NovelToon NovelToon
Istri Yang Tidak Dihargai

Istri Yang Tidak Dihargai

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda / Single Mom / Janda / Beda Usia / Mengubah Takdir / Fantasi Wanita
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Sulastri

Istri yang tak dihargai adalah sebuah kisah dari seorang wanita yang menikah dengan seorang duda beranak tiga

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sulastri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hesty semakin sedih

Singkat cerita, bayi Hesty dan Dody kini sudah berusia 20 bulan. Dody mengajak Hesty kembali ke kota, dengan harapan untuk memulai hidup baru dan membangun keluarga yang lebih baik. Hesty berharap besar, mungkin dengan kembali ke kota, Dody akan berubah—menjadi lebih bertanggung jawab, lebih peduli, dan lebih sayang pada keluarganya.

Namun, sesampainya di kota, realitas justru menghantam keras. Ternyata, tidak ada yang berubah. Dody tetap seperti dulu—sibuk dengan urusannya sendiri, sering keluar rumah tanpa kabar, dan jarang memberi perhatian pada Hesty maupun anak mereka. Hesty mulai sadar bahwa harapannya untuk kehidupan yang lebih baik hanya ilusi belaka.

Hesty kembali menjalani hari-harinya dengan rasa lelah yang sama. Setiap hari ia berusaha mengurus rumah dan anak mereka seorang diri, sementara Dody semakin jauh, baik secara fisik maupun emosional. Keadaan itu membuat Hesty kembali merasakan kesepian yang sama seperti dulu, seolah-olah kembali ke titik awal.

Dalam hati, Hesty bertanya-tanya, sampai kapan dia harus bertahan dalam kondisi seperti ini.

Setelah seminggu kembali ke kota, Hesty semakin menyadari bahwa Dody tidak mampu bertanggung jawab sepenuhnya atas kebutuhan mereka. Setiap hari terasa semakin berat, dan beban yang ia rasakan semakin menekan. Dody jarang pulang, jarang memberikan uang untuk kebutuhan sehari-hari, dan ketika ia pulang, tidak ada perasaan hangat atau perhatian yang Hesty butuhkan.

Hesty mulai mengumpulkan recehan lima ratusan perak yang tercecer di sudut-sudut rumah, berharap bisa cukup untuk membeli sayuran agar dia dan anaknya bisa makan. Setiap keping uang yang ia temukan terasa seperti hasil dari sebuah perjuangan. Sering kali, Hesty merasa seperti tenggelam dalam kesulitan, tanpa ada jalan keluar yang jelas.

Di saat-saat seperti itu, Hesty hanya bisa menangis dalam diam. Ia merindukan saat-saat ketika ia merasa lebih aman, meskipun sederhana, di kampung bersama keluarganya. Kini, ia terjebak dalam kenyataan yang begitu pahit, dengan Dody yang semakin tak peduli, dan kehidupannya yang terasa semakin menderita.

Namun, di balik semua penderitaan itu, Hesty tetap berusaha tegar. Untuk anaknya, ia terus bertahan, meskipun dalam keadaan yang semakin sulit.

Hari demi hari terasa semakin berat bagi Hesty. Setiap pagi, dia bangun dengan harapan bahwa Dody akan berubah, namun harapan itu semakin pudar seiring waktu berjalan. Dody lebih sering menghabiskan waktunya di luar rumah, dan ketika dia pulang, Hesty hanya menerima sejumlah uang yang tak pernah cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

Suatu pagi, setelah mengumpulkan recehan yang tersisa, Hesty pergi ke pasar untuk membeli sayuran seadanya. Ia tahu bahwa apa yang ia beli tidak akan cukup untuk beberapa hari ke depan, tapi setidaknya anaknya bisa makan hari itu.

Sesampainya di rumah, ia melihat Dody yang masih tertidur lelap, seakan-akan tidak ada beban sama sekali. Hesty merasa marah, kecewa, tapi juga pasrah. Ia hanya bisa menatap suaminya dengan hati yang kosong, bertanya-tanya apakah ada masa depan untuk hubungan mereka.

