NovelToon NovelToon
Kala Cinta Menggoda

Kala Cinta Menggoda

Status: tamat
Genre:Komedi / Tamat / Cintamanis / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:12.3M
Nilai: 5
Nama Author: Me Nia

Putri Kirana

Terbiasa hidup dalam kesederhanaan dan menjadi tulang punggung keluarga, membuatnya menjadi sosok gadis yang mandiri dan dewasa. Tak ada waktu untuk cinta. Ia harus fokus membantu ibu. Ada tiga adiknya yang masih sekolah dan butuh perhatiannya.

"Put, aku gak bisa menunggumu tanpa kepastian." Satu persatu pria yang menyukainya menyerah karena Puput tidak jua membuka hati. Hingga hadirnya sosok pria yang perlahan merubah hari dan suasana hati. Kesal, benci, sebal, dan entah rasa apa lagi yang hinggap.

Rama Adyatama

Ia gamang untuk melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan mengingat sikap tunangannya yang manja dan childish. Sangat jauh dari kriteria calon istri yang didambakannya. Menjadi mantap untuk mengakhiri hubungan usai bertemu gadis cuek yang membuat hati dan pikirannya terpaut. Dan ia akan berjuang untuk menyentuh hati gadis itu.

Kala Cinta Menggoda

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. Tragedi Pagi

Hari ini menjadi hari yang penting. Akan ada briefing yang dipimpin langsung owner RPA. Pak Hendra bahkan mewanti-wanti harus dandan yang cantik segala. Menggelikan, pikir Puput tersenyum sendiri.

Tapi penasaran juga. Seperti apa sih sosoknya. Dua tahun bekerja di sana sama sekali belum pernah melihat wajah sang owner. Pun tidak ada foto terpajang. Pikiran gadis cantik itu menebak-nebak.

Puput menatap pantulan dirinya di cermin. Semuanya sudah nampak rapih dari ujung rambut sampai ujung kaki. Rambut hitam panjangnya diikat ekor kuda selama berkendara, akan digerai dengan memakai jepit saat tiba di kantor. Blazer warna coklat susu senada warna kulot, dikenakan menutup kemeja putih tangan pendek yang membalut tubuh rampingnya. Merias wajah seperti biasanya, make up natural ditambah polesan lipstik warna peach menambah cerah wajah gadis berkulit putih itu. Ini menjadi riasan kesehariannya yang anti ribet.

Keluar dari kamar, bergabung dengan sang ibu dan ketiga adiknya di meja makan untuk sarapan. Harum nasi goreng buatan Ibu menggoda untuk segera dicicipi. Ibu selalu bangun lebih awal jam 3 dinihari setiap harinya untuk memasak menu yang akan didagangkan. Dan Puput serta Aul akan turun ke dapur membantu selepas shalat subuh.

"Bu, Teteh mau berhenti jadi pelatih." Setelah dipikirkan masak-masak semalam, Puput berniat mundur menjadi pelatih silat di padepokan. Bukan tanpa alasan, ia mendapat inspirasi untuk mengembangkan usaha kuliner ibunya. Melihat order yang terus-terusan mengalir, terpikirkan untuk menghandle dan mengembangkan lebih serius.

"Kenapa pengen berhenti?" Ibu menatapnya dengan kening mengkerut.

"Minggu besok kan teteh harus nganter pesanan Bu Hendra. Kan bentrok sama jadwal ke padepokan. Lagian teteh ada niat mau ngembangin usaha kuliner Ibu." Puput menyampaikan alasannya. Gaya makannya yang cepat membuat piring nasi goreng licin tak bersisa.

"Ide yang bagus, Teh. Aku akan support juga." Aul menanggapi dengan semangat. "Aku juga lagi ngelobi teman yang mau ngerayain ultah, biar pesan cateringnya dari kita," sambungnya penuh optimis.

"Kalau teteh keluar, aku dilatih sama siapa?" Celetuk si bungsu Rahmi yang kadang dipanggil Ami. Setelah dari tadi menjadi pendengar. Sementara Zaky sudah berpindah tempat duduk di karpet karena ada PR yang belum tuntas dikerjakan semalam.

"Kalau tidak kak Yunus, paling kak Gilang. Ami tetap harus latihan sungguh-sungguh ya! Kan pengen jadi atlet silat."

"Iya, Teh."

...***...

Perjalanan menuju kantor tidak pernah mengalami kemacetan meskipun termasuk jalur jalan nasional. Mungkin karena jalurnya pinggiran kota yang merupakan lintasan Bandung - Jawa Tengah. Sepanjang jalan kiri dan kanan pesawah terbentang luas diselingi deretan rumah yang masih jarang juga beberapa rumah makan. Di sebelah timur, view gunung sawal yang kokoh membentang panjang. Sinar mentari di jam 7 pagi ini hangat dan membakar semangat.

