The Unloved Queen'S Revenge

Da Eun tentu senang saat kasim Nam memberitahukannya bahwa Ia akan diajak yang mulia raja untuk ikut dalam perjalanan keluar istana kali ini. Da Eun segera mencari Boram. namun dari semalam Boram sama sekali tidak terlihat. Da Eun kemudian berjalan menuju tempat para dayang. Dayang-dayang yang melihat nya langsung memberi hormat.

" Dimana Boram. Apa kalian ada melihatnya?"

"Ampun yang mulia Selir utama Bin, Boram sedang sakit. Tubuhnya telihat ada bintik-bintik merah. Semalam ia berkata ingin menjenguk ayahnya yang sakit. Mungkin Boram tertular oleh ayahnya."

Da Eun membuang nafasnya kasar. Ia tidak bisa emmbawa Boram jika memang gadis itu sakit. Akhirnya ia meminta Minji untuk melayaninya. Minji yang biasanya juga melayani Da Eun tentu tidak keberatan. Menjadi dayang dari selir utama sebenarnya merupakan hal yang baik bagi mereka. Mereka akan lebih dihargai oleh dayang-dayang lain. Terlebih jika bisa melayani ratu, itu benar-benar akan berada di kedudukan yang lumayan tinggi.

Di kamarnya Boram tersenyum lebar. Ia akhirnya terbebas dari tugas melayani Da Eun untuk pergi ke wilayah Ding.

Boram saja tahu jika kunjungan raja kali ini adalah untuk memecahkan masalah banjir di negara itu. Bukannya untuk sekedar kunjungan biasa. Tapi entah Da Eun mengerti atau tidak, Boram tidak peduli.

" Terserah, yang penting aku tidak ikut ke sana. Aku yakin di sana pasti sangat kacau. Selir itu meskipun berasal dari desa bukan berarti dia bisa melakukan apapun dengan baik. Dia tak ubahnya gadis manja. Di depan yang mulai saja dia berpura-pura sebagai seorang wanita yang anggun."

Boram menggerutu. Mengikuti Da Eun selama dua tahun ini membuat gadis itu harus bekerja keras. Menjadi selir utama membuat Da Eun benar-benar sesukanya sendiri. Tak jarang ia memandang rendah selir lain. Padahal jika dilihat, selir lain bahkan memiliki latar belakang dan pendidikan yang lebih baik dari pada Da Eun.

🍀🍀🍀

Minji kini yang mengurus semua keperluan Da Eun. Da Eun merasa berada di atas awan kali ini. ia bahkan mengenakan pakaian terbaiknya untuk perjalanan hari ini.

Ternyata semua sudah menunggu di gerbang istana. Wool terkekeh pelan saat melihat tampilan Da Eun. Namun sebisa mungkin ia menahan tawanya agar tidka meledak. Ia tidak boleh terlihat mengejek.

" Pertunjukan pertama di mulai," gumam Wool pelan tapi masih bisa didengar oleh Dasom dan Kasim Ho. Kedua anak buah Wool pun tertawa sambil saling pandang melihat Da Eun.

" Selir Utama, apakah selir tidak tahu jika kita akan pergi ke daerah bencana bukannya untuk kunjungan wisata. Mengapa selir berpakaian seperti ini. Ini seperti kita tidak bersimpati dengan para warga korban bencana," ucap Kasim Nam.

Glek

Da Eun menelan saliva nya dengan susah payah. Ia tentu tidak tahu dengan maksud dan tujuan kunjungan kali ini. Sungguh Da Eun sangat malu. Terlebih Hyeon terlihat acuh dengan apa yang terjadi. Bahkan Hyeon tidak melihat ke arah da Eun.

" Maaf, Maaf yang mulia. Saya akan berganti terlebih dahulu," ucap Da Eun gugup.

" Iya yang mulia, Selir Da Eun mungkin belum tahu tujuan Anda keluar istana kali ini. Seharusnya Kasim Nam memberitahu selir utama bukan begitu Kasin Nam?"

