapan Jihan, karena dia sangat tahu suaminya sangat mencintainya.

“Kalau Jihan kembali bisakah Kak Embun menjamin untuk memisahkan Jihan dengan Om Fathi?” Jihan bertanya dengan menatap dalam pada Embun, dengan segala harapan.

“Kak Embun bukan Tuhan, Jihan. Kak Embun tidak bisa memberikan jaminan apa-apa padamu, Kakak ke sini hanya ingin menyampaikan belum waktunya untuk kamu pergi, ada Ezra yang sangat membutuhkanmu serta ibu dan ayah kita, Jihan.”

Jihan terhenyak saat Embun menyebutkan ibu dan ayah, mengapa dia bisa sampai melupakan kedua orang tuanya!

“Orang tua kita masih membutuhkanmu, Jihan. Jangan pikirkan dan pedulikan Mas Fathi jika dia membencimu, pikirkanlah ibu dan ayah,” Embun kembali memohon pada adiknya.

Embun menyentuh tangan adiknya lalu menggiringnya ke ranjang di mana raga Jihan berada.

“Kembalilah! waktumu bukan sekarang Jihan. Jaga Ezra untuk Kakak, Kakak mohon padamu,” pinta Embun. Tanpa disadari terkesan Embun egois dan memaksakan keinginan pada adik satu-satunya.

Jihan menatap dirinya sendiri yang sudah mulai membiru, dan terdengar salah satu perawat menyebutkan jam kematian dirinya. Lalu beberapa perawat sudah mulai bergerak mencabut segala alat medis yang menempel ditubuhnya.

Tubuh Fathi yang merasa tak bertenaga dan seperti kapas jika kena angin bisa melayang ke udara, mencoba bangkit dari duduknya di lantai dibantu oleh dua orang perawat, langkah kakinya terseok, tangannya terulur untuk mengapai Jihan, netranya yang sudah memerah masih menitikkan air mata penyesalannya.

“Tega kamu, Jihan! Kamu ingin menyiksa aku seumur hidupku!” seru Fathi meluapkan segala rasa yang ada dihatinya, tangannya terulur menyentuh wajah Jihan yang sangat dingin sedingin es.

“Lakukanlah apa yang ingin Om Dokter inginkan jika itu membuat hati Om puas, tapi setelah ini izinkan Jihan untuk mati.”

Fathi memejamkan kedua netranya, kedua bahu kembali terguncang akibat gemuruh yang begitu menyayatkan di hatinya karena mengingat ucapan Jihan yang masih terngiang di telinganya, semuanya begitu cepat dan andaikan waktu bisa diulang kembali mungkin Fathi akan menahan dirinya untuk tidak terpancing emosi.

“Aku jahat! Aku telah membunuhmu!” teriak Fathi histeris.

Perawat yang ingin melepaskan alat yang menempel di dada Jihan, terpaksa menunda karena kedua tangan Fathi merengkuh tubuh Jihan dan memeluknya sekuat tenaganya.

“Kamu menang, Jihan! Kamu telah menyiksa hatiku,” ucap Fathi dengan suaranya yang bergetar, luka darah yang ada di keningnya mulai menetes mengenai rambut panjang Jihan yang terjuntai.

Jihan yang melihat adegan itu, mendadak pandangannya kabur lalu tubuhnya merasa ditarik. “Akh!” teriak Jihan. Embun menatap kepergian adiknya dengan senyum tipisnya.

Beberapa menit kemudian ...

Ada suara pelan yang terdengar dari monitor detak jantung Jihan.

“Dokter ... pasien detak jantungnya telah kembali!” seru salah satu perawat yang berdiri di mesin monitor tersebut. Sontak saja Fathi menarik wajahnya dari wajah Jihan, dan mencoba mendengar jelas suara tersebut, lalu bergegas jemarinya menyentuh bawah hidung Jihan kemudian turun ke tangan gadis itu untuk mengecek denyut nadinya.

Lantas, pria itu memeluk tubuh Jihan dengan eratnya, dan kembali menangis ... menangis karena jantung Jihan kembali berdegup.

Para perawat yang sejak tadi merinding dibuat bernapas lega. Apa yang sedang dialami oleh Jihan, bisa dikatakan mati suri, akan tetapi dalam dunia medis disebut sebagai lazarus syndrome atau autoresuscitation. Seseorang yang mengalami peristiwa ini tidak benar-benar mati, hanya saja ada respon yang tertunda setelah prosedur cardiopulmonary resuscitation (CPR).

...----------------...

Satu jam kemudian ...

Malam semakin larut, kedua orang tua Fathi bernafas lega setelah dapat kabar jika jantung Jihan sudah kembali berdetak dan saat ini dalam pantauan yang super ketat. Dan malam ini juga kedua orang tua Fathi menginap di rumah sakit, kebetulan memang ada ruang istirahat milik Papa Gibran.

 Fathi dengan kondisi kepalanya yang sudah diperban, dia kembali masuk ke ruang observasi dan meminta perawat jaga untuk keluar dan beristirahat, lalu mengatakan dia yang akan stand by di ruang Jihan. Irama detak jantung gadis itu sudah kembali stabil, namun sayangnya netra Jihan masih terpejamkan.

Pria itu menarik kursi dan meletakkan di sisi ranjang Jihan, lalu duduk di sana. Raut wajahnya terlihat sembab, ada luka lebam bekas dihajar papanya dan rasa lelahnya juga tampak.

Fathi menatap dalam wajah Jihan walau pucat tetap cantik. “Terima kasih sudah mau kembali Jihan, semoga kamu cepat sadar dan mau menerima maaf ku,” gumam Fathi, dia agak mencondongkan dirinya ke wajah Jihan, lalu mengecup wajah istrinya.

“Jangan tinggalkan aku lagi,” bisik Fathi.

Bersambung ... ✍🏻

1
♡ Sachi_ Kapuet ♡
baru baca
Luh Gede Ika Jayanti
Luar biasa
Bunda
Ijin baca kak🙏🏻
Runik Runma
mantap
tesha melati
Luar biasa
Runik Runma
dasar Kinan perempuan
Runik Runma
akhirnya
Runik Runma
seru
Alfi Wang
Luar biasa
Ila Lee
jgn fathi benci nanti jatuh cinta sama Jihan ya selalunya begitu
Lina Yulianti
karya yg sangat menginsipirasi thor bnyk pesam yg dpt kita ambil dr novel ini. tapi sayang ceritanya udahan kurang banyak bab nya thor. supapya tambah menarik
Yani Mulyani
Biasa
Yani Mulyani
Kecewa
Ahmad abdul Hakim
Lumayan
Endah Lestary
Luar biasa
Achie Asmara
Tidak bertele-tele ceritanya juga mengalir membuat pembaca terbawa arus 🫰🫰
suryani duriah
Luar biasa
maria handayani
/Shy/
Idewa Ayu
koq gk ada d app NT aku.. mommy.. 😭😭😭 gk nemuin nyaa
Lina A.: adanya di aplikasi f1zz0 Kak
total 1 replies
Udur Pane
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!