Di dapur, sambil memasak sayuran sederhana, Hesty berpikir keras. Ia mulai mempertanyakan keputusannya untuk bertahan bersama Dody. Dia tak ingin menyerah, tapi hidup seperti ini bukanlah kehidupan yang ia inginkan untuk dirinya dan anaknya.

Sambil memeluk anaknya yang mulai rewel karena lapar, Hesty menghela napas panjang. Di tengah segala kesulitan ini, Hesty mulai sadar bahwa ia harus segera membuat keputusan untuk masa depannya, meskipun itu berarti harus mengambil langkah yang sulit.

Hesty merasa hatinya perih setiap kali mendengar suara pedagang jajanan yang lewat di depan rumah, sementara anaknya yang belum bisa bicara sepenuhnya merengek meminta jajan. Wajah kecil anaknya penuh harap, tapi Hesty hanya bisa menatapnya dengan sedih, tahu bahwa dirinya tak punya uang untuk membelikannya apapun.

Terpaksa, Hesty menyalakan televisi dengan suara keras, mencoba mengalihkan perhatian anaknya dari suara pedagang di luar. Tapi perasaan bersalah dan sedih terus menghantui hatinya. "Sampai kapan aku harus hidup begini?" pikirnya sambil menatap kosong ke arah layar televisi. Ia tak ingin anaknya merasakan kekurangan seperti ini, namun kenyataan membuatnya semakin terpojok.

Anaknya yang tadinya merengek mulai terdiam, terpaku menonton acara televisi. Meski begitu, air mata Hesty jatuh perlahan, menetes di pipinya. Ia tahu, ada sesuatu yang harus berubah, tapi apa yang bisa ia lakukan dengan keadaan yang begitu terjepit ini?

Waktu terus berjalan, dan Hesty semakin terhimpit oleh keadaan. Setiap hari, dia merasa seperti tengah menghadapi tembok yang makin tinggi, tanpa jalan keluar. Rasa lapar yang terus menghantui, ketidakpastian tentang masa depan anaknya, dan Dody yang semakin jauh darinya, membuat hatinya makin hancur.

Dody sering keluar rumah tanpa memberitahu ke mana tujuannya. Kadang dua hari tak pulang, kadang lebih. Setiap kali Hesty mencoba bertanya, Dody hanya menjawab dengan dingin, bahkan terkadang dengan amarah. "Aku sudah capek hidup seperti ini," batin Hesty, sambil berusaha menahan air mata di depan anaknya yang mulai bisa berbicara sedikit-sedikit.

Ketika malam datang, Hesty sering merenung sendirian, memikirkan masa depannya dan anaknya. Apakah ini akan terus berlanjut? Atau harus ada sesuatu yang dia lakukan? Tapi apa? Hesty tidak punya siapa-siapa di kota ini, dan dengan keuangan yang semakin menipis, dia tahu waktunya sudah hampir habis.

Saat Dody akhirnya pulang di tengah malam, bau rokok dan alkohol selalu tercium. Tanpa sepatah kata, Dody akan langsung tidur, meninggalkan Hesty dalam kegelapan dan kesepian yang menyesakkan. "Aku tidak bisa terus begini," pikir Hesty lagi, tapi ia masih tak tahu bagaimana caranya keluar dari lingkaran ini.

Anaknya, satu-satunya alasan Hesty bertahan, tertidur di sampingnya, kecil, polos, dan tidak tahu apa-apa. Hesty menatap wajah anaknya, bertekad bahwa apapun yang terjadi, dia harus melindungi anaknya. Tapi apakah dia cukup kuat?

1
DJ. Esa Sandi S.
moga-moga viral, nyah tok wai bintang 5 /Sly/
Sul Astri: okeeee trimakasih..
total 1 replies
kairalomps
Aku jadi terbawa suasana dengan ceritanya, bagus sekali! ❤️
Sul Astri: Makasih yaaa...moga bisa menghibur
total 1 replies
♞ ;3
Ceritanya seru banget, aku udah gak sabar nunggu kelanjutannya thor!
Sul Astri: Siaaaapppp...tunggu ya
total 1 replies
DJ. Esa Sandi S.
mantap biyung. lanjutkan!/Grin/
Sul Astri: oceee
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!