Kasim Nam hanya tersenyum dan mengangguk mendengar ucapan ratunya itu. Da Eun benar-benar tidak bisa berkutik kali ini. Dengan rasa malu, wanita itu berjalan cepat untuk mengganti pakaiannya.

" Anda hebat ratu, anda bisa membuat selir Da Eun tidak berkutik di hadapan yang mulia," monolog Kasim Nam dalam hati.

Sedangkan Hyeon hanya menggelengkan kepalanya pelan. Ia sunggu tidak menyangka bahwa Da Eun sama sekali tidak tahu tujuan kepergian mereka kali ini. Pria itu memebuang nafasnya dengan kasar. Sejenak ia membandingkan Da Eun dengan Eool.

Tak berselang lama, Da Eun bersama dengan Minji sudah kembali ke gerbang istana. Wanita itu tetap berusaha mengangkat kepalanya, mengacuhkan tatapan orang kepadanya. Akan tetapi hal tersebut tidak berlangsung lama karena ia merasa kecewa saat mengetahu bahwa dirinya tidak berada dalam satu kereta dengan Hyeon.

Meledaklah tawa Dasom dan Kasim Ho, sedangkan Kasim Nam berusaha menahan tawanya. Mereka sungguh merasa ini adalah hiburan cuma-cuma yang bisa mengocok perut mereka.

" Ini belum seberapa, kita lihat saja dan tunggu cerita apa yang akan kita dengar nanti."

Rombongan istana tersebut mulai berangkat meninggalkan istana. Da Eun yang berada di kereta terpisah dengan Hyeon tentu saja sangat kesal. Kesempatannya berduaan dengan Hyeon akhirnya pupus sudah. Perjalanan yang ia harapkan indah dan menyenangkan menjadi begitu membosankan.

Sedangkan Hyeon, sungguh ia merasa kecewa. Entah mengapa ia lebih memilih Wool yang ikut bersamanya dari pada Da Eun. Bersama Wool, Hyeon bisa berbicara banyak hal dan bertukar pikiran.

" Huuuftt, andaikan yang di sini adalah ratu ku. Mungkin perjalanan kali ini tidak akan membosankan."

Dae Jung tentu terkejut dengan gumaman rajanya itu. Dalam hati Dae Jun bertanya apakah rajanya mulai menaruh perhatian terhadap ratu. Tetapi jika benar adanya, maka Dae Jung pasti akan senang.

Pria itu pun menilai bahwa Wool lebih pantas mendampingi Hyeon ketimbang Da Eun. Ini bukan karena asal muasal keduanya. Akan tetapi sikap yang ditunjukkan. Da Eun terlihat sebagai wanita uang ambisius yang berusaha menguasai Hyeon seorang diri.

" Lalu mengapa yang mulia tidak berusaha mengajak ratu untuk ikut?"

" Haaah, dia sepertinya terlihat marah kepadaku. Entah karena apa tapi raut wajahnya seperti itu."

Dae Jung memicingkan sebelah matanya. Ia sungguh tidak mengerti apa yang dikatakan oleh Hyeon. Pada akhirnya ia memilih diam membiarkan Hyeon berkelana dengan pikirannya sendiri.

Jika Hyeon tengah bingung dengan pikirannya dan Da Eun kesal karena tidak bisa satu kereta dengan raja, maka saat ini Gyeo Wool tengah menikmati harinya bersama 10 selir lainnya di aula harem. Ia membuat acara makan bersama di sana.

Para selir pun menyambut gembira apa yang dilakukan oleh ratu mereka.

" Baru kali ini kami merasa begitu lepas untuk berkumpul," ucap salah satu selir.

Ya sebelum Wool masuk ke istana, para selir tersebut tidka bisa sembarangan berkeliaran di harem. Hanya saat-saat tertentu saja mereka bisa keluar dari kediaman.

" Kalian semua masih ingat kan apa yang jadi aturan ku? Kalian wajib setiap hari memberi salam kepadaku, dengan begitu maka kalian bebas juga untuk mengunjungi semua tempat kecuali ruang baca milikku. Dan kalian juga wajib memberi salma kepada yang mulia raja jika beliau tengah berada di harem."

" Kami mengerti yang mulia ratu."

TBC