"Tolooong----"

"Ahhhh tolooong---"

Puput mulai melalui jalan yang sepi dan lengang. Tiba-tiba indera pendengarannya menangkap suara jeritan perempuan yang minta tolong. Spontan menepikan dan menghentikan motor di dekat sebuah sepeda yamg tergetak begitu saja. Instingnya menuntun pada rimbunnya ilalang di sebuah lahan tak terurus.

Bugh

Tendangan pertama dilayangkan pada pria yang berdiri membelakanginya. Membuat pria itu jatuh tersungkur sekaligus sangat terkejut. Jarak 3 detik, Puput menarik baju satu orang lagi yang sedang bertumpu di atas tubuh perempuan yang mencoba memberontak dari percobaan pemer kosaan.

Puput melayangkan pukulan ke dada. Membuat si pria itu terhuyung ke belakang dengan raut kaget. Nampak marah dan akan membalas melayangkan pukulan. Puput dalam posisi kuda-kuda, menarik tangan pria itu, memelintirnya sampai berbunyi krek. Menjatuhkannya dengan menendang alat vital hingga si pria meraung dan terguling-guling. Jika dalam pertandingan, hal itu merupakan pelanggaran. Tapi untuk membasmi kejahatan apalagi pelecehan yang barusan dilihatnya, Puput sengaja melakukannya untuk memberi efek jera.

"Awas!"

Puput menatap korban yang menjerit dan menunjuk-nunjuk ke arahnya. Hembusan angin yang terasa di belakangnya memberi sinyal bahaya. Sigap membalikkan badan dan menangkap balok yang akan dipukulkan ke belakang kepalanya. Tendangan kaki bertubi-tubi masuk mengenai alat vital dan belakang lutut. Sehingga melumpuhkan lawan hingga pingsan.

"Teteh, gak apa-apa?!" Puput berjongkok di depan si perempuan yang memeluk lutut. Nampak syok dengan tubuh gemetar dan mata berkaca.

"Teteh asli mana?!" Lagi, Puput bertanya karena pertanyaan pertama tidak dijawab.

"A-aku dari Jakarta. Ke sini lagi liburan di nenek." Setelah mulai tenang, perempuan itu bisa bersuara.

"Tunggu sebentar ya!" Puput berdiri untuk mencari bantuan. Secara kebetulan ada 2 orang yang berjalan kaki menenteng cangkul hendak ke ladang. Ia pun mencegat motor dengan pengendara berseragam polisi. Suatu kebetulan yang membuatnya lega karena bisa menyerahkan dua pelaku pelecehan yang sudah tidak berdaya di tanah yang kotor.

.

.

"Yang mana rumahnya, mbak?" Puput menatap dari spion pada penumpang yang memeluk erat sembari menyandarkan kepala ke punggungnya. Sepanjang jalan dilalui dengan kebisuan.

"Yang cat putih." Menyahut dengan lemah.

Motor yang dikendarai Puput menuju rumah besar satu lantai dengan ciri warna tersebut. Membunyikan klason satu kali karena melihat ada orang yang sedang menyapu taman.

Tergopoh-gopoh pintu gerbang dibuka sedikit.

"Neng, mau ketemu siapa?" Sapa pria yang nampak seperti penjaga rumah itu.

"Mang Yaya, buka aja!"

Pria yang bernama Mang Yaya itu terkejut melihat orang yang dibonceng. "Aeh...Neng Cia. Kirain siapa." Segera membukakan sebelah pintu asal motor bisa lewat. Ada sedikit ganjalan di pikiran melihat wajah cucu sang majikan nampak kusut.

Puput melihat ada dua orang wanita di teras nampak sedang berjemur. Seorang yang sepuh sedang duduk di kursi goyang memperhatikannya dengan seksama.

"Enin----" Perempuan yang dibonceng Puput berteriak begitu turun dari motor. Berlari dan menghambur ke pangkuan wanita sepuh sembari menangis.

"Cia, kenapa? Pulang gowes malah nangis." Enin mengkerutkan kening. "Sepedanya mana?" Masih heran dengan kedatangan sang cucu yang dibonceng oleh orang yang belum dikenalnya.

Gadis yang bernama Cia itu mendongak. Wajahnya nampak sembab. "Enin.....aku hampir aja mau diper kosa."

Puput melayangkan pandangan. Menyapu dinding ruang tamu yang terdapat figura lukisan pemandangan alam serta kaligrafi Asmaul Husna. Pernak pernik antik tertata di lemari kaca yang kinclong terawat kebersihannya. Beralih melirik jam yang melingkar di tangannya, jam 7.50 WIB.

Puput mendesah dengan berat. Dipastikan terlambat masuk ke kantor dan kemungkinan briefing sudah dimulai. Pemilik rumah menahannya untuk pergi. Ia disuruh menunggu di ruang tamu sementara pemilik rumah membawa gadis bernama Cia tadi ke kamar untuk beristirahat. Niatnya akan mengambil tas di dalam bagasi jok motor urung, karena dua wanita yang tadi di teras berjalan menuju padanya.

