"Biarkan sejenak aku bersandar padamu dalam hujan badai dan mati lampu ini. Aku tidak tahu apa yang ada dalam hatiku, aku hanya ingin memelukmu ..."
Kata-kata itu masih terngiang dalam ingatan. Bagaimana bisa, seorang Tuan Muda Arogan dan sombong memberikan hatinya untuk seorang pelayan rendah seperti dirinya? Namun takdirnya adalah melahirkan pewarisnya, meskipun cintanya penuh rintangan dan cobaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Susi Ana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Nona Tercinta Elisabeth Eiger
Sebuah nama yang sangat cantik. Dimiliki oleh seorang gadis berparas peri yang kini usianya menginjak 20 tahun. Tragedi lima tahun yang lalu, ketika gadis cantik itu diculik oleh musuh papinya, yaitu Tuan Vengsier Eiger. Putra Bibi Chan yang kala itu baru berusia 17 belas tahun, nekat menyelamatkan gadis itu seorang diri.
Sebuah nama yang sanggup memporak-porandakan hati Bibi Chan. Elisabeth Eiger sang putri tunggal Tuan Vengsier Eiger. Kisah cinta Bibi Chan dan Tuan Vengsier Eiger sangat kelam. Karena sebuah pengkhianatan dilakukan oleh Tuan Vengsier Eiger.
Ketika Bibi Chan hamil di luar nikah dari benih cinta Tuan Vengsier Eiger dengannya, Tuan Vengsier Eiger mengkhianati nya. Janji untuk menikahinya hanya di mulut saja. Demi ambisi untuk menguasai sebuah Organisasi Terbesar di Kota S, Tuan Vengsier Eiger mengkhianati nya dengan menikahi seorang wanita cantik, blasteran Turki-Suriah. Yang merupakan putri kesayangan Pimpinan Mafia Terbesar saaitu.Wanita itu bernama Eugenia Rosario. Dengan berat hati, Bibi Chan mengikhlaskan nya.
"Elisabeth Eiger akan kembali?"
Bibir Bibi Chan gemetaran dengan mata sembab penuh air mata. Pikiran tentang Tiger Ba, sedikit terlupakan. Kini hati dan pikirannya tertuju pada gadis cantik berwajah peri yang menjadi permata hatinya. Menggantikan putranya, yang meninggal karena memenyelamatkan nyawanya.
"Ya, Chan Shu. Nona mu akan kembali."
Setelah beberapa jam berlalu, akhirnya Sang Penguasa yang duduk di singgasana nya itu bersuara. Dengan nada santai, sambil duduk menopang pelipis nya dengan tangan kanannya. Tuan Vengsier Eiger menatap teduh ke arah Bibi Chan. Golden Armando hanya diam memperhatikan keduanya yang saling bertatapan.
"Inikah caramu untuk menghiburku, Veng?! Kau datangkan nona ku, ketika dirimu telah membuatku kecewa?! Hah!?"
Tatapan sembab yang penuh air mata itu, berubah dengan tatapan tajam penuh kemarahan. Ada api berkobar dalam mata wanita setengah baya itu. Golden Armando berdiri dari duduknya dan menghampiri adik seperguruannya yang dilanda kemarahan.
"Tenangkan dirimu, Chan Shu. Bukan Veng yang menyuruh Elisabeth kembali. Tapi aku!"
Lagi-lagi, Tuan Vengsier Eiger hanya diam. Beliau tidak ingin meladeni kejengkelan wanita yang begitu dicintainya hingga kini. Meskipun istrinya, Eugenia Rosario adalah istri sahnya yang sudah melahirkan putri semata wayangnya.... Elisabeth Eiger. Hatinya tidak pernah berubah.
Sampai mati pun, Eugenia Rosario tidak pernah mendapatkan hatinya. Sebuah pernikahan politik sudah menjadi takdirnya. Saat melahirkan itulah, Eugenia Rosario meninggal. Dan Bibi Chan yang merupakan wanita yang sangat dicintai oleh suaminya, dia jadikan ibu asuh dan merawat bayinya.
"Jadi, bukan Veng yang menyuruh nona ku kembali? Tapi kau? Untuk apa??"
Bibi Chan langsung melunak begitu mendengar ucapan yang tenang dan serius dari mulut kakak seperguruannya, yaitu Golden Armando. Tuan Vengsier Eiger hanya diam dan menjadi penonton bagi percakapan dua orang adik-kakak seperguruan itu. Tatapan marah pun berubah menjadi teduh dan rasa penasaran.
Bibi Chan tahu, kakak seperguruannya itu bukan orang yang punya banyak waktu untuk traveling. Karena dia adalah Sang Penguasa Dunia Mafia Terbesar di Negara W. Jika sampai menyuruh nona nya kembali ke Kota S, pasti ada hal yang penting terjadi.
"Ya, Chan Shu. Putraku Rodrigo Alfabama Armando akan kujodohkan dengan Elisabeth Eiger! Itulah tujuanku kemari."
Jawaban tegas dan tatapan penuh makna, terlihat pada mata biru Tuan Golden Armando. Sekali lagi, Bibi Chan menganga tak percaya. Perjodohan politik dan kekuasaan terulang lagi. Bibi Chan menatap ke Tuannya yang duduk tenang dan santai di singgasana nya. Hanya diam dan menyimak percakapan mereka berdua.
