Untuk membalaskan dendam Hansel memilih Aileen menjadi istri.
Dan Aileen yang tidak tahu apa-apa menganggap Hansel sebagai dewa penolongnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BOC BAB 33 - Buah Apel
Havana terus menuntut Aileen untuk memanggil Hansel dengan sebutan Kak. Dia sudah telalu geli terus mendengar Aileen memanggil dengan sebutan paman.
Alasan dari A sampai Z Havana sebutan semua. Membuat Aileen terus menekuk wajah, dia selalu kalah debat dengan calon adik iparnya ini.
"Pernikahan kalian itu tinggal menghitung hari, harusnya berusahalah untuk saling dekat. Salah satunya dengan panggilan, masa paman?"
Havana terus menggerutu, dia diam saat akhirnya ketiduran. Sementara Aileen masih belum bisa memejamkan mata karena dalam otak dan hatinya sudah terganggu dengan tuntutan Havana itu.
Mulai terpikir olehnya benarkah harusnya dia memanggil Kak saja.
"Tapi paman tidak marah saat aku memanggilnya paman, juga tidak menuntut ku untuk merubah panggilan itu," gumam Aileen, jadi bingung sendiri.
Sampai akhirnya dia ikut terlelap pula di samping Havana.
Jam 5 sore Hansel pulang.
Saat itu bertepatan dengan para pelayan yang yang pergi meninggalkan apartemen ini setelah beres-beres.
Hansel langsung menuju ke dapur untuk mengambil minum, bibirnya tersenyum saat melihat Aileen ada disana. Sedang membuka lemari pendingin dan mengambil sesuatu entah.
Rambutnya terlihat basah, mengisyaratkan jika gadis kecilnya ini baru saja mandi.
"Astaga Paman!" kaget Aileen, dia berbalik dengan memegang 1 buah apel dan tiba-tiba Hansel sudah berdiri di hadapannya.
"Paman mau apa?"
"Minum."
"Paman duduk saja, biar aku ambilkan."
Hansel duduk di kursi meja makan dan Aileen mengambilkan minum. Dia juga membawa 1 piring kosong dan pisau untuk mengiris buah.
Di bawanya semua ke meja makan dan minumnya di sajikan untuk sang calon suami.
Aileen ingin duduk di kursi sebelah sana, namun Hansel menahan tangannya.
"Duduk saja di samping ku."
Aileen tak bisa menolak, akhirnya untuk pertama kali di meja makan ini dia duduk di samping Hansel.
Terasa sedikit canggung, namun Aileen coba menetralkan semua rasa gugup.
Hansel meminum air itu sementara Aileen mulai mengupas buah apelnya.
"Kapan mulai kuliah?" tanya Hansel basa basi, padahal sungguh dia sudah tahu semua tentang gadis ini.
"2 hari lagi paman, di hari pertama aku masuk pagi dan Havana masuk siang."
"Semua perlengkapan kuliah mu sudah dibeli?"
"Sudah, tapi baru sebagian. Besok aku dan Havana akan pergi lagi."
"Hem."
"Tapi aku dan Havana pergi berdua saja, tidak usah di antar kak Denis."
"Kenapa?"
"Kata Havana selesai cari perlengkapan kami bisa nonton dulu."
"Hem baiklah."
"Paman mengizinkan?"
Hansel mengangguk.
"Untuk kuliahnya kamu benar sudah siap?" tanya Hansel lagi, yang masih takut Aileen merasa belum nyaman.
Tapi dilihatnya Aileen yang mengangguk mantap dan bibir tersenyum lebar.
Sudah bulat tekad Aileen untuk menjalani pendidikan ini dengan sungguh-sungguh.
Kuliah juga adalah satu mimpinya yang dengan mudah Hansel wujudkan.
Bukan hanya ingin membanggakan ayah dan ibunya yang telah tiada namun Aileen juga tidak ingin membuat Hansel kecewa. Jadi dia akan lebih berani untuk menghadapi apapun yang terjadi nanti.
"Bagus," ucap Hansel, saat mengataaan itu tangan kirinya mengelus puncak kepala Aileen dengan lembut.
Dan sudah biasa mendapat kan perlakukan seperti ini, membuat Aileen merasa sangat nyaman.
Selesai mengupas buah itu, Aileen mengirisnya kecil-kecil. Lalu mendekatkan pada Hansel, mungkin saja pria ini mau.
"Paman mau?"
"Aku belum cuci tangan."
"Biar aku suapi."
"A." Hansel langsung membuka mulut.
Mereka berdua menghabiskan satu buah apel itu hingga tak bersisa.