"Saya Bibi Ratih, adik dari mamanya Cia. Dan ini ibu saya alias neneknya Cia. Namanya Enin Herawati." Wanita berusia 44 tahun itu baru sempat memperkenalkan diri. Tadi terlalu panik mendengar penuturan sang keponakan.

"Kalau Eneng namanya siapa, dari mana?" lanjut Bibi Ratih yang nampak garis kecantikannya warisan dari sang ibu yang duduk di sisinya.

"Saya Puput, Bu haji. Dari Sukamaju." Puput menjawab dengan sopan.

Bibi Ratih menggelengkan kepala. "Panggil Bibi Ratih aja. Dan Ibu saya panggil Enin ya. Kamu sepertinya seusia sama Cia."

Puput menganggukkan kepala. "Saya juga panggil Puput aja, jangan Eneng," pintanya diiringi seulas senyum.

Bibi Ratih balas menganggguk. "Cia udah menceritakan kejadian tadi. Makasih banyak ya, Puput. Kalau tidak ada kamu......nggak tahu nasib Cia gimana," ujarnya sembari mengusap wajah dengan gusar. Mengingat cerita sang keponakan jika awal kejadiannya dibuntuti pria berboncengan yang dalam kondisi mabuk.

"Puput jangan dulu pergi ya!" Kali ini Enin yang bersuara. "Tunggu kakaknya Cia datang. Enin sudah telepon, dia akan datang setengah jam lagi."

"Aduh gimana ya." Puput kembali melihat jam di pergelangan tangan. "Mohon maaf saya tidak bisa lama-lama. Sudah terlambat masuk kantor. Mana hari ini kantor lagi kedatangan boss besar," pungkasnya. Ia keukeuh mau pamit sekarang juga.

Bibi Ratih dan Enin akhirnya harus mengalah. Meminta nomer ponsel dan alamat rumah Puput sebagai gantinya.

"Sepeda milik mbak Cia diamankan di polsek. Mungkin nanti pihak dari kepolisian akan datang menemui mbak Cia untuk dimintai keterangan." Jelas Puput kepada Bibi Ratih dan Enin yang mengantarnya sampai teras. Saat dua pelaku pelecehan digelandang memasuki mobil patroli, Cia menolak ikut karena masih syok. Memilih pulang dan meninggalkan alamat rumah Enin ke petugas kepolisian.

Puput menaiki motornya usai berucap salam. Mengenakan helm full face yang setia melindungi keamanan kepala kemanapun pergi, motor melaju keluar pintu gerbang yang kini terbuka lebar. Motor metiknya menuruni jalan kampung yang beraspal mulus sejauh 1,5 km menuju jalan nasional. Sampai di gapura Sabanda Sariksa, motornya harus sedikit menepi begitu ada mobil pajero sport dakkar berbelok memasuki jalan kampung itu.

1
Ibu Yani
Luar biasa
Neti Susana
septi yg ngasih surat
Dzaky Fadillah
bagus banget
Ririndiyani
Luar biasa
fitriani
wkkwkwwkwk ibu sekar bisa galau jg dy mau datang krmh pak happy🤭🤭🤭🤭🤭
fitriani
wkwkkwkkwwkwk rama ada2 aja mau beli minyak telon yg 2 liter🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣itu mau beli minyak telon apa minyak goreng😂😂😂😂😂
fitriani
Luar biasa
fitriani
astaga ami..... akbar aja digombalin🤣🤣🤣🤣🤣🤣
fitriani
buset si ami nyayur dy... dapat duit banyak😂😂😂😂😂
fitriani
leo emang tmn sekaligus asisten durjana🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
fitriani
pasti si karenina pgn balikan k rama😏😏😏😏😏
fitriani
wkwkkwwkkwwk kenapa y setiap laki kl taw istrinya lagi datang bulan disaat rasa pgn udah d ubun2 lgsg mengalami 5L🤣🤣🤣🤣🤣🤣
fitriani
astaga aku ngakak baca bab ini gara2 kelakuan ami😂😂😂😂😂😂
fitriani
y ampun ami sa ae modusnya🤣🤣🤣🤣🤣🤣
fitriani
kyknya big boss penculik itu si zara deh....
fitriani
siapa itu yg ngasih kabar itu k puput???? semoga yg ngasih kabar org baik
fitriani
jgn2 pelakunya tmn puput yg atlit basket itu....
Alya Sabilatun
sampe mewek bacanya
fitriani
cie cie ada yg lagi senang krn baru jadian😘😘😘😘😘
fitriani
asyikkkkk ada yg udah d panggil kakak ipar🤭🤭🤭🤭🤭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!