"Apa itu benar, Tuan ku?"
Pertanyaan Bibi Chan terkesan formal dan sopan. Panggilannya pun kembali ke semula. Tidak lagi memanggilnya dengan nada kemarahan dan hanya sepenggal nama saja "Veng".
"Semua kuserahkan pada mereka berdua. Kau tahu sendiri, Chan Shu. Elisabeth sangat membenciku! Dia lebih menyayangi mu dari pada diriku. Apa jadinya bila aku memaksa dia??"
Jawaban tenang namun tersirat kesedihan ditunjukkan oleh Tuan Vengsier Eiger. Bibi Chan pun langsung paham. Dia ingin, nona nya bisa menemukan cintanya sendiri. Saat itulah, pikiran tentang Tiger Ba kembali dalam ingatannya. Dan Bibi Chan dengan sepontan bertanya.
"Kau kirim kemana, Tiger Ba!?"
Nada Bibi Chan tidak sabaran. Dia ingin sekali langsung mendapat penjelasan dari Tuannya. Lagi-lagi, hanya Tiger Ba yang mampu mengacak-acak emosi wanita setengah baya dihadapannya itu. Hal itu membuat Tuan Vengsier Eiger semakin muak dan ingin secepatnya menyingkirkan pemuda bertampang Spanyol tersebut.
"Tiger Ba menjalankan misi yang sudah kuberikan. Dia sendiri yang bersedia menjalankan misi itu. Kenapa?"
Jawaban Tuan Vengsier Eiger terkesan acuh dan menyembunyikan rasa bencinya. Tuan Golden Armando pun menangkap mimik itu pada wajah pria kejam yang diktaktor di sampingnya.
"Jadi? Sudah Tuan ku putuskan, tidak akan mengabulkan permohonan ku? Baiklah, apa yang sudah kukatakan tidak mungkin kutarik kembali. Jika sesuatu yang buruk terjadi pada Tiger Ba, maka aku akan bunuh diri di hadapanmu!!"
Kata-kata Bibi Chan sangat serius. Ucapan itu tidak main-main. Setelah bicara begitu, tanpa permisi. Bibi Chan langsung bergegas meninggalkan ruangan yang penuh formasi bela diri. Tiger Hou dan kawan-kawan langsung menghalangi dengan kungfunya. Namun Bibi Chan tidak segan-segan lagi meladeni mereka.
Terjadilah adu kungfu sebentar di ruangan itu. Jika Tuan Golden Armando tidak turun tangan mencegah Tiger Hou dan kawan-kawan mengeroyok Bibi Chan, pertarungan itu pasti berlanjut dan Bibi Chan pasti kalah.
"Pergilah Chan Shu! Biar aku yang tangani!"
Dengan satu gerakan yang muncul dari kekuatan tubuh Tuan Golden Armando, Tiger Hou dan kawan-kawan langsung mundur tanpa menunggu aba-aba dari Tuannya. Tiger Hou tahu, siapa itu pria tampan yang tinggi dengan wajah khas Mexico yang memasang kuda-kuda di tengah-tengah mereka. Tiger Hou begitu menghormati Beliau. Mana mungkin dia berani melawan?
"Bagaimana jika melawanku, Golden Armando? Sejak kemaren, emosiku begitu labil. Dan aku ingin melampiaskan pada seseorang....ayo, kita bertarung!!"
Tiba-tiba Tuan Vengsier Eiger turun dari singgasana nya, dan melangkah mendekati arena. Semua anak buahnya ternganga tak percaya. Mereka sudah bisa membayangkan bagaimana hasil pertarungan dari dua penguasa besar itu.
"Boleh. Jangan di sini. Kita keluar dan mencari tempat yang leluasa untuk bertarung."
Balas Tuan Golden Armando sambil tersenyum simpul. Dengan langkah santai, sambil kedua tangannya ditaruh ke belakang...beliau keluar dari ruangan itu. Tuan Vengsier Eiger yang merupakan Tuan Rumah, aura nya kalah berwibawa. Tuan Golden Armando terus melangkah menyusuri lorong demi lorong agar sampai di pintu utama yang menghubungkan halaman luas yang biasa digunakan untuk anak buah Tuan Vengsier Eiger berlatih bela diri.
Semua yang tahu akan terjadi pertarungan besar antar dua Bos Mafia, langsung berbondong-bondong menuju tempat pertarungan. Dalam hati Tuan Vengsier Eiger agak khawatir. Karena bawahan nomer satunya sedang tidak bersamanya. Jika sahabatnya ini lupa diri, Beliau pasti kalah telak dan akan dipermalukan di depan semua anak buahnya.
Pertarungan dua Bos Mafia beritanya menggemparkan seisi Benteng Raksasa itu. Semua orang ingin menyaksikan pertarungan itu. Dari tukang masak sampai tukang kebun, hari itu semua menghentikan pekerjaannya. Sementara Handrille Versiger berjuang menyelamatkan nyawa Tiger Ba yang berada diujung maut.