Li Yuan merupakan seorang pemuda keturunan Klan Li, ia berasal dari Klan Cabang Desa Bambu Kuning di Gunung Guntur.
Bakatnya terpendam, tak ada yang menyadarinya hingga ia berkenalan dengan salah seorang Tetua Sekte beladiri.
Perseteruan Klan Li dan Klan Liu menyeret dirinya sebagai target pembunuhan. Pada peristiwa percobaan pembunuhan atas dirinya ia berhasil selamat dari kematian. Bahkan dalam peristiwa tersebut ia berhasil membangkitkan kemampuan mentalnya saat ia berada di ambang kematian.
Li Yuan mendapatkan warisan tidak ternilai berupa Kitab rahasia Kaisar Kematian, kemampuan mentalis yang ia miliki mengubahnya menjadi pemuda yang multi talenta.
Dengan bakat yang gigih Li Yuan berhasil menapaki jalan bela diri secara bertahap sampai dengan ia menjadi Penguasa Alam Langit.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Lim's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Li Yuan
Kota Huanxie..
Berita hilangnya Li Yuan saat menjalankan misi di Gunung Hua telah sampai ke Klan Li, bahkan berita ini menjadi bahan gunjingan di antara Klan Li yang berada dibawah pimpinan Patriark Li Cuan.
"Patriark, sungguh malang nasib Li Dan. Putranya telah tewas di dimangsa hewan buas Gunung Hua" ucap Li Chang seorang Tetua Klan Li.
"Haha.. Seperti kodok ingin memakan daging angsa. Li Dan hanyalah bermimpi untuk memiliki putra yang hebat" ucap Patriark Klan Li, Li Cuan.
"Hahahaha" terdengar tawa dari banyak orang yang kini berada di aula Klan Li.
"Sehebat apapun Li Dan dia tidak akan memiliki penerus. Percuma saja segala upayanya selama ini" ucap salah seorang Tetua di Klan Li.
"Iya betul, hanya Li Ming yang pantas disebut penerus Klan Li di masa yang akan datang" ucap anggota keluarga Li lainnya.
Dalam satu tahun terakhir, berita tentang hilangnya Li Yuan telah sampai ke telinga keluarganya. Ibunya Li Yuan yang bernama Xu Zuhui sangat terpukul mendengar berita ini, begitu pula Li Pieyu adik Li Yuan. Mereka adalah dua orang wanita yang sangat berarti dalam hidup Li Yuan.
Li Dan sang ayah, mulanya merasa sedih dan sangat terpukul atas berita hilangnya Li Yuan. Ia menyadari jika Gunung Hua adalah tempat terlarang bagi para kultivator selama ratusan tahun. Apalagi saat mendengar jika putranya dimangsa oleh Beast Spiritual yang setingkat dengan Pendekar Suci, membuat Li Dan seperti kehilangan semangat hidup. Walau bagaimanapun berita seperti itu bukanlah suatu hal yang diinginkan oleh setiap orang tua.
Dalam situasi kesedihan yang berlarut, Tetua Mo Cau datang menjelaskan kepada kedua orang tua Li Yuan. Meski harus sedikit membuka rahasianya ia tidak peduli.
"Tuan besar dan Nyonya tidak usah khawatir" kata Mo Cau, lalu ia melanjutkan,
"Aku merasakan bahwa Tuan muda dalam keadaan baik-baik saja. Awalnya aku memang merasakan aura kehidupannya melemah. Tapi semua itu sudah berlalu, bahkan aku merasakan bahwa Tuan muda sedang meningkatkan kekuatannya".
"Benarkah apa yang Tetua katakan?" tanya Li Dan ayah Li Yuan dengan gembira.
"Tentu saja Tuan besar, jika terjadi sesuatu dengan Tuan muda, akulah orang pertama yang akan merasakan dampaknya secara langsung" ujar Mo Cau dengan serius.
Mulanya Mo Cau merasa terpaksa dengan ikatan jiwa yang terjadi pada dirinya, namun setelah hampir setahun mengikuti keluarga Li Yuan, ia merasakan sebuah hubungan kekeluargaan yang sangat tulus. Orang tua Li Yuan sangat baik kepada dirinya, bahkan seluruh anak buahnya diperhatikan baik makan maupun gajinya. Mereka memiliki peran yang berbeda di mata masyarakat, dulu mereka adalah penjahat dan berkat orang tua Li Yuan mereka dapat diterima dengan baik oleh masyarakat Kota Huanxie. Perlakuan ini tentu berbeda dengan apa yang mereka terima saat menjadi bagian dari Organisasi Gagak Darah di bawah pengaturan keluarga Liu.
"Terimakasih atas informasinya Tetua, aku percaya bahwa putraku adalah orang yang luar biasa" ucap Li Dan kembali bersemangat.
