Walau hanya sebatas wanita simpanan bagi James, Silvia sangat mencintai pria itu. Namun, Silvia harus menelan pil pahit ketika James memutuskan mengakhiri hubungan mereka. Akhirnya, Silvia pergi meninggalkan James karena banyak tekanan yang memintanya menjauh dari pria yang amat dicintainya. Dia pergi dan menyembunyikan kehamilannya dari James.
Akankah Silvia dan James bertemu dan bersatu kembali?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Yune, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 04
Silvia beradu pandang dengan perempuan paruh baya yang masih terlihat cantik itu. Perempuan itu seketika menghentikan tangisnya. Percuma tangisan yang dia keluarkan karena hal itu tidak akan membuat James menarik kembali keputusannya.
"Maafkan saya, Nyonya. Saya hanya sedang bersedih."
"Sepertinya ada kejadian menarik yang tidak dapat saya lewatkan. Bagaimana dengan penawaranku tempo hari? Hal itu masih berlaku Silvia karena aku tidak ingin kamu terus bersama James! Kamu tidak pantas bersamanya!" ucap Sonia sambil menyeringai.
Degh!
Hati Silvia seakan teriris mendengar ucapan Sonia. Memang dia tidak akan pernah pantas bersama dengan James. Pria itu pun tidak pernah mengatakan kalau akan menjadikan Silvia sebagai istrinya. Hanya saja ada perasaan sedih ketika menyadari kebenaran dari ucapan ibu dari pria yang dia cintainya itu.
"Tenang saja, Nyonya. Saya akan menjauh dari Tuan James seperti keinginan Nyonya selama ini. Semua sudah berjalan sesuai dengan keinginan Nyonya!" balas Silvia kemudian menunduk memberikan salam hormat dan pergi meninggalkan Sonia yang menatapnya dengan puas.
Selama ini, Sonia sudah melakukan berbagai cara untuk membuat James sadar. Dia melakukan hal tersebut dengan cara halus. Mengenalkan James dengan beberapa anak dari sahabatnya. Hanya saja, James yang kaku tidak menggubris hal tersebut.
Hingga Sonia mempertemukan James dengan Wilona yang memiliki masa lalu dengan anaknya itu. Pucuk dicinta ulam pun tiba, James tampak tertarik dengan Wilona yang memiliki kepribadian yang baik. Model papan atas itu agaknya berhasil mengambil hati James.
"Syukurlah, aku tidak jadi bermenantukan wanita kelas rendah sepertimu Silvia!" ucap Sonia kemudian masuk ke ruangan James.
Hati Silvia perih ketika mendengar gumaman Sonia. Dia masih berada di sekitar Sonia ketika wanita itu mengungkapkan kelegaannya. Silvia pernah bermimpi akan menjadi istri James. Namun, hal itu tampaknya hanyalah sebuah mimpi yang tak mungkin terwujud.
Ketika masih termenung dengan pertemuannya dengan Sonia. Seorang wanita cantik memecahkan lamunannya. "Halo. Apa James ada di ruangannya? Aku ingin bertemu dengannya," sapa wanita cantik yang memakai dress merah selutut.
Wanita yang sangat cantik dan sedang digosipkan dengan James itu tersenyum ketika Silvia menatapnya. Silvia berusaha menenangkan hatinya sendiri. Dia harus dapat menguasai emosinya dan bersikap profesional.
"Apakah Anda telah memiliki janji dengan Tuan James? Saya tidak bisa membiarkan Anda masuk begitu saja bila Anda belum memiliki janji dengan Tuan James," ujar Silvia tersenyum dengan ramah.
"Katakan saja Wilona ingin bertemu dengannya. Pasti dia akan mengizinkanku masuk ke ruangannya," balas Wilona dengan angkuh.
Silvia mengubungi James dengan interkom yang langsung diangkat oleh atasannya itu. "Cepat minta dia masuk, sedari tadi aku sudah menanti kedatangannya. Jangan membuatnya menunggu terlalu lama. Ingat ini! Kapan pun dia datang, biarkan saja dia menemuiku. Kamu harus ingat ini Silvia," tegas James membuat hati Silvia begitu teriris.
Perempuan itu segera menutup sambungan komunikasi mereka. Dia menatap Wilona yang masih menunggu dengan keangkuhannya. Silvia tersenyum kemudian meminta Wilona untuk mengikutinya.
Ketika sampai di depan ruangan James, Wilona mencegah kepergian Silvia dengan memegang lengannya kencang. Raut wajah Wilona berubah menjadi menyeramkan. Seolah Silvia telah melakukan sebuah kesalahan yang fatal.
"Aku tahu kamu adalah simpanan James! Tidak ada informasi yang terlewat olehku tentang pria yang akan menjadi suamiku. Kuharap kamu dapat pergi secepatnya dari kehidupan James karena sebentar lagi kami akan menikah. Jadi, jangan banyak berharap, Nona Silvia. Kamu tidak pantas menjadi pendamping James!" ucap Wilona dengan memandang tajam Silvia.
