Vindra adalah menantu yang tinggal di rumah keluarga istrinya dan selama itu juga, Vin selalu mendapatkan hinaan dan di rendahkan karena kastanya yang rendah.
Namun suatu hari, tanpa sengaja ia mendapatkan batu permata dan mengaktifkannya kembali yang membuatnya memiliki kemampuan medis dan berhasil menyelamatkan seorang anak yang berada diambang Kematian. Berkat pertolongannya membuat Vin mendapatkan black Card yang mampu mengubah hidupnya.
Bagaimana kisah Vindra, Mengubah hidupnya dari menantu hina menjadi Penguasa tak tertandingi bersama batu permata dan keahlian Medis yang dimilikinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dina Auliya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Kemunculan Zen
Mohon Maaf karena ada kekeliruan alur di bab 20, Jadi author Revisi Ulang. Silahkan baca ulang terlebih dulu bab 20 agar paham kisah selanjutnya.🙏
Tiba-tiba pintu private room tempat di adakan nya pesta ditendang hingga terbuka lebar dan saat itu juga berdiri sosok pria yang sudah di tunggu yaitu Zen bersama beberapa anak buahnya.
Kemunculan Zen membuat Romi tak bisa mengendalikan emosi. Melihat wajah Zen membuat Romi sangat muak ditambah lagi, istri barunya sudah pernah di tidurinya membuat dendam tersendiri di hati Zen.
Tiba-tiba Romi menyerang Zen namun dengan mudah di tangkis. Zen pun langsung menendang perut Romi hingga ia tersungkur di lantai.
Zen menghampiri Romi dan mengancamnya,
"Sekali lagi kamu berani menghalangi langkah ku akan aku buat kamu menyesal selamanya." ucap Zen, Lalu ia kembali fokus pada pesta yang belum usai. Zen mengedarkan pandangannya untuk mencari wanita yang ingin bertemu dengannya.
"Dimana wanita yang ingin meminjam uang dariku?" Tanya Zen kepada Lusi.
"Sifa kemarilah! " panggil Lusi agar Sifa mau mendekat, Setelah melihat Zen secara langsung, Sifa mulai ragu dan sedikit percaya dengan kata-kata Romi yang dia ucapkan tadi tentang Zen. Namun Sifa tak punya pilihan selain tetap menghampiri Zen.
"Aku Sifa, aku yang mencari mu dan ingin meminjam uang darimu. Aku dengar tuan sangat dermawan dan bisa membantu meminjamkan dana untuk memulihkan kas perusahaan." ucap Sifa sambil memperkenalkan dirinya.
Zen menjabat tangan Sifa sambil membuat tangan Sifa dengan jemarinya. Sifa pun segera menarik uluran tangannya karena mereka risih.
Senyum mesum terukir jelas di wajah Zen. Ia pun mendekati Sifa dan berbisik di telinganya.
"Jika kamu ingin meminjam uang dariku, Kamu harus mau tidur bersamaku sebagai ganti bunganya. Jika kamu setuju maka berapapun uang yang kamu butuhkan akan aku berikan padamu."
Ucapan Zen Membuat mata Sifa langsung terbelalak, tak percaya jika Zen meminta dirinya untuk tidur bersama untuk bunganya.
"Tidak aku tidak bisa melakukan itu. Aku tida bisa tidur denganmu. Aku hanya ingin meminjam uang dan akan aku kembalikan beserta bunganya," tolak Sifa menjaga harga dirinya.
Zen melirik ke arah Lusi dan Nia, dan mereka pun paham maksud dari Zen dan segera mendekati Sifa untuk membujuknya.
"Sifa coba pikirkan sekali lagi tawaran tuan Zen. Tidak ada ruginya kamu melayani tuan Zen dan kamu bisa mendapatkan uang yang kamu butuhkan." Bujuk Lusi.
"Benar apa yang di katakan Lusi, apa matamu tidak bisa lihat, tuan Zen begitu tampan, siapa tau setelah kamu melayaninya dia malah tertarik padamu, sekali menyelam dua pulau terlampaui benar kan." Imbuh Nia.
