Dominic seorang pemimpin pasukan bayaran yang dijuluki 'Pasukan Penjagal' terpaksa harus mencari keberadaan seorang puteri kerajaan yang hilang. Awalnya Dominic dan pasukannya menyerah karena tidak berhasil menemukan puteri tersebut. Tapi di tengah petualangannya tanpa sengaja ia menemukan sesuatu diluar dugaannya.
Apakah yang terjadi?
Mampukan Dominic menemukan puteri yang hilang dan apa yang akan terjadi selanjutnya di perjalanan Dominic?
Yuk simak kisahnya....
Warning! Cuma buat yang Dewasa aja yah...yang masih bocil mending Skip ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yurika23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30
Di Hutan
Dominic langsung masuk kedalam kamar Luvi dan mendapati gadis itu terbaring di ranjang mungilnya.
“Luppy, aku lupa memerintahkan Ar- ... Apa kau lapar? Luppy …Luppy bangun, ayolah!” Dominic memukul-mukul pipi Luvi dan gadis itu belum juga bangun.
Dominic duduk di kursi kecil sebelah ranjang.
Tersirat kekhawatiran di wajah Dominic. Pria itu takut Luvi pingsan karena dikurung seharian.
“Apa kau tidak memberinya makan?” tanya Dominic pada Ardon.
“Aku sudah membawakannya Tuan, tapi dia tidak mau. Lihatlah, dia belum memakannya” Ardon menunjuk roti yang masih utuh berada di piring kaleng.
Ardon yang berada di belakang Dominic ikut melihat keadaan Luvi. “Apa dia baik-baik saja Tuan? Apa dia pingsan?” tanya Ardon yang juga khawatir.
“Iya, sepertinya dia pingsan. Sepertinya aku harus membantunya bernafas, kau tahu kan Ardon, aku akan menambahkan nafas untuknya agar paru-parunya mendapat udara. Itu katanya bisa membangunkan orang pingsan” ujar Dominic.
“Ah, ya! aku tahu Tuan. Seperti menolong orang yang tenggelam, kan?”
“Ya, kau benar. Aku tahu caranya. Hanya merapatkan mulutku dengan mulutnya lalu aku menghembuskan udara untuknya” ujar Dominic seolah ada maksud di benaknya.
Dominic kemudian mendekatkan wajahnya kearah wajah Luvi.
Semakin dekat … dan semakin dekat …
Dominic memencet hidung Luvi dan membuka mulut gadis itu, tiba-tiba …
“Aaa! Tidak tidak! Aku sudah bangun! Aku tidak pingsan Tuan!” Luvi spontan berteriak.
Dominic menurunkan bahunya sambil menghela nafas. “Kau menipuku ya gadis kecil”
Luvi bangkit dari tidurnya dan duduk tegak di ranjangnya. “Maaf …” senyum kecil menyungging di wajah Luvi.
“Aaww!”
Dominic memukul kepala Luvi pelan dengan ujung belatinya “Awas kalau kau menipu orang dewasa lagi” ucap Dominic.
“Iya, iya. Tapi aku lapar Tuan”
Dominic mengelus kasar rambut Luvi. Kemudian ia bangkit dan mengambil roti di piring. “Makanlah! Roti ini sudah kering. Salahmu sendiri” omel Dominic.
“Tapi kenapa anda harus mengurungku disini Tuan?”
“Aku tidak mau kau jadi tontonan anak buah si Borgy. Kalau masih lapar, di bawah ada makanan, turunlah.”
Dua hari berlalu, di pagi yang dingin ….
Seorang anak buah Dominic membawa sebuah kertas kedalam kedai. “Dimana Tuan Dom?” tanyanya pada pria lain disana.
Sebentar lagi juga dia keluar.
Dominic menuruni anak tangga kemudian duduk di depan meja pesanan. “Hack, minuman” perintahnya.
Si pria pembawa kertas menghampiri Dominic dan duduk kursi sebelahnya.
“Tuan Dom. Ada pekerjaan bagus untuk kita. Ini bukan dari Guild, tapi dari petinggi Kerajaan. Lihatlah Tuan, kau pasti menyukai pekerjaan ini” pria itu menunjukan secarik kertas yang sedari tadi dibawanya.
Kepala Dominic menyamping melihat tulisan di kertas itu serius kemudian ia mengambilnya.
Perburuan Makhluk buas di hutan Black Ark.
Hadiah sebesar lima peti besar Koin Emas
“Ini hanya perburuan biasa. Di Guild milik Gill yang seperti ini biasanya hanya mendapat 1000 atau 1500 Koin Emas. Kenapa disini banyak sekali hadiahnya?” selidik Dominic heran.
“Ya Tuan, karena makhluk buas yang diburu akan dihadiahkan untuk Putera Mahkota Pangeran Kerajaan Vastleyn”
“Apa-apaan Putera mahkota itu ingin memelihara makhluk buas” dengus Dominic setengah heran.