"Saya tidak tahu apa yang Anda ucapkan. Sebaliknya Nona, jangan berasumsi berlebihan tentang hubungan saya dan Tuan James. Saya hanyalah sekretaris Tuan James, Anda tidak perlu cemburu dengan kehadiran saya bila memang kalian saling mencintai," balas Silvia dengan tenang.
"Yah, aku memang tidak perlu cemburu dengan kehadiranmu. Sebentar lagi kamu akan keluar dari kehidupan calon suamiku atau aku akan melakukan hal yang tidak pernah kamu bayangkan sama sekali!" ancam Wilona yang masih memegang lengan Silvia dengan kencang.
Silvia menyingkirkan tangan Wilona. "Sebaiknya Anda simpan saja energimu, Nona. Jangan mengotori tanganmu dengan menyakitiku," ucap Silvia sambil pergi dari hadapan Wilona.
Seharian ini, banyak sekali kejadian tidak terduga. James yang mengakhiri hubungan dengannya, Sonia datang dengan angkuhnya mengatakan tidak menginginkannya menjadi pasangan James. Kemudian, Wilona yang mengancamnya agar pergi dari kehidupan James. Kejadian apa lagi yang harus dia hadapi!
Silvia berjalan menuju ruangannya, ternyata dia sudah disambut dengan beberapa temannya yang penasaran dengan kehadiran Wilona. Luna dan Ghea tersenyum menyambut kehadirannya. Mereka telah menyiapkan sederet pertanyaan untuk sahabatnya itu.
"Jadi, benar kalau Nona Wilona itu adalah calon istri Tuan James?" tanya Luna dengan sumringah.
"Aku tidak tahu, Lun. Akan tetapi, Nona Wilona mengakui kalau Tuan James adalah calon suaminya. Aku tidak tahu dari sisi Tuan James," jawab Silvia dengan wajar.
Tidak ingin dia membuat Luna dan Ghea curiga dengan kesedihan yang dia rasakan hari ini. Silvia harus bersikap seolah-olah senang dengan kedekatan James dan Wilona.
"Dia sangat cantik, ya. Pantas saja Tuan James dengan cepat menyukainya. Aku dengar mereka memang merencanakan pertunangan secepatnya. Hal ini bisa menjadi pernikahan abad ini! Aku bisa membayangkan kalau mereka menikah pasti anak mereka akan sangat cantik atau tampan," ujar Ghea yang membuat Silvia refleks memegang perutnya sendiri.
Perempuan itu membayangkan nasib anaknya yang tidak akan mengenal sosok ayahnya sejak lahir. Silvia memutuskan untuk segera pergi dari sisi James secepatnya. Otaknya memikirkan beberapa tempat yang dapat dia tinggali.
"Nona Silvia, bisa kita bicara? Ada yang ingin saya sampaikan terkait dengan perintah Tuan James!" ucap Daren yang tiba-tiba hadir ditengah pembicaraan Silvia dan kedua temannya.
"Ah, baiklah Tuan. Kita bisa bicara di ruangan Anda mungkin?" tawar Silvia tidak ingin membicarakan hal yang mungkin tidak boleh didengar oleh Luna dan Ghea.
Kedua temannya melirik Silvia dengan penasaran. Ingin mengetahui hal apa yang disampaikan oleh Daren. Tentu saja, sikap Daren menimbulkan kecurigaan. Bukankah James dapat memberikan perintah langsung pada Silvia tanpa melalui perantara Daren?
"Aku pergi dulu, nanti kita lanjutkan pembicaraan kita, ya! Kalian lanjutkan saja pekerjaan!"
"Ya, sebaiknya kalian kembali ke pekerjaan masing-masing sebelum ditegur oleh HRD," ujar Daren membuat Luna dan Ghea kembali ke ruangan masing-masing karena teguran Daren.
Silvia dan Daren telah berada di ruangan kerja Daren. Pria itu mengembuskan napas melihat Silvia menatap asisten pribadi James dengan sendu.
"Kupikir kamulah yang akan menjadi Nyonya Davis. Akan tetapi, inilah keputusan Tuan James. Tolong tanda tangani pemutusan kontrak ini! Namun, sebelumnya Anda harus menjalani pemeriksaan kehamilan. Tuan James tidak ingin Anda pergi dengan kemungkinan mengandung benih miliknya," ucap Daren membuat Silvia membulatkan mata. Tidak pernah ada dalam pikirannya James peduli akan dirinya. Dia kira James akan melepaskannya begitu saja.
"Tidak bisakah kita melewati saja pemeriksaan itu?" tanya Silvia penuh harap.
***
Bersambung.
Terima kasih telah membaca.