"Gila kalian, ingin menjerumuskan. Aku masih punya harga diri dan aku juga sudah punya suami, tidak pantas melayani laki-laki lain yang baru aku kenal." jawab Sifa yang kekeh menolak, karena Sifa merasa itu salah.
Bujukan Lusi dan Nia tidak mempan, Zen Kembali mendekati, ia sudah terpesona dengan kecantikan Sifa sejak pertama kali melihatnya. Zen mengeluarkan Cek yang tertulis nominal yang di butuhkan Sifa.
"Cek ini akan menjadi milikmu, Kamu lihat kan nominalnya. ini akan segera berada di tanganmu asalkan kamu mau menuruti permintaanku." Zen mendaratkan tangannya di pinggang Sifa dan berlahan turun ke paha.
"Jika kamu tidak mau melakukannya, maka aku akan terus mengganggumu sampai kamu pasrah melakukannya. " imbuh Zen sambil menyeringai.
Sifa sudah tidak tahan dengan perlakuan Zen yang sudah mempermalukan dirinya. Ia pun langsung menampar Zen saat tangan Zen sibuk meraba.
Tamparan Sifa membuat Zen tercengang dan langsung memegang pipinya.
"Aku sudah katakan tuan Zen, aku tidak sudi melani mu. Lebih baik aku tidak meminjam uangmu daripada kamu mempermalukan aku seperti ini."
Zen terkekeh, "Ayolah wanita seperti dirimu sudah sering aku temui, sok jual mahal tapi dalam hati mau juga kan. Jangan munafik, Tinggal bilang iya saja susah." ejek Zen dan kembali mendekati Sifa, tak peduli pada tamu pesta memperhatikan apa yang dilakukan Zen.
Tak selang berapa lama, Vin kembali masuk kedalam ruangan dan melihat istrinya di goda laki-laki lain, membuatnya geram Vin. Vin segera menarik Zen untuk menjauh dari Sifa.
"Jangan pernah sentuh Sifa, atau aku akan mematahkan tanganmu yang sudah beran menyentuh kulitnya." ancam Vin.
Zen terkekeh mendengar ancaman Vin dan malah kembali menghampiri Sifa dan memancing Vin dengan tangannya yang kembali merayap di tubuh Sifa, walaupun Sifa sudah berusaha menepisnya.
Vin mulai Geram dan menarik tangan Zen yang sudah menyentuh kulit istrinya dengan sekali tarik Vin mematahkan kelima jari tangan Zen. Membuat Zen mengerang kesakitan. Vin kembali menarik tangan Zen yang sebelahnya dan mematahkan kelima tulang jemarinya lagi, hingga kesepuluh jarinya patah akibat ulah Vin yang tidak terima istrinya di raba pria lain.
Apa yang dilakukan Vin membuat semua orang tercengang termasuk Lusi dan Nia melihat apa yang dilakukan Vin benar-benar di luar dugaan.
"Aku sudah memperingatkan kamu tadi, jangan sentuh Sifa atau aku akan membuatmu menyesal. Sekarang kamu paham kan, jika ucapan ku tidak main-main. Lebih baik kamu pergi sekarang atau aku akan membuatmu menyesal seumur hidup." ancam Vin lagi.
Di sisi lain, Lusi dan Nia saling berbisik.
"Ternyata Vin kalau sudah marah mengerikan juga ya." Ucap Lusi.
"Benar, aku tidak menduga dia bisa segarang itu, padahal dilihat dari penampilannya Vin seperti pecundang."Saut Nia sambil berbisik.
Romi yang melihat apa yang dilakukan Vin benar-benar di luar dugaannya. Laki-laki yang ia remehkan, berani mencari masalah dengan Zen yang terkenal dengan kelicikannya.
Zen tidak terima dengan apa yang dilakukan Vin padanya. Ia ingin melawan namun dengan mudah Vin menendang Zen hingga terjatuh ke lantai.
"Aaarrgggghhhh" Zen mengerang kesakitan
To be continued ☺️☺️☺️