“Jadi bagaimana Tuan? apa kau bersedia?”
“Baiklah. Besok pagi kita berangkat. Bilang pada yang lain untuk mempersiapkan peralatan” perintah Dominic.
* * *
Pagi yang bersinar hangat,
Di kedalaman hutan Black Ark. Dominic dan pasukannya mulai siap-siap memburu makhluk yang akan dijadikan hadiah untuk Putera Mahkota.
“Ingat, anak-anak!. Jangan sampai makhluk itu mati!” pesan Dominic sebelum memulai perburuannya.
“Tuan, apa tidak memperlambat jalan kita jika membawa Luvi?” seorang bawahan Dominic setengah berbisik pada Tuannya.
“Mau bagaimana lagi. Gadis keras kepala itu memang susah diatur!” gerutu Dominic pada bawahannya.
Ingatan Dominic sekilas terlintas kembali ketika akan berangkat dari depan kedai …
“Tuan, apa kau tega meninggalkanku beberapa pekan di kedai?” rengek Luvi yang minta ikut dalam perjalanan.
“Aku akan menyuruh Ardon, Broody dan dua lainnya untuk menjagamu” bujuk Dominic.
“Tidak mau!”
“Terserah!”
“Barangkali aku bisa bermanfaat Tuan. Aku bisa mengetahui tanaman racun, aku bisa memasak untuk kalian, aku bi-”
“Aku bilang tidak!. Tetaplah disini sampai kami pulang!” tolak Dominic pada Luvi sambil membereskan barang bawaannya.
Baru lima langkah Dominic dan rombongan akan pergi, terdengar raungan tangisan keras di depan kedai.
Sontak para penduduk disana memperhatikan dan bertanya-tanya.
Dominic yang gemas membalikan tubuhnya lalu menghampiri Luvi. Pria itu menutup mulut Luvi dengan tangan kekarnya agar tak bersuara.
“Gadis bodoh! Mereka pikir aku menyakitimu! Diam dan masuk kedalam kedai!” perintahnya.
“Awww! Akh sial!” pekik Dominic sambil mengibas tangannya yang perih, membuat anak buahnya justru tertawa tertahan sambil pura-pura bodoh.
Luvi mengigit keras jemari Dominic hingga pria itu melepaskan tangannya dari mulut Luvi.
“Apa-apan ka-”
Luvi dengan sekejap mata mengambil belati dari saku pinggang Dominic. “Baik, jika kau pergi dan tidak mengajakku, aku akan bunuh diri di dalam kedai menggunakan belatimu!” ancam Luvi membuat Dominic kuwalahan.
Dominic memandang Luvi dengan tatapan kesal sekaligus pasrah. ‘Menyusahkan saja!’ Ia memutar bola matanya sambil mendengus nafas.
Dominic merampas kasar belati miliknya dari jemari Luvi. “Baik! Terserah kau sajalah!. Dasar keras kepala!” pria itu berlalu melangkah ke kudanya. “Axon! Kau urus dia!”
Di dalam hutan mereka terus mencari keberadaan makhluk buas yang akan di buru. Namun sampai hampir menjelang malam, makhluk itu tak kunjung mereka dapati keberadaannya.
Sampai akhirnya terpaksa mereka bermalam di dalam hutan. Bawahan Dominic sibuk memasang tenda. Sebagian lagi mencari ranting untuk kayu bakar. Sedangkan Luvi tengah menyiapkan makan malam untuk mereka, sup bubur kacang merah, menu makan malam para pria itu.
Di malam yang gelap dan dingin, cahaya penerangan mereka hanyalan api unggun yang menyala jingga.
‘Hey, mana buah Bit-ku. Seingatku aku menaruhnya didalam sini” gumam Luvi pada dirinya sendiri sambil merogoh tas anyaman miliknya yang agak besar.
“Paman apa kau melihat buah Bit yang ada di tasku?” tanya Luvi pada pria disana.
“Tidak” jawab salah satu dari mereka.
“Mungkin Tuan Dom yang membereskannya” ucap Broody yang tengah mengais kayu bakar dibawah api unggun.
Luvi langsung beranjak menemui Dominic yang tengah santai setengah tiduran dengan sebelah tangan dibelakang kepalanya, dan tangan yang lain menggenggam roti kering yang sudah sedikit mengeras.
“Tuan, apa kau melihat buah Bit di dalam tasku?” tanya Luvi sambil berdir.
“Ya, aku lihat”
“Lalu kau taruh dimana?”
“Aku buang” jawab Dominic santai.
“Kau apakan?!”
“Aku sudah membuangnya. Buah itu tidak berguna, membuat berat saja”
Serta merta Luvi menghampiri posisi santai Dominic,
Bugh!
Bugh!
Kemudian gadis itu memukul bertubi-tubi ke arah Dominic menggunakan kantung bawaan yang berisi pakaian mereka yang tadi menjadi bantal sanggahan kepala pria itu.
Semangat berkarya.
Berkah&sukses selalu.