"Betul Tuan Besar, kelak Tuan muda pasti kembali. Kita hanya butuh waktu saja untuk memberikan kesempatan dirinya berkembang" ucap Mo Cau.
Kini mereka memiliki kediaman tersendiri berupa sebuah manor yang cukup besar di Kota Huanxie. Meskipun tidak sebesar milik Patriark Li, namun kediaman Li Dan sudah setara dengan tempat tinggal keluarga kelas dua.
Asosiasi Sumber Kehidupan yang ia pimpin telah membuat harta kekayaannya melimpah. Dukungan Tetua Mo Cau dan anak buahnya telah meningkatkan kepercayaan serta kekuatan, bahkan bisnis-bisnis yang sebelumnya dikelola oleh Keluarga Liu kini diambil alih oleh Li Dan.
Kini Klan Li seperti memiliki dua matahari kembar. Klan Li utama masih dipimpin oleh Li Cuan sebagai Patriark dan keluarga Li Dan yang kini tengah menjelma menjadi keluarga besar. Di kubu Li Dan beberapa anggota keluarga Li mulai bergabung, diantaranya Li Tianshu dan Li Ching. Li Tianshu melepaskan jabatan Tetua di Klan Li dan memilih bersama Li Dan. Selain itu bersama Li Ching, Klan Li cabang Desa Bambu Kuning juga menyatakan bergabung dengan keluarga Li Dan.
Pada dasarnya mereka percaya dengan kemampuan Li Dan serta gaya kepemimpinannya yang kharismatik. Li Dan juga dikenal sebagai negosiator ulung dan memiliki jiwa sosial yang tinggi seperti ayahnya yang bernama Li Chen. Sudah menjadi rahasia umum di Klan Li jika kematian Li Chen berkaitan dengan Li Cuan dalam memperebutkan kursi Patriark. Li Cuan menggunakan cara yang sangat licik dengan menggunakan racun arsenik untuk menyingkirkan Li Chen. Sayangnya pelayan yang terlibat dalam hal itu meninggal seperti bunuh diri. Sehingga kasus kematian Li Chen mengalami kebuntuan.
Li Dan yang memiliki dukungan dari Mo Cau menjadi tokoh penting di Kota Huanxie, kiprah bisnisnya seolah seperti kekuatan yang tak bisa dibendung. Ditambah kehadiran Jia Fu yang merupakan Tetua Sekte Laohu membuat posisi Li Dan semakin kokoh. Jangan lupakan pula dukungan keluarga Xu dari pihak istrinya, keluarga Xu memiliki jaringan kaum intelek yang banyak menduduki posisi strategis di Kota Huanxie bahkan beberapa Kota besar lainnya di Provinsi Naga Biru.
Semenjak Li Yuan dikabarkan menghilang, Jia Hien beberapa kali berkunjung menemui keluarga Li Yuan. Bahkan hubungan Jia Hien dengan Li Peiyu semakin akrab, Jia Hien juga mengajarkan beberapa teknik beladiri kepada Li Peiyu.
Hal ini tentu saja membuat Li Peiyu kegirangan, baginya belajar ilmu beladiri juga merupakan impiannya, hanya saja ia memiliki keterbatasan untuk menjaga ibunya. Seperti saat ini, Jia Hien tengah berada di kediaman keluarga Li Yuan. Jia Hien hanya ingin menebus penyesalannya atas sikapnya terdahulu.
"Kak, apakah kakak Jia Hien menyukai kakakku?" tanya Li Peiyu disela latihan bersama.
Jia Hien tidak menjawab pertanyaan Li Peiyu, ia hanya tersenyum. Wajahnya tampak memerah menahan malu.
"Hahaha.. Baiklah jika kakak tidak mengakuinya nanti aku akan bilang ke kak Li Yuan jika kakak tidak menyukainya" ancam Li Peiyu dengan pipi yang menggembung.
"Ka.. Kamu dasar nakal" ucap Jia Hien sambil mengejar Li Peiyu yang berlari.
"Se.. Sebentar!" ucap Jia Hien sedikit tidak percaya dengan yang tadi dikatakan Li Peiyu.
"Ada apa kak?" tanya Li Peiyu yang menghentikan langkahnya.
"Tadi kamu bilang mau bilang ke kakakmu?" tanya Jia Hien sambil mengerutkan alis.
"Oh itu, tapi kakak harus bisa menjaga rahasia ini ya" sahut Li Peiyu dengan bangga.
"Iya, aku janji" ucap Jia Hien dengan nada serius.
"Menurut Tetua Mo Cau, kakak masih hidup, hanya saja ia berada di tempat dimana tidak bisa diketahui oleh orang lain. Kami hanya diminta untuk percaya" ujar Li Peiyu.
"Hah?" mulut Jia Hien menganga, ia ingin percaya tetapi sulit. Namun melihat kepercayaan Li Peiyu, ia sedikit terhibur. Jia Hien sedikit yakin dan ia mulai memiliki harapan kembali.